Hadits Nabi tentang Lingkaran Azab yang Ditimpakan kepada Kaum Ad
Rabu, 09 Februari 2022 - 05:15 WIB
Ada sejumlah hadits yang menceritakan seputar kaum Ad , termasuk hadits yang menjelaskan delegasi kaum Ad ke Mekkah atau Baitul Haram. Ulama berbeda pendapat soal ini. Masalahnya, Kota Mekkah baru ada pada masa setelah Nabi Ibrahim , jauh sebelum Nabi Hud . Ibnu Katsir berpendapat hadits yang menceritakan soal delegasi kaum Ad bukan kaum Ad di masa Nabi Hud, melainkan kaum Ad generasi kedua.
Dalam bukunya berjudul "Qashash Al-Anbiya", Ibu Katsir menyampaikan hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dalam Kitab Musnadnya. Dari Zaid bin Khabbab, dari Abu Al-Mundjzur Sallam bin Sulaiman An-Nahwi, dari Ashim bin Abi AnNujud, dari Abu Wail, dari Al-Harits (yakni Ibnu Hassan, namun ada juga yang mengatakan Ibnu Yazin al-Bakri), ia berkata:
Ketika aku bermaksud untuk mengadu kepada Nabi SAW terkait dengan Ala bin Al-Hadhrami, aku bertemu dengan seorang wanita tua dari Bani Tamim di Rabdzah yang sedang sendirian di padang pasir, lalu ia berkata kepadaku, “Wahai hamba Allah, sesungguhnya aku ini sedang ada keperluan dengan Rasulullah, apakah kamu bersedia untuk menyampaikan pesanku kepadanya?”
Maka akupun membawanya bersamaku ke Kota Madinah. Dan setelah sampai di sana, aku melihat masjid dipenuhi dengan penduduk Madinah, bendera hitam terkibar, dan juga Bilal yang sedang memeluk pedangnya di dekat Rasulullah.
Lalu aku bertanya dengan orang-orang yang ada di dekatku, “Apa yang sedang terjadi?”
Mereka menjawab, “Nabi SAW hendak mengutus Amru bin Ash ke sebuah tempat.”
Kemudian aku mencari tempat duduk untuk beristirahat sejenak. Setelah melihat Rasulullah memasuki rumahnya, aku langsung meminta izin untuk bertemu dengan beliau, dan setelah diberikan izin aku segera masuk dan memberi salam kepada beliau, lalu beliau bertanya, “Apakah ada kabar tentang peperangan antara kalian dengan Bani Tamim?”
Aku menjawab, "Ya, kami memenangkan pertempuran itu. Namun dalam perjalananku, aku bertemu dengan seorang wanita tua dari Bani Tamim yang kehilangan arah, ia meminta kepadaku agar dapat membawanya untuk menghadapmu, dan saat ini wanita itu ada di depan pintu.”
Kemudian wanita itu diizinkan untuk masuk, dan setelah ia berada di dalam aku melanjutkan pembicaraanku, "Wahai Rasulullah, dapatkah engkau membuat pembatas antara kami dengan Bani Tamim, dan memasukkan Dahna (lahan kosong di antara kedua wilayah itu) ke wilayah kami, karena dahulu lahan itu memang milik kami?”
Mendengar pembicaraanku wanita tua tadi gelisah dan ingin segera membela sukunya, lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, kabilah manakah yang lebih engkau perlukan?”
Aku segera menyanggahnya dan berkata, “Kalau orang-orang dahulu bilang keadaanku saat ini umpama seekor kambing yang menolong seekor macan (setelah macan itu ditolong ia malah memakan si kambing), aku menolong wanita ini dari ketersesatannya namun aku tidak menyadari bahwa ia adalah musuhku. Aku berlindung kepada Allah dan Rasul-Nya agar aku tidak menjadi seperti delegasi kaum Ad.”
Nabi bertanya, “Katakan padaku, apa yang terjadi dengan delegasi kaum Ad?”
Beliau lebih tahu dariku tentang kisah tersebut, namun beliau ingin aku mengatakannya, maka aku pun menyampaikannya, "Dahulu, kaum Ad dilanda kekeringan, lalu mereka mengutus delegasi yang bernama Qail'.
Kemudian ia menemui Muawiyah bin Bakar dan menginap di kediamannya selama satu bulan. Namun di sana ia meminum khamar dan mendengarkan nyanyian dari dua orang penyanyi yang terkenal dengan sebutan Jaradatan'”.
Setelah satu bulan berlalu, ia pergi ke Gunung Tihamah. Di sana ia berdoa, “Ya Allah, Engkau tahu bahwa aku datang bukan untuk meminta obat bagi orang yang sakit, bukan pula untuk membebaskan orang yang menjadi tawanan. Ya Allah, telah lama Engkau tidak menurunkan Hujan kepada kaum Ad, maka turunkanlah hujan kepada mereka.”
Kemudian ada beberapa awan yang berlalu di atasnya, lalu terdengar suara berseru, “Pilihlah salah satunya!” lalu ia menunjuk pada satu awan yang paling hitam, kemudian suara itu berseru kembali, “Ambillah awan yang penuh dengan debu dan menghanguskan itu!” Maka kaum Ad pun diazab dan tidak ada lagi yang tersisa dari mereka.”
Riwayat yang sampai kepadaku menyebutkan bahwa angin yang dikirimkan kepada mereka hanyalah sekecil lingkaran cincin yang aku kenakan ini, namun itu sudah cukup untuk membinasakan kaum tersebut.
