8 Dosa karena Lisan, Nomor Terakhir Berawal dari Candaan

Sabtu, 21 Mei 2022 - 11:29 WIB
Hati-hati dengan lisan kita, karena bila tidak dijaga ada perkara perkara yang disebabkan lisan dapat menyeret ke dalam dosa yang mengerikan. Foto ilustrasi/ist
Ada perkara yang disebabkan oleh lisan yang justru akan menyeret ke dalam dosa. Dosa akibat lisan ini tidak main-main, karena dengan lisanlah surga dan neraka seseorang ditentukan. Diriwayatkan dalam sebuah hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah benar iman seseorang, hingga hatinya menjadi benar. Dan tidaklah benar hati seseorang, hingga benar lisannya.” (HR. Imam Ahmad dari Anas radhiyallahu'anhu.).

Imam Al Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah, menjelaskan ada 8 perkara yang perlu diperhatikan agar lisan tidak menyeret kita ke dalam dosa. Yaitu;

1. Berdusta

Jagalah lidah agar tidak berdusta baik dalam keadaan yang serius maupun bercanda. Menurut Imam Al-Ghazali hal demikian akan mendorong untuk berdusta dalam hal yang bersifat serius karena berdusta termasuk induk dosa-dosa besar.





2. Menyalahi janji

Kita harus berbuat baik kepada manusia dalam bentuk tingkah laku, bukan dalam bentuk perkataan. Misalnya jika terpaksa harus berjanji, maka harus menepatinya. Sebab, menyalahi janji atau mengingkari jani merupakan salah satu dari tanda-tanda nifak dan buruknya akhlak.

Sesuai perkataan Rasulullah bersabda, “Ada tiga hal, yang jika ada di antara kalian yang jatuh ke dalamnya maka ia termasuk munafik, walaupun ia puasa dan shalat. Yaitu, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat.”

3. Ghibah (menggunjing)

Makna ghibah adalah membicarakan seseorang dengan sesuatu yang ia benci jika ia mendengarnya. Maka, hindarilah juga untuk menggunjing secara halus. Misalnya dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali ingin menyatakan maksud secara tidak Iangsung dengan berkata, “Semoga Allah memperbaiki orang itu. Sungguh tindakannya sangat buruk padaku. Kita meminta kepada Allah agar Dia memperbaiki kita dan dia.”

Di sini terkumpul dua hal yang buruk, yaitu ghibah (karena dari pernyataanya kita bisa memahami hal itu) dan merasa bahwa diri sendiri bersih tidak bersalah. Tapi, jika engkau benar-benar bermaksud mendoakannya, maka berdoalah secara rahasia jika engkau merasa berduka dengan perbuatannya. Dengan demikian, jelaslah bahwa engkau tak ingin membuka rahasia dan aibnya. Kalau engkau menampakkan dukamu karena aibnya, berarti engkau sedang membuka aibnya.

Cukuplah firman Allah, ini menghalangimu dari ghibah, “Jangan sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kalian senang memakan daging saudaranya yang sudah mati. Pasti kalian tidak menyukainya” (Q.S. al-Hujurat: 12).

4. Mendebat

Dengan mendebat, kita telah menyakiti, menganggap bodoh, dan mencela orang yang kita debat. Selain itu, kita menjadi berbangga diri serta merasa lebih pandai dan berilmu.

Rasulullah bersabda, “Siapa yang meninggalkan perdebatan sedang ia dalam keadaan salah, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di tepi surga. Dan siapa yang meninggalkan perdebatan padahal dia dalam posisi yang benar Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga yang paling tinggi.”

Jangan sampai tertipu oleh setan yang berkata padamu, “Tampakkan yang benar, jangan bersikap lemah!” Sebab, setan selalu akan menjerumuskan orang bodoh kepada keburukan dalam bentuk kebaikan.

Jikalau ingin memberitahu sesuatu berupa nasihat, maka lakukanlah secara rahasia bukan dengan cara mendebat.

5. Mengklaim diri bersih dari dosa

Allah Ta'ala berfirman, “Jangan kalian merasa suci. Dia yang lebih mengetahui siapa yang bertakwa” (Q.S. an-Najm: 32).
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Dunia ibarat penjara orang-orang mukmin dan surganya orang-orang kafir.

(HR. Ibnu Majah No. 4103)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More