Akal-Akalan Abu Nawas Menjebak Pencuri Profesional
Sabtu, 20 Juni 2020 - 10:57 WIB
Abu Nawas adalah pujangga Arab dan merupakan salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Penyair ulung sekaligus tokoh sufi ini mempunyai nama lengkap Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakami dan hidup pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M). (
)
Pada suatu hari, di sebuah kompleks di Kota Baghdad dibuat gempar oleh pencurian di rumah saudagar kaya raya. Duit ribuan dinar lenyap digondol maling.
Tampaknya maling tersebut sangat profesional. Selain sukses membobol rumah saudagar yang dijaga lumayan ketat itu, petugas juga belum bisa mengendus siapa pencurinya.
Sang saudagar penasaran dibuatnya. Duit yang dicuri itu baginya tidak begitu besar dibanding hartanya yang bejibun. Masalahnya, siapa pencoleng itu yang membuat dia penasaran. "Harus diusut sampai tuntas," tekadnya.
Masalahnya, sudah nyaris sepekan para petugas belum juga bisa membongkar kasus ini. (
Pada akhirnya, sang saudagar membuat keputusan, barangsiapa yang mencuri hartanya dan dia mau mengembalikan, selain diampuni, sang pencuri akan mendapatkan hak separuh dari harta yang dicuri tersebut.
Pengumuman tersebut ternyata tak mengundang minat maling itu. Si pencuri tak kunjung memperlihatkan batang hidungnya.
Tidak putus asa, sang saudagar akhirnya membuat sayembara baru. Barang siapa yang berhasil mendapatkan pencuri tersebut, maka dia akan mendapatkan seluruh harta tersebut.
Tentu saja sayembara ini sangat menarik warga Baghdad. Banyak sekali orang yang mendaftar untuk ikut ambil bagian, termasuk si pencuri itu sendiri.
Awalnya si pencuri berniat untuk meninggalkan kota Baghdad dengan membawa harta curiannya. Namun setelah dipikir-pikir, kepergiannya hanya akan membuka aibnya, ya mending ikut sayembara. ( )
Oleh karena itu, si pencuri mencoba bertahan di kota dengan ikut-ikutan menjadi peserta sayembara. Dia semakin merasa aman saat berkumpul dengan peserta sayembara.
Dia sangat yakin kedoknya tidak akan terbongkar. ( )
Begitu melihat hasil yang belum jelas terlihat dari sayembara, sang saudagar akhirnya mendesak sang hakim untuk mendatangkan Abu Nawas.
Namun sayangnya, Abu Nawas pada hari itu sedang berada di Damaskus dan baru bisa pulang pada esok harinya. Semua harapan kini bertumpu pada Si Cerdik itu.
Kasak-kusuk begitu gencar di kalangan warga. Mereka menebak apakah Abu Nawas mampu menguak teka-teki tersebut. Sementara itu, si pencuri hatinya menjadi ciut karena dia tahu bagaimana kemampuan Abu Nawas dalam memecahkan masalah. ( )
Pada keesokan harinya, Abu Nawas datang dengan membawa tongkat banyak sekali. Kemudian dia membagikan tongkat-tongkat tersebut kepada semua yang hadir sambil berpesan. "Tongkat-tongkat ini sudah saya mantrai, kalian bawa pulang. Besok bawa kembali ke sini. Jika salah satu di antara kalian pencurinya, maka tongkat akan bertambah satu telunjuk. Yang bukan pencuri, maka tidak usah khawatir," ujar Abu Nawas.
Kemudian semua warga pulang dan si pecuri bingung bagaimana bisa lolos di esok hari. Setelah memeras otak, dia memutuskan untuk memotong tongkat tersebut sepanjang telunjuk jarinya. (Baca juga: Abu Nawas Memang Debitur yang Cerdik, Tuan Tanah Kena Tipu )
Keesokan harinya, semua warga berkumpul dan mengembalikan tongkat kepada Abu Nawas. Pada saat menerima tongkat dari pencuri tersebut, Abu Nawas langsung menangkapnya karena tongkatnya menjadi lebih pendek.
