Kisah Sayyidina Husein Bermimpi Diserang Anjing yang Mencabik-cabik Tubuhnya
Selasa, 09 Agustus 2022 - 09:00 WIB
"Apakah kalian tidak melihat bahwa hak tidak diamalkan dan batil tidak dihindari? Pada kondisi seperti ini, seorang Mukmin seyogyanya memohon supaya berjumpa dengan Allah," ujar Imam Husain.
Selanjutnya, keesokan harinya, Minggu, 27 Dzulhijjah 60 Hijriah, laskar Imam Husein dan laskar Hurr bin Yazid Riyahi yang berjalan beriringan tiba di persinggahan Al-Baidhah.
Pada kesempatan ini, Imam Husein berkata kepada laskar Hurr:
"Bani Umaiyah dengan perintah setan menentang Allah dan berbuat kerusakan. Mereka tidak memperhatikan hukum-hukum Allah dan merampas Baitul Mal untuk diri mereka. Mereka menghalalkan seluruh haram Allah dan mengharamkan seluruh halal-Nya."
"Kalian telah menulis surat kepadaku dan menegaskan bahwa kalian telah berbaiat kepadaku. Jika kalian masih setia memegang baiat kalian terhadapku, maka kalian telah bertindak logis, karena saya adalah putra dari putri Rasulullah dan uswah bagi kalian. Jika kalian memutuskan baiat tersebut, maka demi Allah, ini bukanlah suatu hal yang aneh."
Kalian telah melanggar janji terhadap ayahku Ali, saudaraku Hasan, dan anak pamanku Muslim. Ketahuilah, jika kalian melakukan hal ini, maka kalian telah kehilangan kebahagiaan kalian."
"Wahai manusia! Rasulullah SAW pernah bersabda, 'Barang siapa melihat seorang penguasa zalim, pengkhianat, penghalal hal-hal yang haram, dan penentang Sunah Rasulullah SAW, lalu ia tidak bangkit untuk menentangnya, maka ia akan memiliki tempat di Jahanam bersamanya."
Qais bin Musahhar
Pada Senin, 28 Dzulhijjah 60 Hijriah sesampainya di persinggahan 'Udzaibul Hajanat, beberapa orang penduduk Kufah menjumpai Imam Husain dan menjelaskan kondisi kota seraya berkata, "Para pembesar Kufah telah menerima suap dalam jumlah yang sangat banyak. Sekarang, mereka memusuhi Anda dengan satu suara. Hati seluruh penduduk bersama Anda. Akan tetapi, besok pedang mereka akan dihunus untuk melawan Anda."
Sayyidina Husein bertanya kepada mereka tentang utusan beliau, Qais bin Musahhar. Mereka menjawab, "Mereka membawa Qais setelah tertangkap ke atas istana Darul Imarah supaya melaknat Anda dan ayah Anda. Akan tetapi, ia mengirimkan salam untuk Anda dan ayah Anda, dan lantas melaknat Ibn Ziyad dan ayahnya. Ia juga memberitahukan bahwa Anda sedang datang. Untuk itu, Ibn Ziyad memerintahkan supaya ia dilemparkan dari atas Darul Imarah dan lantas ia syahid."
Mendengar cerita ini, Imam Husein menangis seraya membaca ayat, "Dari kalangan Mukminin ada sekelompok orang yang memegang teguh janji mereka terhadap Allah. Sebagian dari mereka menyongsong kematian dan sebagian yang lain masih menunggu."
Ketika mendengar berita kesyahidan Qais di persinggahan ini, Imam Husain berdoa, "Ya Allah! Tetapkanlah posisi yang tinggi bagi kami dan para pengikut kami di sisi-Mu dan kumpukanlah kami di haribaan rahmat-Mu."
Qais bin Musahhar adalah utusan Husein ke Kufah. Dalam buku "Ansāb al-Asyraf" karya Al-Baladzuri dan Ahmad bin Yahya diriwayatkan bahwa tatkala Imam Husein sampai di daerah bernama Bathnu al-Ramah, beliau menulis surat untuk orang-orang Kufah dan mengabarkan tentang perjalanannya menuju Kufah.
Beliau lalu menyerahkan surat itu kepada Qais bin Musahhar Saidawi. Ketika Qais sampai di Qadisiyyah, sekelompok orang dari tentara bayaran Ibnu Ziyad menghentikan dan menginterogasinya.
Qais terpaksa merobek surat Imam Husein yang dibawanya sehingga pihak musuh tidak mengetahui isi surat itu. Ubaidillah sangat murka dan berteriak dengan lantang, "Aku bersumpah demi Tuhan, aku sama sekali tidak akan membiarkanmu, kecuali jika kau menyebutkan nama-nama yang ditulis oleh Husein atau kau memilih untuk naik ke atas mimbar kemudian kau memaki dan mencela ayah dan saudara Husein! Jika begitu, aku akan membebaskanmu dan jika tidak aku akan membunuhmu!"
Qais pun mengabulkan permintaan Ubaidilah dan ia naik ke mimbar namun ia tidak memaki Imam Husain dan berkata, "Aku adalah utusan Husein bin Ali. Aku datang untuk menyampaikan pesan imam kepada kalian, penuhilah panggilannya!"
