Khalifah Sulaiman Benci Kematian dan Kiamat, Begini Nasihat Salamah bin Dinar
Senin, 30 Mei 2022 - 16:22 WIB
“Yaitu kalimatul haq yang diucapkan oleh seseorang di hadapan orang yang ia takuti (keburukannya) dan dihadapan orang yang ia harapkan (kebaikannya)” jawabnya.
Khalifah bertanya, “Doa apakah yang paling cepat dikabulkan wahai Abu Hazim?”
“Yaitu doa orang baik untuk orang-orang baik” jawabnya.
Khalifah berkata, “Shadaqah apakah yang paling utama?.”
Ia menjawab, “(Yaitu) hasil kerja keras orang yang memiliki sedikit harta yang ia letakkan (shadaqahkan) pada tangan orang yang fakir miskin tanpa diiringi dengan mengungkit-ungkitnya dan menyakiti (perasaannya).”
Khalifah bertanya, “Siapakah orang yang paling cerdik dan berakal, wahai Abu Hazim?.”
“Yaitu seseorang yang mendapatkan (amal) berupa ketaatan kepada Allah ta’ala sehingga ia mengamalkanya, kemudian ia membimbing manusia kepadanya”, jawabnya.
“Dan siapakah orang yang paling tolol?” tanya khalifah lagi.
“Yaitu seseorang yang tunduk bersama hawa nafsu temannya sedangkan temannya adalah orang zalim, sehingga ia menjual akhiratnya dengan dunia orang lain” jawabnya.
Khalifah berkata, “Maukah kamu menemani kami –wahai Abu Hazim- sehingga kamu bisa mengambil (upah) dari kami dan kami bisa mengambil (nasihat) darimu.”
Ia menjawab, “Tidak, wahai Amirul Mukminin.”
“Mengapa?” tanya khalifah.
Ia menjawab, “Saya khawatirkan akan tunduk kepadamu, sehingga Allah akan menimpakan kepayahan dunia dan azab akhirat kepadaku.”
Khalifah berkata, “Sampaikan hajatmu kepada kami wahai Abu Hazim.”
Ia terdiam dan tidak menjawab.
Khalifah lantas mengulang perkataannya “Sampaikan hajatmu kepada kami wahai Abu Hazim, niscaya kami akan menunaikannya untukmu, seberapa pun besarnya.”
Ia menjawab, “Hajatku adalah agar engkau menyelamatkan saya dari neraka dan memasukkan saya ke dalam surga.”
“Itu bukan wewenangku wahai Abu Hazim,” kata khalifah.
Khalifah bertanya, “Doa apakah yang paling cepat dikabulkan wahai Abu Hazim?”
“Yaitu doa orang baik untuk orang-orang baik” jawabnya.
Khalifah berkata, “Shadaqah apakah yang paling utama?.”
Ia menjawab, “(Yaitu) hasil kerja keras orang yang memiliki sedikit harta yang ia letakkan (shadaqahkan) pada tangan orang yang fakir miskin tanpa diiringi dengan mengungkit-ungkitnya dan menyakiti (perasaannya).”
Khalifah bertanya, “Siapakah orang yang paling cerdik dan berakal, wahai Abu Hazim?.”
“Yaitu seseorang yang mendapatkan (amal) berupa ketaatan kepada Allah ta’ala sehingga ia mengamalkanya, kemudian ia membimbing manusia kepadanya”, jawabnya.
“Dan siapakah orang yang paling tolol?” tanya khalifah lagi.
“Yaitu seseorang yang tunduk bersama hawa nafsu temannya sedangkan temannya adalah orang zalim, sehingga ia menjual akhiratnya dengan dunia orang lain” jawabnya.
Khalifah berkata, “Maukah kamu menemani kami –wahai Abu Hazim- sehingga kamu bisa mengambil (upah) dari kami dan kami bisa mengambil (nasihat) darimu.”
Ia menjawab, “Tidak, wahai Amirul Mukminin.”
“Mengapa?” tanya khalifah.
Ia menjawab, “Saya khawatirkan akan tunduk kepadamu, sehingga Allah akan menimpakan kepayahan dunia dan azab akhirat kepadaku.”
Khalifah berkata, “Sampaikan hajatmu kepada kami wahai Abu Hazim.”
Ia terdiam dan tidak menjawab.
Khalifah lantas mengulang perkataannya “Sampaikan hajatmu kepada kami wahai Abu Hazim, niscaya kami akan menunaikannya untukmu, seberapa pun besarnya.”
Ia menjawab, “Hajatku adalah agar engkau menyelamatkan saya dari neraka dan memasukkan saya ke dalam surga.”
“Itu bukan wewenangku wahai Abu Hazim,” kata khalifah.