Abu Jahal Berperan Penting Membuat Abu Thalib Mati dalam Keadaan Kafir
Senin, 21 Februari 2022 - 16:59 WIB
Paman Nabi Muhammad SAW , Abu Thalib, meninggal dalam keadaan kafir. Tatkala sang paman terbaring lemah karena usianya yang sudah sangat senja, yaitu lebih dari 80 tahun, Rasulullah SAW sempat membujuk agar ia membaca syahadat. Hanya saja, Abu Thalib bertahan dengan kekafirannya. Abu Jahal ikut andil dalam peristiwa ini.
Abu Jahal adalah orang yang paling takut jika Abu Thalib masuk Islam. Tatkala Abu Thalib menderita sakit, Abu Jahal pun dengan setia menemaninya. Maka, ketika Rasulullah SAW ingin melihat Abu Thalib saat menjelang ajalnya, Abu Jahal tampak sudah terlebih dahulu mendampingi Abu Thalib.
Ketika Abu Thalib hendak meninggal dunia, Rasulullah SAW mendatanginya. Di dekat Abu Thalib, beliau melihat ada Abu Jahal bin Hisyam, dan Abdullah bin Abi Umayah bin Mughirah.
Rasulullah SAW menyampaikan kepada pamannya, ”Wahai paman, ucapkanlah laa ilaaha illallah, kalimat yang aku jadikan saksi untuk membela paman di hadapan Allah.”
Namun Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayah menimpali, "Hai Abu Thalib, apakah kamu membenci agama Abdul Muthalib?"
Rasulullah SAW terus mengajak pamannya untuk mengucapkan kalimat tauhid, namun dua orang itu selalu mengulang-ulang ucapannya. Hingga Abu Thalib memilih ucapan terakhir, dia mengikuti agama Abdul Muthalib dan enggan untuk mengucapkan laa ilaaha illallah.
Ali Audah dalam buku berjudul " Ali bin Abi Thalib " memaparkan bahwa menjelang kematian Abu Thalib, Rasulullah menawarkan paman yang dicintainya itu untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Namun Abu Thalib enggan mengucapkan dua kalimat itu dan berkata: “Dengan agama Abdul Muthalib .”
Rasulullah SAW pun sangat sedih karena Abu Thalib meninggal dalam keadaan tidak beriman. “Demi Allah, aku akan memintakan ampun buatmu sampai aku dilarang (melakukan itu)," ujar Rasulullah SAW dalam duka yang begitu mendalam. Oleh karena itu, Allah SWT menurunkan firman-Nya sebagai larangan:
"Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampunan (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, sekalipun orang-orang itu kaum kerabat-(nya), setelah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu penghuni Neraka Jahanam". ( QS Al-Taubah : 113).
Ali Audah menjelaskan bahwa para mufasir (ahli tafsir) umumnya sepakat ayat tersebut berkaitan dengan sikap Abu Thalib menjelang kematiannya yang menolak ajakan Nabi.
Ajakan Nabi yang dilandaskan dengan ketakwaan diiringi dengan rasa cinta kasih terhadap pamannya. Nabi ingin pamannya beriman, namun kehendak Abu Thalib berkata lain.
Selain itu, Allah juga menurunkan ayat perihal Abu Thalib yang tidak mau beriman:
"Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk ( QS Al-Qashash : 56).
Siksa Paling Ringan
Dalam Shahih Muslim, terdapat sebuah hadits yang menggambarkan bagaimana kecintaan Nabi kepada pamannya tersebut dapat membuat Abu Thalib mendapat perlakuan berbeda dibanding penghuni neraka lainnya.
"Wahai Rasulullah, apakah engkau akan memberikan suatu manfaat kepada Abu Thalib, lantaran ia selalu menjagamu serta melindungimu?"
Abu Jahal adalah orang yang paling takut jika Abu Thalib masuk Islam. Tatkala Abu Thalib menderita sakit, Abu Jahal pun dengan setia menemaninya. Maka, ketika Rasulullah SAW ingin melihat Abu Thalib saat menjelang ajalnya, Abu Jahal tampak sudah terlebih dahulu mendampingi Abu Thalib.
Ketika Abu Thalib hendak meninggal dunia, Rasulullah SAW mendatanginya. Di dekat Abu Thalib, beliau melihat ada Abu Jahal bin Hisyam, dan Abdullah bin Abi Umayah bin Mughirah.
Rasulullah SAW menyampaikan kepada pamannya, ”Wahai paman, ucapkanlah laa ilaaha illallah, kalimat yang aku jadikan saksi untuk membela paman di hadapan Allah.”
Namun Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayah menimpali, "Hai Abu Thalib, apakah kamu membenci agama Abdul Muthalib?"
Rasulullah SAW terus mengajak pamannya untuk mengucapkan kalimat tauhid, namun dua orang itu selalu mengulang-ulang ucapannya. Hingga Abu Thalib memilih ucapan terakhir, dia mengikuti agama Abdul Muthalib dan enggan untuk mengucapkan laa ilaaha illallah.
Ali Audah dalam buku berjudul " Ali bin Abi Thalib " memaparkan bahwa menjelang kematian Abu Thalib, Rasulullah menawarkan paman yang dicintainya itu untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Namun Abu Thalib enggan mengucapkan dua kalimat itu dan berkata: “Dengan agama Abdul Muthalib .”
Rasulullah SAW pun sangat sedih karena Abu Thalib meninggal dalam keadaan tidak beriman. “Demi Allah, aku akan memintakan ampun buatmu sampai aku dilarang (melakukan itu)," ujar Rasulullah SAW dalam duka yang begitu mendalam. Oleh karena itu, Allah SWT menurunkan firman-Nya sebagai larangan:
مَا كَانَ لِلنَّبِىِّ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡاۤ اَنۡ يَّسۡتَغۡفِرُوۡا لِلۡمُشۡرِكِيۡنَ وَ لَوۡ كَانُوۡۤا اُولِىۡ قُرۡبٰى مِنۡۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمۡ اَنَّهُمۡ اَصۡحٰبُ الۡجَحِيۡمِ
"Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampunan (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, sekalipun orang-orang itu kaum kerabat-(nya), setelah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu penghuni Neraka Jahanam". ( QS Al-Taubah : 113).
Ali Audah menjelaskan bahwa para mufasir (ahli tafsir) umumnya sepakat ayat tersebut berkaitan dengan sikap Abu Thalib menjelang kematiannya yang menolak ajakan Nabi.
Ajakan Nabi yang dilandaskan dengan ketakwaan diiringi dengan rasa cinta kasih terhadap pamannya. Nabi ingin pamannya beriman, namun kehendak Abu Thalib berkata lain.
Selain itu, Allah juga menurunkan ayat perihal Abu Thalib yang tidak mau beriman:
اِنَّكَ لَا تَهۡدِىۡ مَنۡ اَحۡبَبۡتَ وَلٰـكِنَّ اللّٰهَ يَهۡدِىۡ مَنۡ يَّشَآءُؕ وَهُوَ اَعۡلَمُ بِالۡمُهۡتَدِيۡنَ
"Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk ( QS Al-Qashash : 56).
Siksa Paling Ringan
Dalam Shahih Muslim, terdapat sebuah hadits yang menggambarkan bagaimana kecintaan Nabi kepada pamannya tersebut dapat membuat Abu Thalib mendapat perlakuan berbeda dibanding penghuni neraka lainnya.
"Wahai Rasulullah, apakah engkau akan memberikan suatu manfaat kepada Abu Thalib, lantaran ia selalu menjagamu serta melindungimu?"