Ini Mengapa Abu Bakar Berani Sedekahkan 100% Hartanya
Selasa, 08 Februari 2022 - 08:17 WIB
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ketika ia masuk Islam, ia mempunyai uang sebanyak 40.000 dirham. Dan pada waktu hijrah, yang tersisa hanya 5000 dirham. Harta itu digunakan untuk memerdekakan hamba-hamba sahaya (yang disiksa karena masuk Islam) dan untuk keperluan agama.
Abdullah bin Zubair berkata bahwa Abu Bakar Shiddiq selalu membeli hamba sahaya yang lemah lalu memerdekakannya.
Ayahnya, Abu Quhafah RA berkata, “Jika kamu ingin memerdekakan hamba sahaya, merdekakanlah hamba sahaya yang kuat-kuat, karena dia akan bisa membantumu dan bisa berguna bagi kita.
Abu Bakar Shiddiq menjawab, “Saya tidak memerdekakan budak untuk diri saya, tetapi saya memerdekakannya untuk mencari keridhaan Allah.”
Suatu hari Abu Bakar melihat Bilal yang negro itu oleh tuannya dicampakkan ke ladang yang sedang membara oleh panas matahari, dengan menindihkan batu di dadanya lalu dibiarkannya agar ia mati dengan begitu, karena ia masuk Islam.
Dalam keadaan semacam itu tidak lebih Bilal hanya mengulang-ulang kata-kata: “Ahad, Ahad”. Ketika itulah ia dibeli oleh Abu Bakar kemudian dibebaskan!
Begitu juga Amir bin Fuhairah oleh Abu Bakar ditebus dan ditugaskan menggembalakan kambingnya. Tidak sedikit budak-budak itu yang disiksa, laki-laki dan perempuan, oleh Abu Bakar dibeli lalu dibebaskan.
Dalam menjalankan dakwah, Abu Bakar tidak hanya berbicara saja dengan kawan-kawannya dan meyakinkan mereka. Abu Bakar juga menghibur kaum dhuafa dan orang-orang miskin yang disiksa dan dianiaya oleh musuh-musuh Islam.
Tidak hanya dengan kedamaian jiwanya, dengan sifatnya yang lemah lembut, tetapi ia menyantuni mereka dengan hartanya.
Abu Bakar menggunakan hartanya untuk membela golongan lemah dan orang-orang tak punya. Orang-orang yang telah mendapat petunjuk Allah ke jalan yang benar, lalu dianiaya oleh musuh-musuh kebenaran itu.
Abdullah bin Zubair berkata bahwa Abu Bakar Shiddiq selalu membeli hamba sahaya yang lemah lalu memerdekakannya.
Ayahnya, Abu Quhafah RA berkata, “Jika kamu ingin memerdekakan hamba sahaya, merdekakanlah hamba sahaya yang kuat-kuat, karena dia akan bisa membantumu dan bisa berguna bagi kita.
Abu Bakar Shiddiq menjawab, “Saya tidak memerdekakan budak untuk diri saya, tetapi saya memerdekakannya untuk mencari keridhaan Allah.”
Suatu hari Abu Bakar melihat Bilal yang negro itu oleh tuannya dicampakkan ke ladang yang sedang membara oleh panas matahari, dengan menindihkan batu di dadanya lalu dibiarkannya agar ia mati dengan begitu, karena ia masuk Islam.
Dalam keadaan semacam itu tidak lebih Bilal hanya mengulang-ulang kata-kata: “Ahad, Ahad”. Ketika itulah ia dibeli oleh Abu Bakar kemudian dibebaskan!
Begitu juga Amir bin Fuhairah oleh Abu Bakar ditebus dan ditugaskan menggembalakan kambingnya. Tidak sedikit budak-budak itu yang disiksa, laki-laki dan perempuan, oleh Abu Bakar dibeli lalu dibebaskan.
Dalam menjalankan dakwah, Abu Bakar tidak hanya berbicara saja dengan kawan-kawannya dan meyakinkan mereka. Abu Bakar juga menghibur kaum dhuafa dan orang-orang miskin yang disiksa dan dianiaya oleh musuh-musuh Islam.
Tidak hanya dengan kedamaian jiwanya, dengan sifatnya yang lemah lembut, tetapi ia menyantuni mereka dengan hartanya.
Abu Bakar menggunakan hartanya untuk membela golongan lemah dan orang-orang tak punya. Orang-orang yang telah mendapat petunjuk Allah ke jalan yang benar, lalu dianiaya oleh musuh-musuh kebenaran itu.
(mhy)