Pamer Amal di Medsos? Hati-hati Dengan Riya dan Sum'ah
Senin, 15 Juni 2020 - 15:57 WIB
Fenomena update status di media sosial sudah mewabah dalam masyarakat saat ini. Tak heran bila isi medsos sangat kompleks dan beragam. Mulai dari dakwah, nasihat, contoh keteladanan, hingga tawaran makanan atau minuman, bahkan umpatan serta caci-maki.
Medsos telah mengubah gaya hidup manusia dari yang bersifat pribadi menjadi publik. Kata-kata seperti bismillah, alhamdulillah, jangan lupa salat, atau memasang foto selfie di depan Kakbah saat umrah menjadi pemandangan yang sangat umum di medsos.
Medsos sepertinya sudah menjadi ajang pamer. Boleh jadi maksudnya bukan pamer, tapi sekadar update status, atau buat seru-seruan saja. Niat yang tadinya ikhlas karena Allah, tetapi dilakukan terus menerus dan masif akhirnya bisa bercampur riya' dan sum'ah. Inilah yang secara tidak sadar sering diremehkan, termasuk di kalangan muslimah.
Apa itu riya dan sum'ah? Riya' memiliki arti memperlihatkan amal dan sum'ah berarti memperdengarkan amal. Keduanya merupakan salah satu bentuk syirik kecil. Sebenarnya tujuan awal beramal adalah karena Allah, tetapi tiba-tiba muncul niatan yang ditujukan kepada selain-Nya, yaitu mengharap pujian dan sanjungan dari orang lain.
Allah Ta'ala berfirman dalam QS: Az-Zumar : 2-3
إِنَّآ أَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ فَٱعْبُدِ ٱللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ ٱلدِّينَ
"Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
لَا لِلَّهِ ٱلدِّينُ ٱلْخَالِصُ
"Ingatlah, hanya kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik)...."
Maka katakanlah orang-orang yang tidak ikhlas, janganlah engkau memperlihatkan amalmu! Karena segala amal yang ditujukan kepada selain Alloh akan sia-sia.
Dari Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu-anhu diriwayatkan bahwa ia berkata : Rasullulah Shallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Tidaklah seorang hamba berdiri di dunia ini dalam keadaan berlaku sum'ah dan riya' kecuali Allah akan memperdengarkan aibnya kepada seluruh mahluk pada hari kiamat nanti'.
Dari hadis ini dijelaskan akan bahaya riya dan sum'ah. Amalan yang dikerjakan dengan ikhlas akan mendatangkan pahala. Namun karena bercampur dengan riya, maka tentu saja akan merusak pahala amalan tersebut. Bisa merusak salah satu bagiannya saja atau bahkan merusak keseluruhan dari pahala amalan itu. (Baca juga : Inilah Amaliah Istri yang Memperlancar Rezeki Suami )
Beberapa bentuk riya'yang mencampuri amal dari awal hingga akhir, maka amalannya terhapus. Misalnya seseorang yang hendak mengerjakan salat lalu datang seseorang yang ia kagumi. Kemudian ia salat dengan bagus dan khusyu’ karena ingin dilihat orang tersebut. Riya’ tersebut ada dari awal hingga akhir salatnya dan ia tidak berusaha untuk menghilangkannya, maka amalannya terhapus.
Riya’ yang muncul tiba-tiba di tengah-tengah amal dan dia berusaha untuk menghilangkannya sehingga riya’ tersebut hilang, maka riya’ ini tidak mempengaruhi pahala amalannya.
Misalnya seseorang yang salat kemudian muncul riya’ di tengah-tengah salatnya dan ia berusaha untuk menghilangkannya sehingga riya’ tersebut hilang, maka riya’ tersebut tidak mempengaruhi ataupun merusak pahala salat tersebut.
Riya’ muncul tiba-tiba di tengah-tengah namun dibiarkan terus berlanjut, maka ini adalah syirik asghar atau syrik kecil dan menghapus amalannya. Namun dalam kondisi ini ulama berselisih pendapat tentang amalan mana yang terhapus, misalnya riya’ dalam salat. Apakah rakaat yang tercampuri riya’ saja yang terhapus ataukah keseluruhan salatnya?
Pendapat pertama menyatakan bahwa yang terhapus hanyalah pada amalan yang terkait. Pendapat kedua, yaitu perlu dirinci; Kalau amalannya merupakan satu rangkaian dan tidak mungkin dipisahkan satu dengan yang lain, misalnya salat dhuhur empat rakaat, maka terhapus rangkaian amal tersebut.
Kalau amalannya bukan merupakan satu rangkaian, maka amal yang terhapus pahalanya adalah sebatas yang tercampuri saja. Misalnya seseorang yang bersedekah kepada sepuluh orang anak yatim.
