Kisah Puitis Kurban, Ismail: Kuatkanlah Ikatan Itu Agar Darahku Tidak Kena Ayah
Rabu, 08 Juni 2022 - 18:33 WIB
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. ( QS As-Saffat 106)
وَفَدَيۡنٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيۡمٍ
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. ( QS As-Saffat 107)
Beberapa cerita melukiskan kisah ini dalam bentuk puisi yang indah sekali. Kisahnya, setelah Ibrahim bermimpi dalam tidurnya bahwa ia harus menyembelih anaknya dan memastikan bahwa itu adalah perintah Tuhan, ia berkata kepada anaknya itu:
"Anakku, bawalah tali dan parang itu, mari kita pergi ke bukit mencari kayu untuk keluarga kita."
Anak itupun menurut perintah ayahnya. Ketika itu datang setan dalam bentuk seorang laki-laki, mendatangi ibu anak itu seraya berkata: "Tahukah engkau ke mana Ibrahim membawa anakmu?"
"Ia pergi mencari kayu dari lereng bukit itu," jawab ibunya.
"Tidak," kata setan lagi, "ia pergi akan menyembelihnya."
Ibu itu menjawab lagi: "Tidak. Ia lebih sayang kepada anaknya."
"Ia mendakwakan bahwa Tuhan yang memerintahkan itu."
"Kalau itu memang perintah Tuhan biarkan dia menaati perintahNya," jawab ibu itu.
Setan itu lalu pergi dengan perasaan kecewa. Ia segera menyusul anak yang sedang mengikuti ayahnya itu. Kepada anak itupun ia berkata seperti terhadap ibunya tadi. Tapi jawabannyapun sama dengan jawaban ibunya juga.
Kemudian setan mendatangi Ibrahim dan mengatakan, bahwa mimpinya itu hanya tipu-muslihat setan supaya ia menyembelih anaknya dan akhirnya akan menyesal. Tetapi oleh Ibrahim ia ditinggalkan dan dilaknatnya. Dengan rasa jengkel Iblis itu mundur teratur, karena maksudnya tidak berhasil, baik dari Ibrahim, dari isterinya atau dari anaknya.
Kemudian itu Ibrahim menyatakan kepada anaknya tentang mimpinya itu dan minta pendapatnya. "Ayah, lakukanlah apa yang diperintahkan."
Lalu katanya lagi dalam ballada itu: "Ayah, kalau ayah akan menyembelihku, kuatkanlah ikatan itu supaya darahku nanti tidak kena ayah dan akan mengurangi pahalaku. Aku tidak menjamin bahwa aku takkan gelisah bila dilaksanakan.
Tajamkanlah parang itu supaya dapat sekaligus memotongku. Bila ayah sudah merebahkan aku untuk disembelih, telungkupkan aku dan jangan dimiringkan. Aku kuatir bila ayah kelak melihat wajahku ayah akan jadi lemah, sehingga akan menghalangi maksud ayah melaksanakan perintah Tuhan itu. Kalau ayah berpendapat akan membawa bajuku ini kepada ibu kalau-kalau menjadi hiburan baginya, lakukanlah, ayah."
"Anakku," kata Ibrahim, "ini adalah bantuan besar dalam melaksanakan perintah Allah."
Kemudian ia siap melaksanakan. Diikatnya kuat-kuat tangan anak itu lalu dibaringkan keningnya untuk disembelih. Tetapi kemudian ia dipanggil: "Hai Ibrahim! Engkau telah melaksanakan mimpi itu."
وَفَدَيۡنٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيۡمٍ
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. ( QS As-Saffat 107)
Baca Juga
Beberapa cerita melukiskan kisah ini dalam bentuk puisi yang indah sekali. Kisahnya, setelah Ibrahim bermimpi dalam tidurnya bahwa ia harus menyembelih anaknya dan memastikan bahwa itu adalah perintah Tuhan, ia berkata kepada anaknya itu:
"Anakku, bawalah tali dan parang itu, mari kita pergi ke bukit mencari kayu untuk keluarga kita."
Anak itupun menurut perintah ayahnya. Ketika itu datang setan dalam bentuk seorang laki-laki, mendatangi ibu anak itu seraya berkata: "Tahukah engkau ke mana Ibrahim membawa anakmu?"
"Ia pergi mencari kayu dari lereng bukit itu," jawab ibunya.
"Tidak," kata setan lagi, "ia pergi akan menyembelihnya."
Ibu itu menjawab lagi: "Tidak. Ia lebih sayang kepada anaknya."
"Ia mendakwakan bahwa Tuhan yang memerintahkan itu."
"Kalau itu memang perintah Tuhan biarkan dia menaati perintahNya," jawab ibu itu.
Setan itu lalu pergi dengan perasaan kecewa. Ia segera menyusul anak yang sedang mengikuti ayahnya itu. Kepada anak itupun ia berkata seperti terhadap ibunya tadi. Tapi jawabannyapun sama dengan jawaban ibunya juga.
Kemudian setan mendatangi Ibrahim dan mengatakan, bahwa mimpinya itu hanya tipu-muslihat setan supaya ia menyembelih anaknya dan akhirnya akan menyesal. Tetapi oleh Ibrahim ia ditinggalkan dan dilaknatnya. Dengan rasa jengkel Iblis itu mundur teratur, karena maksudnya tidak berhasil, baik dari Ibrahim, dari isterinya atau dari anaknya.
Kemudian itu Ibrahim menyatakan kepada anaknya tentang mimpinya itu dan minta pendapatnya. "Ayah, lakukanlah apa yang diperintahkan."
Lalu katanya lagi dalam ballada itu: "Ayah, kalau ayah akan menyembelihku, kuatkanlah ikatan itu supaya darahku nanti tidak kena ayah dan akan mengurangi pahalaku. Aku tidak menjamin bahwa aku takkan gelisah bila dilaksanakan.
Tajamkanlah parang itu supaya dapat sekaligus memotongku. Bila ayah sudah merebahkan aku untuk disembelih, telungkupkan aku dan jangan dimiringkan. Aku kuatir bila ayah kelak melihat wajahku ayah akan jadi lemah, sehingga akan menghalangi maksud ayah melaksanakan perintah Tuhan itu. Kalau ayah berpendapat akan membawa bajuku ini kepada ibu kalau-kalau menjadi hiburan baginya, lakukanlah, ayah."
"Anakku," kata Ibrahim, "ini adalah bantuan besar dalam melaksanakan perintah Allah."
Kemudian ia siap melaksanakan. Diikatnya kuat-kuat tangan anak itu lalu dibaringkan keningnya untuk disembelih. Tetapi kemudian ia dipanggil: "Hai Ibrahim! Engkau telah melaksanakan mimpi itu."