Cara Cerdas Abu Nawas Menghitung Bulu Ekor Keledai
Selasa, 16 Juni 2020 - 21:10 WIB
Abu Nawas adalah pujangga Arab dan merupakan salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Penyair ulung sekaligus tokoh sufi ini mempunyai nama lengkap Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakami dan hidup pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M). (
)
Menjadi orang pintar dan cerdik mesti siap diadu dengan yang selevel. Begitu juga Abu Nawas. Tersebutlah tiga orang yang cukup terkenal cerdik dan pandai pergi berkeliling negeri untuk menantang adu pintar dengan mereka. Pada suatu hari ketiga orang itu memasuki kampung Abu Nawas. Penduduk sepakat, untuk menghadapi ketiga orang itu, maka mereka sodorkan si cerdik, Abu Nawas. "Saya yakin, Abu Nawas bisa mengatasi tiga orang itu," ujar salah seorang penduduk. ( )
Singkat cerita Abu Nawas akhirnya akhirnya setuju menghadapi orang itu. Adu kepintaran antara Abu Nawas dengan ketiga orang itu diadalah di lapangan bola sehingga masyarakat bisa menonton.
Setelah waktu yang ditentukan tiba, maka berkumpullah penduduk setempat. Abu Nawas tampak santai. Ia selalu mengapungkan senyum kepada tiap orang yang mendekatinya.
Acara pun dimulai. Masing-masing kontestan memperkenalkan diri. Sebagai penghormatan, juri mempersilakan tiga orang itu untuk bertanya kepada Abu Nawas.
(
Ketiga orang itu sangat senang mendapat kesempatan bertanya duluan. Maka dengan congkaknya orang pertama bertanya kepada Abu Nawas. "Di mana sebenarnya pusat bumi ini, wahai Abu Nawas yang tolol?"
Abu Nawas tersenyum simpul dibilang tolol. Si cerdik ini menjawab, "ah, itu sih gampang."
"Kalau begitu di mana?" desak orang itu.
"Tepat di bawah telapak kaki saya, saudara yang budiman," ujar Abu Nawas dengan senyum mengembang sembali merapatkan kakinya dan sedikit membungkuk.
Baca juga: Baginda Sultan dan Para Menteri Bertelur, Abu Nawas Berkokok
Jawaban Abu Nawas itu membuat orang kedua tidak terima. Ia langsung berkata dengan keras, "Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu?"
"Jika kalian tidak percaya atas jawabanku, ukur saja sendiri," jawab Abu Nawas enteng.
Tampaknya jawaban itu telah membuat orang pertama tertegun dan hanya bisa diam saja. Untuk itulah, tiba giliran orang kedua mengajukan pertanyaan kepada Abu Nawas. "Berapa banyak jumlah bintang di langit?" Pernyataan yang nyaris sama dan sudah pasti bisa dijawab Abu Nawas dengan mudah.
"Bintang-bintang yang ada di langit itu jumlahnya sama dengan rambut yang tumbuh di keledaiku ini," ujar Abu Nawas sembari menuding keledainya yang sedang merumput.
"Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu?" tanya orang kedua dengan suara tinggi.
"Nah, kalau tidak percaya, hitung saja rambut yang ada di keledai ini, nanti saudara akan tahu kebenarannya," jawab Abu Nawas.
"Itu sih bodoh, akal-akalan saja. Bagaimana orang bisa menghitung bulu keledai? "sanggah bijak kedua itu keki.
"Nah, kalau aku bodoh, berarti saudara juga bodoh. Bagaimana orang bisa menghitung bintang di langit?" ujar Abu Nawas tak mau kalah.
Mendengar jawaban itu, si orang kedua pun langsung mengunci mulutnya. Sekarang tampillah orang ketiga. Orang ini konon paling cerdas di antara yang lain. Ia memang agak terganggu oleh kecerdikan Abu Nawas dan dengan ketus ia bertanya, "Tampaknya saudara tahu banyak mengenai keledai. Coba saudara katakan kepadaku, berapa jumlah bulu yang ada di ekor keledai itu?"
Sebuah pernyataan yang tidak kreatif dan nyaris mirip orang pertama dan kedua. Ini tentu saja membuat Abu Nawas tertawa mengejek.
"Aku tahu jumlahnya. Jumlah bulu yang ada di ekor keledaiku ini sama dengan jumlah rambut yang ada di janggut saudara," jawab Abu Nawas dengan senyum-senyum.
"Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu?" tanya orang ketiga penasaran.
"Oh itu mudah saja. Begini, saudara mencabut sehelai bulu dari ekor keledaiku, kemudian saya akan mencabut sehelai rambut dari janggut saudara. Nah, kalau sama, maka yang aku katakan adalah benar. Kalau tidak, berarti saya keliru, "jawab Abu Nawas.
