Kisah Anjing Marah Ketika Rasulullah Dihina, 40 Ribu Orang Mongol Masuk Islam
Senin, 13 Juni 2022 - 17:46 WIB
Ada pelajaran berharga dari seekor anjing yang marah ketika Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dihina. Kejadian ini membuat 40 ribu rakyat Mongol memeluk Islam.
Kisah ini diketengahkan dalam Kitab Ad-Durarul Kaminah Jilid 4 Hal 152-154 yang ditulis Ibnu Hajar Al-Asqalani (wafat 852 H/1449 M). Sebagaimana diketahui dalam sejarah, Kekaisaran Mongol merupakan kerajaan terbesar di dunia pada abad ke-13. Pada Tahun 1258 M, pasukan Mongol pimpinan Hulagu Khan menghancurkan kekhalifahan Islam Bani Abbasiyah yang kala itu dipimpin Khalifah Al-Musta'shim (1242-1258) di Kota Baghdad.
Ratusan ribu umat muslim dibantai pasukan Mongol, mereka ditangkap, rumah-rumah dibakar dan diratakan. Bahkan gedung perpustakaan termasuk Bait Al-Hikmah dihancurkan pasukan Mongol dan membuang buku-bukunya ke Sungai Tigris.
Akibat invasi ini, Baghdad menjadi reruntuhan dan peristiwa ini disebut sebagai akhir zaman Kejayaan Islam. Sejarah mencatat Kekaisaran Mongol merupakan penghancur peradaban Islam, namun mereka juga dicatat sebagai bangsa yang ikut menyebarkan Islam.
Ghazan Khan (1295-1304) merupakan salah satu raja Kekaisaran Mongol yang memeluk Islam. Setelah menjadi Muslim, ia menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaannya.
Dalam Kitab Ad-Durarul Kaminah, Ibnu Hajar Al-Asqalani menceritakan seeokor anjing marah ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dihina dalam satu pertemuan para pembesar Nasrani dan Mongol.
Suatu hari para pembesar dan penguasa Nasrani dan Mongol berkumpul. Salah satu dari mereka menghina Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Di ruangan itu terdapat anjing pemburu yang terikat.
Ketika orang itu terus menghina Rasulullah, tiba-tiba anjing tersebut melompat menerkamnya dan mencakar wajahnya sebelum akhirnya diselamatkan orang-orang. Salah seorang dari mereka berkata: "Ini karena hinaanmu terhadap Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam".
Ia berkata: "Bukan, anjing itu terlalu peka. Dia mengira bahwa aku akan memukulnya."
Kemudian orang itu kembali menghina Nabi, tiba-tiba anjing tersebut kembali menerkam dan menggigit kerongkongannya lalu menariknya hingga orang tersebut mati seketika. Kejadian ini menjadi sebab kurang lebih 40 ribu orang Mongol masuk Islam.
Hikmah
Kisah ini layak kita jadikan hikmah dan pelajaran berharga. Para ulama menyikapi peristiwa ini dengan dua pandangan sebagaimana dikutip dari portal kedaulatan santri (Kesan).
Pertama, hewan saja marah bila Nabi Muhammad SAW dihina, lalu bagaimana kita sebagai umatnya? Mereka berpendapat umat Islam harus lebih marah lagi dan bereaksi dengan keras.
Kedua, kita adalah manusia, bukan hewan seperti anjing. Maka, tidak sepantasnya kita bereaksi seperti anjing. Kita boleh marah, tetapi tidak boleh main hakim sendiri.
Dalam Al-Qur'an kita diajarkan untuk menyikapi keburukan dengan kebaikan:
وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۗاِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهٗ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ
Artinya: "Tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan perilaku yang lebih baik sehingga orang yang ada permusuhan denganmu serta-merta menjadi seperti teman yang sangat setia." (QS. Al-Fussilat Ayat: 34)
Ketika berdakwah di Mekkah, Nabi Muhammad sering dicaci, dihina, dipukuli, dilempari batu dan kotoran, hingga hendak dibunuh. Namun, beliau bersabar dan tidak membalasnya dengan keburukan.
Alhasil, satu per satu orang yang memusuhi beliau seperti Umar bin Khattab berbalik menjadi sahabat setia persis seperti yang diungkapkan ayat di atas.
Pada masa sekarang, hal ini pun terjadi. Arnoud Van Doorn, seorang politikus Belanda yang anti-Islam dulunya gemar menghina Nabi Muhammad lewat filmnya berjudul "Fitna". Setelah berdiskusi dengan umat Islam dan mempelajari kisah Nabi Muhammad, ia pun memeluk Islam dan langsung pergi ke Madinah mengunjungi makam Nabi Muhammad SAW. Dia meminta maaf di depan makam Rasulullah SAW sebagai bentuk penyesalannya.
