Abu Nawas, Abu Wardah, dan Seorang Pengemis
Selasa, 23 Juni 2020 - 08:13 WIB
Abu Nawas adalah pujangga Arab dan merupakan salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Penyair ulung sekaligus tokoh sufi ini mempunyai nama lengkap Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakami dan hidup pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M). (
)
Pada suatu ketika, seorang pengemis mendatangi rumah Abu Nawas. Laki-laki itu meminta makanan karena, menurut pengakuannya, seharian perutnya belum terisi. Abu Nawas tengok kiri tengok kanan seperti orang bingun. Di rumah juga belum ada makanan yang siap saji. Tapi Abu Nawas kepingin membantu pengemis itu. Tidak sekadar memberi makan.
"Kenapa engkau mengemis? Apa engkau tidak mempunyai pekerjaan?" tanya Abu Nawas. ( )
"Ma'af Tuan, saya sudah lama mencari pekerjaan, tapi belum juga ada yang mau menerima saya bekerja," jawab pengemis itu.
"Lalu, apa engkau mau bekerja sekalipun pekerjaan itu berat?" tanya Abu Nawas.
"Asalkan halal, saya mau Tuan," jawab si pengemis.( )
Akhirnya Abu Nawas mengantarkan pengemis itu menemui sahabatnya, Abu Wardah.
Singkat cerita, setelah pengemis itu diberi makan maka Abu Wardah memberi pekerjaan mencabut rumput di pekarangan rumah. Ternyata, lelaki ini merupakan seorang pekerja yang sangat rajin dan tangkas. Dalam waktu singkat saja, pekerjaannya pun selesai.( )
Abu Wardah pun sangat kagum dan tergerak hatinya untuk memberikan pekerjaan yang lebih serius. Ia pun meminta pekerja baru itu untuk memisahkan satu ember kurma menjadi 3 bagian. Yang bagus diletakkan di keranjang pertama, sementara yang lumayan bagus diletakkan di keranjang kedua, dan kurma yang jelek diletakkan di keranjang ketiga. (
Pada keesokan harinya, Abu Nawas datang ke rumah Abu Wardah untuk menanyakan kabar dari pengemis itu. Ia pun menjelaskan bahwa pengemis itu sangat rajin dan terampil mencabut rumput di ladang sehingga dirinya menyimpulkan bahwa pengemis itu adalah pekerja yang baik. Maka dari itu Abu Wardah memberikan pekerjaan yang lebih serius kepadanya.
"Sekarang dia bekerja apa?" tanya Abu Nawas.
"Tadi malam dia saya suruh untuk memisahkan kurma-kurma menjadi tiga bagian. Mari kita ke sana untuk melihatnya, tentu sudah selesai pekerjaannya itu," kata Abu Wardah.
Tapi apa yang terjadinya. Keduanya mendapati pengemis itu sedang tidur pulas. Tugas yang diberikan tidak dikerjakan. Dengan penuh tanya, Abu Wardah pun membangunkan pengemis itu.
"Kenapa engkau tidak menyelesaikan pekerjaanmu yang sangat mudah itu?" tanya Abu Wardah.
"Ma'af Tuan, kalau hanya memindahkan kurma, sesungguhnya itu mudah, yang sulit adalah membuat keputusan mana kurma yang baik, lumyan baik, dan jelek, karena saya tidak diberitahu sebelumnya," jawab pengemis.( )
"Sungguh itu tak terpikirkan olehku," kata Abu Wardah menepuk jidatnya.
Abu Nawas pun tersenyum melihat kejadian itu. Si cerdik ini geleng-geleng karena sahabatnya itu hanya bisa memberikan tugas saja, tapi tidak mengajarinya dengan baik cara melakukannya. ( )
Pada suatu ketika, seorang pengemis mendatangi rumah Abu Nawas. Laki-laki itu meminta makanan karena, menurut pengakuannya, seharian perutnya belum terisi. Abu Nawas tengok kiri tengok kanan seperti orang bingun. Di rumah juga belum ada makanan yang siap saji. Tapi Abu Nawas kepingin membantu pengemis itu. Tidak sekadar memberi makan.
"Kenapa engkau mengemis? Apa engkau tidak mempunyai pekerjaan?" tanya Abu Nawas. ( )
"Ma'af Tuan, saya sudah lama mencari pekerjaan, tapi belum juga ada yang mau menerima saya bekerja," jawab pengemis itu.
"Lalu, apa engkau mau bekerja sekalipun pekerjaan itu berat?" tanya Abu Nawas.
"Asalkan halal, saya mau Tuan," jawab si pengemis.( )
Akhirnya Abu Nawas mengantarkan pengemis itu menemui sahabatnya, Abu Wardah.
Singkat cerita, setelah pengemis itu diberi makan maka Abu Wardah memberi pekerjaan mencabut rumput di pekarangan rumah. Ternyata, lelaki ini merupakan seorang pekerja yang sangat rajin dan tangkas. Dalam waktu singkat saja, pekerjaannya pun selesai.( )
Abu Wardah pun sangat kagum dan tergerak hatinya untuk memberikan pekerjaan yang lebih serius. Ia pun meminta pekerja baru itu untuk memisahkan satu ember kurma menjadi 3 bagian. Yang bagus diletakkan di keranjang pertama, sementara yang lumayan bagus diletakkan di keranjang kedua, dan kurma yang jelek diletakkan di keranjang ketiga. (
Pada keesokan harinya, Abu Nawas datang ke rumah Abu Wardah untuk menanyakan kabar dari pengemis itu. Ia pun menjelaskan bahwa pengemis itu sangat rajin dan terampil mencabut rumput di ladang sehingga dirinya menyimpulkan bahwa pengemis itu adalah pekerja yang baik. Maka dari itu Abu Wardah memberikan pekerjaan yang lebih serius kepadanya.
"Sekarang dia bekerja apa?" tanya Abu Nawas.
"Tadi malam dia saya suruh untuk memisahkan kurma-kurma menjadi tiga bagian. Mari kita ke sana untuk melihatnya, tentu sudah selesai pekerjaannya itu," kata Abu Wardah.
Tapi apa yang terjadinya. Keduanya mendapati pengemis itu sedang tidur pulas. Tugas yang diberikan tidak dikerjakan. Dengan penuh tanya, Abu Wardah pun membangunkan pengemis itu.
"Kenapa engkau tidak menyelesaikan pekerjaanmu yang sangat mudah itu?" tanya Abu Wardah.
"Ma'af Tuan, kalau hanya memindahkan kurma, sesungguhnya itu mudah, yang sulit adalah membuat keputusan mana kurma yang baik, lumyan baik, dan jelek, karena saya tidak diberitahu sebelumnya," jawab pengemis.( )
"Sungguh itu tak terpikirkan olehku," kata Abu Wardah menepuk jidatnya.
Abu Nawas pun tersenyum melihat kejadian itu. Si cerdik ini geleng-geleng karena sahabatnya itu hanya bisa memberikan tugas saja, tapi tidak mengajarinya dengan baik cara melakukannya. ( )
(mhy)