Lalu Abu Wail yang meriwayatkan hadits ini mengatakan, "Apa yang dikatakan oleh Al-Harits memang benar adanya. Ketika ada seorang wanita atau seorang pria diutus sebagai delegasi sebuah masyarakat, maka masyarakat itu akan berpesan, “Janganlah kamu menjadi delegasi seperti delegasinya kaum Ad.”
Dalam bukunya berjudul "Qashash Al-Anbiya", Ibu Katsir menyampaikan hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dalam Kitab Musnadnya. Dari Zaid bin Khabbab, dari Abu Al-Mundjzur Sallam bin Sulaiman An-Nahwi, dari Ashim bin Abi AnNujud, dari Abu Wail, dari Al-Harits (yakni Ibnu Hassan, namun ada juga yang mengatakan Ibnu Yazin al-Bakri), ia berkata:
Ketika aku bermaksud untuk mengadu kepada Nabi SAW terkait dengan Ala bin Al-Hadhrami, aku bertemu dengan seorang wanita tua dari Bani Tamim di Rabdzah yang sedang sendirian di padang pasir, lalu ia berkata kepadaku, “Wahai hamba Allah, sesungguhnya aku ini sedang ada keperluan dengan Rasulullah, apakah kamu bersedia untuk menyampaikan pesanku kepadanya?”
Maka akupun membawanya bersamaku ke Kota Madinah. Dan setelah sampai di sana, aku melihat masjid dipenuhi dengan penduduk Madinah, bendera hitam terkibar, dan juga Bilal yang sedang memeluk pedangnya di dekat Rasulullah.
Lalu aku bertanya dengan orang-orang yang ada di dekatku, “Apa yang sedang terjadi?”
Mereka menjawab, “Nabi SAW hendak mengutus Amru bin Ash ke sebuah tempat.”
Kemudian aku mencari tempat duduk untuk beristirahat sejenak. Setelah melihat Rasulullah memasuki rumahnya, aku langsung meminta izin untuk bertemu dengan beliau, dan setelah diberikan izin aku segera masuk dan memberi salam kepada beliau, lalu beliau bertanya, “Apakah ada kabar tentang peperangan antara kalian dengan Bani Tamim?”
Aku menjawab, "Ya, kami memenangkan pertempuran itu. Namun dalam perjalananku, aku bertemu dengan seorang wanita tua dari Bani Tamim yang kehilangan arah, ia meminta kepadaku agar dapat membawanya untuk menghadapmu, dan saat ini wanita itu ada di depan pintu.”
Kemudian wanita itu diizinkan untuk masuk, dan setelah ia berada di dalam aku melanjutkan pembicaraanku, "Wahai Rasulullah, dapatkah engkau membuat pembatas antara kami dengan Bani Tamim, dan memasukkan Dahna (lahan kosong di antara kedua wilayah itu) ke wilayah kami, karena dahulu lahan itu memang milik kami?”
Mendengar pembicaraanku wanita tua tadi gelisah dan ingin segera membela sukunya, lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, kabilah manakah yang lebih engkau perlukan?”
Aku segera menyanggahnya dan berkata, “Kalau orang-orang dahulu bilang keadaanku saat ini umpama seekor kambing yang menolong seekor macan (setelah macan itu ditolong ia malah memakan si kambing), aku menolong wanita ini dari ketersesatannya namun aku tidak menyadari bahwa ia adalah musuhku. Aku berlindung kepada Allah dan Rasul-Nya agar aku tidak menjadi seperti delegasi kaum Ad.”
Nabi bertanya, “Katakan padaku, apa yang terjadi dengan delegasi kaum Ad?”
Beliau lebih tahu dariku tentang kisah tersebut, namun beliau ingin aku mengatakannya, maka aku pun menyampaikannya, "Dahulu, kaum Ad dilanda kekeringan, lalu mereka mengutus delegasi yang bernama Qail'.
Baca Juga
Kemudian ia menemui Muawiyah bin Bakar dan menginap di kediamannya selama satu bulan. Namun di sana ia meminum khamar dan mendengarkan nyanyian dari dua orang penyanyi yang terkenal dengan sebutan Jaradatan'”.
Setelah satu bulan berlalu, ia pergi ke Gunung Tihamah. Di sana ia berdoa, “Ya Allah, Engkau tahu bahwa aku datang bukan untuk meminta obat bagi orang yang sakit, bukan pula untuk membebaskan orang yang menjadi tawanan. Ya Allah, telah lama Engkau tidak menurunkan Hujan kepada kaum Ad, maka turunkanlah hujan kepada mereka.”
Kemudian ada beberapa awan yang berlalu di atasnya, lalu terdengar suara berseru, “Pilihlah salah satunya!” lalu ia menunjuk pada satu awan yang paling hitam, kemudian suara itu berseru kembali, “Ambillah awan yang penuh dengan debu dan menghanguskan itu!” Maka kaum Ad pun diazab dan tidak ada lagi yang tersisa dari mereka.”
Riwayat yang sampai kepadaku menyebutkan bahwa angin yang dikirimkan kepada mereka hanyalah sekecil lingkaran cincin yang aku kenakan ini, namun itu sudah cukup untuk membinasakan kaum tersebut.
Lalu Abu Wail yang meriwayatkan hadits ini mengatakan, "Apa yang dikatakan oleh Al-Harits memang benar adanya. Ketika ada seorang wanita atau seorang pria diutus sebagai delegasi sebuah masyarakat, maka masyarakat itu akan berpesan, “Janganlah kamu menjadi delegasi seperti delegasinya kaum Ad.”