Meneladani Sifat Pemaaf Para Kekasih Allah SWT
Selasa, 01 Maret 2022 - 17:19 WIB
اذْهَبُوا فَأَنْتُمُ الطُّلَقَاءُ
“Pergilah kalian semua, saat ini kalian bebas.” (Tarikh ath-Thabari No. 758)
Di dalam hadis yang lain, terkisah kesabaran para nabi menghadapi umatnya,
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَحْكِي نَبِيًّا مِنْ الْأَنْبِيَاءِ ضَرَبَهُ قَوْمُهُ فَأَدْمَوْهُ فَهُوَ يَمْسَحُ الدَّمَ عَنْ وَجْهِهِ وَيَقُولُ رَبِّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
“Abdullah mengatakan, seakan-akan aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengisahkan seorang Nabi yang ditempeleng oleh kaumnya sambil ia menyeka darah dari wajahnya dan memanjatkan doa; ‘ya Rabbi, ampunilah kaumku, sebab mereka adalah orang yang tidak tahu.” (HR. Bukhari No. 6417)
Kemuliaan Sejati Bagi Para Pemaaf
Di antara akhlak mulia kekasih Allah adalah, kala mereka bermuamalah dengan sesama manusia, mereka rida dengan apa yang mereka terima. Tidak akan merampas hak-hak orang lain. Lapang dada atas keburukan yang orang lain perbuat, dan mudah melupakannya.
Allah Ta'ala berfirman :
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’rāf: 199)
Apa maksud dari “Jadilah pemaaf”? Mujahid berkata: “Jadilah pemaaf atas perbuatan dan kesalahan mereka tanpa mengusut-usutnya kembali”. (Tafsir al-Qur’an al-Azhim, Ibnu Katsir, 3/480)
Inilah akhlak mulia yang sebenarnya. Karena kemuliaan yang sejati, adalah kemuliaan dalam hati, mulia akhlaknya, mulia di sisi Rabbnya.
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ قَالَ كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ صَدُوقِ اللِّسَانِ قَالُوا صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ قَالَ هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ لَا إِثْمَ فِيهِ وَلَا بَغْيَ وَلَا غِلَّ وَلَا حَسَدَ
“Ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Manusia bagaimanakah yang paling mulia?’
Beliau menjawab, ‘Semua (orang) yang hatinya bersedih dan lisan (ucapannya) benar.’ Para sahabat berkata, ‘Perkataannya yang benar telah kami ketahui, lantas apakah maksud dari hati yang bersedih?’
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ‘Hati yang bertakwa dan bersih, tidak ada kedurhakaan dan kelaliman padanya, serta kedengkian dan hasad.’” (HR. Ibnu Majah No. 4206)
Inilah hati yang mulia. Hati dan jiwa yang hanya dimiliki oleh orang-orang bertakwa. Rasulullah menjawab, manusia yang paling mulia ialah mereka yang tidak berdusta. Di samping itu, manusia yang paling mulia ialah mereka yang memiliki ketakwaan dan kebersihan hati. Hati yang tiada kedurhakaan, tiada kelaliman, serta tiada kedengkian dan hasad kepada sesama.
Wallahu A'lam