Mendengar itu, Ibnu Ziyad sangat murka kemudian memerintahkan supaya Qais dilemparkan dari atas atap istana Dar al-Imarah. Qais pun menemui syahadah. Tulang-tulangnya hancur dan remuk.
Selanjutnya, keesokan harinya, Minggu, 27 Dzulhijjah 60 Hijriah, laskar Imam Husein dan laskar Hurr bin Yazid Riyahi yang berjalan beriringan tiba di persinggahan Al-Baidhah.
Pada kesempatan ini, Imam Husein berkata kepada laskar Hurr:
"Bani Umaiyah dengan perintah setan menentang Allah dan berbuat kerusakan. Mereka tidak memperhatikan hukum-hukum Allah dan merampas Baitul Mal untuk diri mereka. Mereka menghalalkan seluruh haram Allah dan mengharamkan seluruh halal-Nya."
"Kalian telah menulis surat kepadaku dan menegaskan bahwa kalian telah berbaiat kepadaku. Jika kalian masih setia memegang baiat kalian terhadapku, maka kalian telah bertindak logis, karena saya adalah putra dari putri Rasulullah dan uswah bagi kalian. Jika kalian memutuskan baiat tersebut, maka demi Allah, ini bukanlah suatu hal yang aneh."
Kalian telah melanggar janji terhadap ayahku Ali, saudaraku Hasan, dan anak pamanku Muslim. Ketahuilah, jika kalian melakukan hal ini, maka kalian telah kehilangan kebahagiaan kalian."
"Wahai manusia! Rasulullah SAW pernah bersabda, 'Barang siapa melihat seorang penguasa zalim, pengkhianat, penghalal hal-hal yang haram, dan penentang Sunah Rasulullah SAW, lalu ia tidak bangkit untuk menentangnya, maka ia akan memiliki tempat di Jahanam bersamanya."
Baca Juga
Qais bin Musahhar
Pada Senin, 28 Dzulhijjah 60 Hijriah sesampainya di persinggahan 'Udzaibul Hajanat, beberapa orang penduduk Kufah menjumpai Imam Husain dan menjelaskan kondisi kota seraya berkata, "Para pembesar Kufah telah menerima suap dalam jumlah yang sangat banyak. Sekarang, mereka memusuhi Anda dengan satu suara. Hati seluruh penduduk bersama Anda. Akan tetapi, besok pedang mereka akan dihunus untuk melawan Anda."
Sayyidina Husein bertanya kepada mereka tentang utusan beliau, Qais bin Musahhar. Mereka menjawab, "Mereka membawa Qais setelah tertangkap ke atas istana Darul Imarah supaya melaknat Anda dan ayah Anda. Akan tetapi, ia mengirimkan salam untuk Anda dan ayah Anda, dan lantas melaknat Ibn Ziyad dan ayahnya. Ia juga memberitahukan bahwa Anda sedang datang. Untuk itu, Ibn Ziyad memerintahkan supaya ia dilemparkan dari atas Darul Imarah dan lantas ia syahid."
Mendengar cerita ini, Imam Husein menangis seraya membaca ayat, "Dari kalangan Mukminin ada sekelompok orang yang memegang teguh janji mereka terhadap Allah. Sebagian dari mereka menyongsong kematian dan sebagian yang lain masih menunggu."
Ketika mendengar berita kesyahidan Qais di persinggahan ini, Imam Husain berdoa, "Ya Allah! Tetapkanlah posisi yang tinggi bagi kami dan para pengikut kami di sisi-Mu dan kumpukanlah kami di haribaan rahmat-Mu."
Qais bin Musahhar adalah utusan Husein ke Kufah. Dalam buku "Ansāb al-Asyraf" karya Al-Baladzuri dan Ahmad bin Yahya diriwayatkan bahwa tatkala Imam Husein sampai di daerah bernama Bathnu al-Ramah, beliau menulis surat untuk orang-orang Kufah dan mengabarkan tentang perjalanannya menuju Kufah.
Beliau lalu menyerahkan surat itu kepada Qais bin Musahhar Saidawi. Ketika Qais sampai di Qadisiyyah, sekelompok orang dari tentara bayaran Ibnu Ziyad menghentikan dan menginterogasinya.
Qais terpaksa merobek surat Imam Husein yang dibawanya sehingga pihak musuh tidak mengetahui isi surat itu. Ubaidillah sangat murka dan berteriak dengan lantang, "Aku bersumpah demi Tuhan, aku sama sekali tidak akan membiarkanmu, kecuali jika kau menyebutkan nama-nama yang ditulis oleh Husein atau kau memilih untuk naik ke atas mimbar kemudian kau memaki dan mencela ayah dan saudara Husein! Jika begitu, aku akan membebaskanmu dan jika tidak aku akan membunuhmu!"
Qais pun mengabulkan permintaan Ubaidilah dan ia naik ke mimbar namun ia tidak memaki Imam Husain dan berkata, "Aku adalah utusan Husein bin Ali. Aku datang untuk menyampaikan pesan imam kepada kalian, penuhilah panggilannya!"
Mendengar itu, Ibnu Ziyad sangat murka kemudian memerintahkan supaya Qais dilemparkan dari atas atap istana Dar al-Imarah. Qais pun menemui syahadah. Tulang-tulangnya hancur dan remuk.