Kisah ini diketengahkan dalam Kitab Ad-Durarul Kaminah Jilid 4 Hal 152-154 yang ditulis Ibnu Hajar Al-Asqalani (wafat 852 H/1449 M). Sebagaimana diketahui dalam sejarah, Kekaisaran Mongol merupakan kerajaan terbesar di dunia pada abad ke-13. Pada Tahun 1258 M, pasukan Mongol pimpinan Hulagu Khan menghancurkan kekhalifahan Islam Bani Abbasiyah yang kala itu dipimpin Khalifah Al-Musta'shim (1242-1258) di Kota Baghdad.
Ratusan ribu umat muslim dibantai pasukan Mongol, mereka ditangkap, rumah-rumah dibakar dan diratakan. Bahkan gedung perpustakaan termasuk Bait Al-Hikmah dihancurkan pasukan Mongol dan membuang buku-bukunya ke Sungai Tigris.
Akibat invasi ini, Baghdad menjadi reruntuhan dan peristiwa ini disebut sebagai akhir zaman Kejayaan Islam. Sejarah mencatat Kekaisaran Mongol merupakan penghancur peradaban Islam, namun mereka juga dicatat sebagai bangsa yang ikut menyebarkan Islam.
Ghazan Khan (1295-1304) merupakan salah satu raja Kekaisaran Mongol yang memeluk Islam. Setelah menjadi Muslim, ia menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaannya.
Dalam Kitab Ad-Durarul Kaminah, Ibnu Hajar Al-Asqalani menceritakan seeokor anjing marah ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dihina dalam satu pertemuan para pembesar Nasrani dan Mongol.
Suatu hari para pembesar dan penguasa Nasrani dan Mongol berkumpul. Salah satu dari mereka menghina Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Di ruangan itu terdapat anjing pemburu yang terikat.
Ketika orang itu terus menghina Rasulullah, tiba-tiba anjing tersebut melompat menerkamnya dan mencakar wajahnya sebelum akhirnya diselamatkan orang-orang. Salah seorang dari mereka berkata: "Ini karena hinaanmu terhadap Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam".
Ia berkata: "Bukan, anjing itu terlalu peka. Dia mengira bahwa aku akan memukulnya."
Kemudian orang itu kembali menghina Nabi, tiba-tiba anjing tersebut kembali menerkam dan menggigit kerongkongannya lalu menariknya hingga orang tersebut mati seketika. Kejadian ini menjadi sebab kurang lebih 40 ribu orang Mongol masuk Islam.
Hikmah
Kisah ini layak kita jadikan hikmah dan pelajaran berharga. Para ulama menyikapi peristiwa ini dengan dua pandangan sebagaimana dikutip dari portal kedaulatan santri (Kesan).
Pertama, hewan saja marah bila Nabi Muhammad SAW dihina, lalu bagaimana kita sebagai umatnya? Mereka berpendapat umat Islam harus lebih marah lagi dan bereaksi dengan keras.
Kedua, kita adalah manusia, bukan hewan seperti anjing. Maka, tidak sepantasnya kita bereaksi seperti anjing. Kita boleh marah, tetapi tidak boleh main hakim sendiri.
Dalam Al-Qur'an kita diajarkan untuk menyikapi keburukan dengan kebaikan:
وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۗاِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهٗ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ
Artinya: "Tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan perilaku yang lebih baik sehingga orang yang ada permusuhan denganmu serta-merta menjadi seperti teman yang sangat setia." (QS. Al-Fussilat Ayat: 34)
Ketika berdakwah di Mekkah, Nabi Muhammad sering dicaci, dihina, dipukuli, dilempari batu dan kotoran, hingga hendak dibunuh. Namun, beliau bersabar dan tidak membalasnya dengan keburukan.
Alhasil, satu per satu orang yang memusuhi beliau seperti Umar bin Khattab berbalik menjadi sahabat setia persis seperti yang diungkapkan ayat di atas.
Pada masa sekarang, hal ini pun terjadi. Arnoud Van Doorn, seorang politikus Belanda yang anti-Islam dulunya gemar menghina Nabi Muhammad lewat filmnya berjudul "Fitna". Setelah berdiskusi dengan umat Islam dan mempelajari kisah Nabi Muhammad, ia pun memeluk Islam dan langsung pergi ke Madinah mengunjungi makam Nabi Muhammad SAW. Dia meminta maaf di depan makam Rasulullah SAW sebagai bentuk penyesalannya.
(rhs)