Hadits Nabi tentang Lingkaran Azab yang Ditimpakan kepada Kaum Ad

Rabu, 09 Februari 2022 - 05:15 WIB
Lalu Abu Wail yang meriwayatkan hadits ini mengatakan, "Apa yang dikatakan oleh Al-Harits memang benar adanya. Ketika ada seorang wanita atau seorang pria diutus sebagai delegasi sebuah masyarakat, maka masyarakat itu akan berpesan, “Janganlah kamu menjadi delegasi seperti delegasinya kaum Ad.”

Menurut Ibnu Katsir, riwayat serupa juga disampaikan oleh Tirmidzi, melalui Abdu bin Humaid dan Zaid bin Habbab, juga oleh Nasa'i dan Ibnu Majah melalui Sallam Abul Mundzir, dari Ashim bin Bahdalah.'” Hadits dan kisah ini juga dituturkan oleh para ahli tafsir seperti Ibnu Jarir dan ulama lainnya ketika menceritakan kisah Nabi Hud.



Rangkaian Terjadinya Azab

Ibnu Katsir mengatakan penjelasan tadi bisa jadi adalah azab yang diturunkan pada kaum Ad generasi kedua, pasalnya riwayat yang disampaikan Ibnu Ishaq dan ulama lainnya menyebutkan adanya Kota Mekkah, sementara Mekkah baru didirikan pada masa kenabian Ibrahim, tepatnya ketika Siti Hajar dan anaknya Nabi Ismail tinggal di sana, lalu mereka didatangi oleh seorang tamu yang bernama Jurhum.

Sedangkan kaum Ad generasi pertama hidup pada masa Nabi Hud, sebelum Nabi Ibrahim.

Lagi pula, pada riwayat itu juga disebutkan bahwa pada awan yang ditiupkan sebagai azab kaum Ad terdapat jilatan api, sementara kaum Ad generasi pertama diazab dengan angin bergemuruh yang sangat kencang, dan sebagaimana disampaikan oleh Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, dan sejumlah ulama tabiin'', bahwa angin tersebut berhawa dingin dan sangat kencang menderu-deru.

Allah SWT berfirman:

Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus.” (QS Al-Haaqqah: 7), yakni, sepanjang hari dan malam tiada henti. Diriwayatkan, bahwa bencana angin itu dimulai pada hari Jumat. Namun ada juga yang meriwayatkan pada hari Rabu. “Maka kamu melihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk)” ( QS Al-Haqqah : 7).

Mereka diumpamakan seperti batang pohon kurma, dan batang pohon korma itu tidak memiliki kepala di atasnya, itulah keadaan mereka saat itu, tanpa kepala.

Pasalnya, angin yang bertiup pada waktu itu dapat menerbangkan mereka dan mengangkat mereka ke udara, kemudian angin itu mendorong mereka ke bawah dengan keadaan kepala berada paling bawah hingga kepala itu tertancap di tanah dan patah, maka jadilah tubuh-tubuh mereka bergelimpangan tanpa kepala.

Ayat yang hampir serupa juga disebutkan pada surat Al-Qamar, “Sesungguhnya Kami telah menghembuskan angin yang sangat kencang kepada mereka pada hari nahas yang terus menerus.” ( QS Al-Qamar : 19), yakni azab itu berlangsung secara kontinyu tanpa berhenti, yang membuat manusia bergelimpangan, mereka bagaikan pohon-pohon kurma yang tumbang dengan akar-akarnya.” ( QS Al-Qamar : 20).

Ibnu Katsir mengatakan apabila dikatakan bahwa azab tersebut hanya terjadi pada satu hari saja, yaitu hari Rabu, maka penafsiran itu tidak tepat dan bertentangan dengan teks Al-Qur'an. Pasalnya, pada surat lain disebutkan, “Maka Kami tiupkan angin yang sangat bergemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang nahas.” ( QS Fushshilat : 16).



Seperti diterangkan pada ayat sebelumnya, bahwa beberapa hari yang dimaksud adalah delapan hari berturut-turut. Maka apabila hari naas itu hanya mengazab mereka pada satu hari saja maka ketujuh hari lainnya hanya terjadi angin tanpa ada yang diazab, dan tidak ada satu pun ulama yang mengatakan seperti ini. Karena itu, jelaslah bahwa hari-hari naas tersebut juga menjadi hari-hari penuh azab bagi mereka.

Allah berfirman, “Dan (juga) pada (kisah kaum) 'Ad, ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan.” ( QS Adz-Dzariyat : 41). Kata 'alaqim” (yang membinasakan) menurut etimologi bahasa bermakna mandul, yakni tidak menghasilkan sesuatu yang baik. Pasalnya, angin tersebut hampa, tidak membawa awan yang dapat menghasilkan hujan dan menyuburkan pepohonan, angin itu mandul dan tidak menghasilkan sesuatu yang baik, karenanya difirmankan, “(angin itu) tidak membiarkan suatu apa pun yang dilandanya kecuali dijadikannya seperti serbuk.” ( QS Adz-Dzariyat : 42), yakni seperti sesuatu yang tidak dipedulikan, dibiarkan begitu saja, dan tidak bisa dimanfaatkan sama sekali.

Dalam Kitab Shahihain disebutkan, sebuah hadits yang diriwayatkan dari Syu'bah, dari Al-Hakam, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Aku diberikan kemenangan dengan angin timur, sedangkan kaum Ad dibinasakan dengan angin barat.”

Adapun mengenai firman Allah, “Dan ingatlah (Hud) saudara kaum Ad yaitu ketika dia mengingatkan kaumnya tentang bukit-bukit pasir dan sesungguhnya telah berlalu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan setelahnya (dengan berkata), “Janganlah kamu menyembah selain Allah, aku sungguh khawatir nanti kamu ditimpa azab pada hari yang besar.” ( QS Al-Ahqaf : 21).

Hakikatnya, kaum Ad yang dimaksud adalah kaum Ad generasi pertama. Karena gaya bahasa yang digunakan mirip dengan gaya bahasa ayat-ayat lain yang menerangkan tentang kaum Nabi Hud, yaitu generasi pertama.

Sedangkan firman Allah, “Maka ketika mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.” ( QS Al-Ahqaf : 24).
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Seorang tidak disebut mukmin saat berzina, seorang tidak disebut mukmin saat mencuri, seorang tidak disebut mukmin saat minum khamer (mabuk), dan pintu taubat akan selalu dibuka setelahnya.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 4069)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More