Saat bersedekah pada anak kesatu sampai yang kelima ia ikhlas. Akan tetapi riya’ muncul saat ia bersedekah pada anak ke-enam, maka pahala yang terhapus adalah sedekah pada anak ke-enam. Contoh yang serupa adalah puasa.
Medsos telah mengubah gaya hidup manusia dari yang bersifat pribadi menjadi publik. Kata-kata seperti bismillah, alhamdulillah, jangan lupa salat, atau memasang foto selfie di depan Kakbah saat umrah menjadi pemandangan yang sangat umum di medsos.
Medsos sepertinya sudah menjadi ajang pamer. Boleh jadi maksudnya bukan pamer, tapi sekadar update status, atau buat seru-seruan saja. Niat yang tadinya ikhlas karena Allah, tetapi dilakukan terus menerus dan masif akhirnya bisa bercampur riya' dan sum'ah. Inilah yang secara tidak sadar sering diremehkan, termasuk di kalangan muslimah.
Apa itu riya dan sum'ah? Riya' memiliki arti memperlihatkan amal dan sum'ah berarti memperdengarkan amal. Keduanya merupakan salah satu bentuk syirik kecil. Sebenarnya tujuan awal beramal adalah karena Allah, tetapi tiba-tiba muncul niatan yang ditujukan kepada selain-Nya, yaitu mengharap pujian dan sanjungan dari orang lain.
Allah Ta'ala berfirman dalam QS: Az-Zumar : 2-3
إِنَّآ أَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ فَٱعْبُدِ ٱللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ ٱلدِّينَ
"Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
لَا لِلَّهِ ٱلدِّينُ ٱلْخَالِصُ
"Ingatlah, hanya kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik)...."
Maka katakanlah orang-orang yang tidak ikhlas, janganlah engkau memperlihatkan amalmu! Karena segala amal yang ditujukan kepada selain Alloh akan sia-sia.
Dari Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu-anhu diriwayatkan bahwa ia berkata : Rasullulah Shallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Tidaklah seorang hamba berdiri di dunia ini dalam keadaan berlaku sum'ah dan riya' kecuali Allah akan memperdengarkan aibnya kepada seluruh mahluk pada hari kiamat nanti'.
Dari hadis ini dijelaskan akan bahaya riya dan sum'ah. Amalan yang dikerjakan dengan ikhlas akan mendatangkan pahala. Namun karena bercampur dengan riya, maka tentu saja akan merusak pahala amalan tersebut. Bisa merusak salah satu bagiannya saja atau bahkan merusak keseluruhan dari pahala amalan itu. (Baca juga : Inilah Amaliah Istri yang Memperlancar Rezeki Suami )
Beberapa bentuk riya'yang mencampuri amal dari awal hingga akhir, maka amalannya terhapus. Misalnya seseorang yang hendak mengerjakan salat lalu datang seseorang yang ia kagumi. Kemudian ia salat dengan bagus dan khusyu’ karena ingin dilihat orang tersebut. Riya’ tersebut ada dari awal hingga akhir salatnya dan ia tidak berusaha untuk menghilangkannya, maka amalannya terhapus.
Riya’ yang muncul tiba-tiba di tengah-tengah amal dan dia berusaha untuk menghilangkannya sehingga riya’ tersebut hilang, maka riya’ ini tidak mempengaruhi pahala amalannya.
Misalnya seseorang yang salat kemudian muncul riya’ di tengah-tengah salatnya dan ia berusaha untuk menghilangkannya sehingga riya’ tersebut hilang, maka riya’ tersebut tidak mempengaruhi ataupun merusak pahala salat tersebut.
Riya’ muncul tiba-tiba di tengah-tengah namun dibiarkan terus berlanjut, maka ini adalah syirik asghar atau syrik kecil dan menghapus amalannya. Namun dalam kondisi ini ulama berselisih pendapat tentang amalan mana yang terhapus, misalnya riya’ dalam salat. Apakah rakaat yang tercampuri riya’ saja yang terhapus ataukah keseluruhan salatnya?
Pendapat pertama menyatakan bahwa yang terhapus hanyalah pada amalan yang terkait. Pendapat kedua, yaitu perlu dirinci; Kalau amalannya merupakan satu rangkaian dan tidak mungkin dipisahkan satu dengan yang lain, misalnya salat dhuhur empat rakaat, maka terhapus rangkaian amal tersebut.
Kalau amalannya bukan merupakan satu rangkaian, maka amal yang terhapus pahalanya adalah sebatas yang tercampuri saja. Misalnya seseorang yang bersedekah kepada sepuluh orang anak yatim.
Saat bersedekah pada anak kesatu sampai yang kelima ia ikhlas. Akan tetapi riya’ muncul saat ia bersedekah pada anak ke-enam, maka pahala yang terhapus adalah sedekah pada anak ke-enam. Contoh yang serupa adalah puasa.