Saat Islamisasi di Samudera Pasai, Gujarat Masih Hindu

Jum'at, 12 Agustus 2022 - 16:31 WIB
Teori yang menyebut bahwa Islam masuk ke Nusantara dibawa pedagang dari Gujarat tidak bisa dipertanggung jawabkan. Foto/Ilustrasi: Ist
Buku sejarah yang menyebut Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang dari Gujarat, India tidak bisa dipertanggung jawabkan dan tidak bisa dipegang kebenarannya. Faktanya, pada saat Islamisasi berlangsung di Samudera Pasai, Gujarat masih Hindu.

Dalam buku berjudul "Islam dan Transformasi Masyarakat Nusantara" karya Moeflich Hasbullah disebutkan berdasarkan tempat, kalangan sejarawan membagi masuknya Agama Islam ke Indonesia dalam lima teori yakni Teori Arab, China, Persia, India , dan Turki. Ini kali kita membahas Teori India.

Teori ini menyatakan Islam datang ke Nusantara bukan langsung dari Arab, melainkan melalui India pada abad ke-13. Dalam teori ini disebut lima tempat asal Islam di India: Gujarat, Cambay, Malabar, Coromandel dan Bengal.

Azyumardi Azra dalam bukunya berjudul "Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal" mengatakan teori ini dicetuskan oleh G.W.J. Drewes yang lantas dikembangkan oleh Snouck Hugronje, J. Pijnapel, W.F. Sutterheim, J.P. Moquette, Marrison, Fatimi, Kern, Winsted, Vlekke, Gonda, Hall, Schrieke, hingga Sucipto Wirjosuparto.

Mereka meyakini bahwa Islam dibawa ke Nusantara oleh para pedagang dari Gujarat, India, pada abad ke-13 Masehi. Kaum saudagar Gujarat datang melalui Selat Malaka dan menjalin kontak dengan orang-orang lokal di bagian barat Nusantara yang kemudian melahirkan Kesultanan Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia.



Tiga Argumen

Azyumardi Azra menyebutkan ada tiga argumen dari teori India ini. Pertama, alasan mazhab fiqh. Ini dikemukakan oleh Pijnapel. Gujarat dan Malabar, kata Pijnapel, adalah wilayah yang pertama kali menganut Mazhab Syafi'i sebelum kemudian dibawa dan berkembang di Asia Tenggara.

Kedua, alasan politik. Penyebaran Islam ke Asia Selatan dan Tenggara berkaitan dengan keruntuhan kekuasaan Baghdad (Dinasti Abbasiyah) yang diserang oleh tentara Hulagu Khan pada 1258. Ketika mereka menyebar, banyak di antara mereka adalah para sufi , masuk ke wilayah Asia Tenggara melalui India.

Salah satu bukti yang mendukung teori ini adalah ditemukannya makam Malik As-Shaleh dengan angka 1297. Nama asli Malik As-Saleh sebelum masuk Islam adalah Marah Silu. Ia merupakan pendiri Kesultanan Samudera Pasai di Aceh.

Ketiga, alasan arkeologi, yaitu batu nisan. Bukti masuknya Islam ke Nusantara melalui India dibuktikan kesamaan-kesamaan batu nisan yang terdapat di beberapa tempat di India dan di Nusantara. Yang paling populer adalah batu nisan Sultan Malik Al-Shaleh di Samudra Pasai yang bertiti mangsa tahun 696 H/1297 M dan memiliki kesamaan dengan batu pualam yang dibuat di Cambay-Gujarat, India.



Dalam buku "Arkeologi Islam Nusantara" karya Uka Tjandrasasmita juga disebutkan ditemukan pula batu nisan lain di pesisir utara Sumatera bertanggal 17 Dzulhijjah 831 H atau 27 September 1428 M. Makam ini memiliki batu nisan serupa dari Cambay, Gujarat, dan menjadi nisan pula untuk makam Maulana Malik Ibrahim, salah satu Walisongo, yang wafat tahun 1419.

Selain itu, Winsted menuturkan ditemukannya sebuah batu nisan di Kerajaan Melayu, Bruas, Semenanjung Malaya yang juga mirip dengan yang ada di India.

Menurut Winsted, sebagaimana dikutip Azyumardi Azra, karena batu-batu nisan yang ditemukan di Bruas, Pasai, dan Gresik saat itu kebanyakan didatangkan dari Gujarat, ini menunjukkan bahwa Islam pun datang dari Gujarat, India.

Masih dari daerah India, Fatimi menyebutkan tempat lain, yaitu Bengal. Menurut Fatimi, batu-batu nisan yang disebutkan mirip dengan yang berada di Gujarat sesungguhnya bukan Gujarat melainkan Bengal.

Batu yang mirip dengan yang terdapat di Bengal ini adalah batu nisannya Fatimah Binti Maimun di Leran Jawa Timur pada tahun 475/1082 tapi para sarjana jarang menyebutkannya.

Lemah dari Dua Sisi

Teori India ini lemah dari dua sisi. Pertama, lemah bila disimpulkan bahwa awal kedatangan Islam adalah dari Gujarat karena berarti mengabaikan sekian banyak data tentang peranan orang-orang Arab dan China pada abad-abad sebelumnya seperti dijelaskan dalam teori Arab.

Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَمَنۡ نُّعَمِّرۡهُ نُـنَكِّسۡهُ فِى الۡخَـلۡقِ‌ؕ اَفَلَا يَعۡقِلُوۡنَ
Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadiannya. Maka mengapa mereka tidak mengerti?

(QS. Yasin Ayat 68)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More