Tentu saja orang ketiga itu dibuat mati kutu oleh Abu Nawas. Bisa dibayangkan sakitnya jika rambut di janggut itu dicabut satu per sana sejumlah bulu di ekor keledai Abu Nawas. Orang ketiga tak terima dengan cara menghitung demikian. Hanya saja, dia tak bisa berkutik. Para penonton pun menganggap Abu Nawas pemenangnya. ( )
Menjadi orang pintar dan cerdik mesti siap diadu dengan yang selevel. Begitu juga Abu Nawas. Tersebutlah tiga orang yang cukup terkenal cerdik dan pandai pergi berkeliling negeri untuk menantang adu pintar dengan mereka. Pada suatu hari ketiga orang itu memasuki kampung Abu Nawas. Penduduk sepakat, untuk menghadapi ketiga orang itu, maka mereka sodorkan si cerdik, Abu Nawas. "Saya yakin, Abu Nawas bisa mengatasi tiga orang itu," ujar salah seorang penduduk. ( )
Singkat cerita Abu Nawas akhirnya akhirnya setuju menghadapi orang itu. Adu kepintaran antara Abu Nawas dengan ketiga orang itu diadalah di lapangan bola sehingga masyarakat bisa menonton.
Setelah waktu yang ditentukan tiba, maka berkumpullah penduduk setempat. Abu Nawas tampak santai. Ia selalu mengapungkan senyum kepada tiap orang yang mendekatinya.
Acara pun dimulai. Masing-masing kontestan memperkenalkan diri. Sebagai penghormatan, juri mempersilakan tiga orang itu untuk bertanya kepada Abu Nawas.
(
Ketiga orang itu sangat senang mendapat kesempatan bertanya duluan. Maka dengan congkaknya orang pertama bertanya kepada Abu Nawas. "Di mana sebenarnya pusat bumi ini, wahai Abu Nawas yang tolol?"
Abu Nawas tersenyum simpul dibilang tolol. Si cerdik ini menjawab, "ah, itu sih gampang."
"Kalau begitu di mana?" desak orang itu.
"Tepat di bawah telapak kaki saya, saudara yang budiman," ujar Abu Nawas dengan senyum mengembang sembali merapatkan kakinya dan sedikit membungkuk.
Baca juga: Baginda Sultan dan Para Menteri Bertelur, Abu Nawas Berkokok
Jawaban Abu Nawas itu membuat orang kedua tidak terima. Ia langsung berkata dengan keras, "Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu?"
"Jika kalian tidak percaya atas jawabanku, ukur saja sendiri," jawab Abu Nawas enteng.
Tampaknya jawaban itu telah membuat orang pertama tertegun dan hanya bisa diam saja. Untuk itulah, tiba giliran orang kedua mengajukan pertanyaan kepada Abu Nawas. "Berapa banyak jumlah bintang di langit?" Pernyataan yang nyaris sama dan sudah pasti bisa dijawab Abu Nawas dengan mudah.
"Bintang-bintang yang ada di langit itu jumlahnya sama dengan rambut yang tumbuh di keledaiku ini," ujar Abu Nawas sembari menuding keledainya yang sedang merumput.
"Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu?" tanya orang kedua dengan suara tinggi.
"Nah, kalau tidak percaya, hitung saja rambut yang ada di keledai ini, nanti saudara akan tahu kebenarannya," jawab Abu Nawas.
"Itu sih bodoh, akal-akalan saja. Bagaimana orang bisa menghitung bulu keledai? "sanggah bijak kedua itu keki.
"Nah, kalau aku bodoh, berarti saudara juga bodoh. Bagaimana orang bisa menghitung bintang di langit?" ujar Abu Nawas tak mau kalah.
Mendengar jawaban itu, si orang kedua pun langsung mengunci mulutnya. Sekarang tampillah orang ketiga. Orang ini konon paling cerdas di antara yang lain. Ia memang agak terganggu oleh kecerdikan Abu Nawas dan dengan ketus ia bertanya, "Tampaknya saudara tahu banyak mengenai keledai. Coba saudara katakan kepadaku, berapa jumlah bulu yang ada di ekor keledai itu?"
Sebuah pernyataan yang tidak kreatif dan nyaris mirip orang pertama dan kedua. Ini tentu saja membuat Abu Nawas tertawa mengejek.
"Aku tahu jumlahnya. Jumlah bulu yang ada di ekor keledaiku ini sama dengan jumlah rambut yang ada di janggut saudara," jawab Abu Nawas dengan senyum-senyum.
"Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu?" tanya orang ketiga penasaran.
"Oh itu mudah saja. Begini, saudara mencabut sehelai bulu dari ekor keledaiku, kemudian saya akan mencabut sehelai rambut dari janggut saudara. Nah, kalau sama, maka yang aku katakan adalah benar. Kalau tidak, berarti saya keliru, "jawab Abu Nawas.
Tentu saja orang ketiga itu dibuat mati kutu oleh Abu Nawas. Bisa dibayangkan sakitnya jika rambut di janggut itu dicabut satu per sana sejumlah bulu di ekor keledai Abu Nawas. Orang ketiga tak terima dengan cara menghitung demikian. Hanya saja, dia tak bisa berkutik. Para penonton pun menganggap Abu Nawas pemenangnya. ( )
(mhy)