Kemudian si pencuri diadili dengan seadil-adilnya. Akhirnya Abu Nawas berhak atas duit ribuan dinar tersebut. Namun uang tersebut dibagikan kepada fakir miskin di kota Baghdad. ( )
Pada suatu hari, di sebuah kompleks di Kota Baghdad dibuat gempar oleh pencurian di rumah saudagar kaya raya. Duit ribuan dinar lenyap digondol maling.
Tampaknya maling tersebut sangat profesional. Selain sukses membobol rumah saudagar yang dijaga lumayan ketat itu, petugas juga belum bisa mengendus siapa pencurinya.
Sang saudagar penasaran dibuatnya. Duit yang dicuri itu baginya tidak begitu besar dibanding hartanya yang bejibun. Masalahnya, siapa pencoleng itu yang membuat dia penasaran. "Harus diusut sampai tuntas," tekadnya.
Masalahnya, sudah nyaris sepekan para petugas belum juga bisa membongkar kasus ini. (
Pada akhirnya, sang saudagar membuat keputusan, barangsiapa yang mencuri hartanya dan dia mau mengembalikan, selain diampuni, sang pencuri akan mendapatkan hak separuh dari harta yang dicuri tersebut.
Pengumuman tersebut ternyata tak mengundang minat maling itu. Si pencuri tak kunjung memperlihatkan batang hidungnya.
Tidak putus asa, sang saudagar akhirnya membuat sayembara baru. Barang siapa yang berhasil mendapatkan pencuri tersebut, maka dia akan mendapatkan seluruh harta tersebut.
Tentu saja sayembara ini sangat menarik warga Baghdad. Banyak sekali orang yang mendaftar untuk ikut ambil bagian, termasuk si pencuri itu sendiri.
Awalnya si pencuri berniat untuk meninggalkan kota Baghdad dengan membawa harta curiannya. Namun setelah dipikir-pikir, kepergiannya hanya akan membuka aibnya, ya mending ikut sayembara. ( )
Oleh karena itu, si pencuri mencoba bertahan di kota dengan ikut-ikutan menjadi peserta sayembara. Dia semakin merasa aman saat berkumpul dengan peserta sayembara.
Dia sangat yakin kedoknya tidak akan terbongkar. ( )
Begitu melihat hasil yang belum jelas terlihat dari sayembara, sang saudagar akhirnya mendesak sang hakim untuk mendatangkan Abu Nawas.
Namun sayangnya, Abu Nawas pada hari itu sedang berada di Damaskus dan baru bisa pulang pada esok harinya. Semua harapan kini bertumpu pada Si Cerdik itu.
Kasak-kusuk begitu gencar di kalangan warga. Mereka menebak apakah Abu Nawas mampu menguak teka-teki tersebut. Sementara itu, si pencuri hatinya menjadi ciut karena dia tahu bagaimana kemampuan Abu Nawas dalam memecahkan masalah. ( )
Pada keesokan harinya, Abu Nawas datang dengan membawa tongkat banyak sekali. Kemudian dia membagikan tongkat-tongkat tersebut kepada semua yang hadir sambil berpesan. "Tongkat-tongkat ini sudah saya mantrai, kalian bawa pulang. Besok bawa kembali ke sini. Jika salah satu di antara kalian pencurinya, maka tongkat akan bertambah satu telunjuk. Yang bukan pencuri, maka tidak usah khawatir," ujar Abu Nawas.
Kemudian semua warga pulang dan si pecuri bingung bagaimana bisa lolos di esok hari. Setelah memeras otak, dia memutuskan untuk memotong tongkat tersebut sepanjang telunjuk jarinya. (Baca juga: Abu Nawas Memang Debitur yang Cerdik, Tuan Tanah Kena Tipu )
Keesokan harinya, semua warga berkumpul dan mengembalikan tongkat kepada Abu Nawas. Pada saat menerima tongkat dari pencuri tersebut, Abu Nawas langsung menangkapnya karena tongkatnya menjadi lebih pendek.
Kemudian si pencuri diadili dengan seadil-adilnya. Akhirnya Abu Nawas berhak atas duit ribuan dinar tersebut. Namun uang tersebut dibagikan kepada fakir miskin di kota Baghdad. ( )
(mhy)