Peran Nabi Muhammad SAW dalam Kehidupan Manusia

Jum'at, 19 Agustus 2022 - 05:30 WIB
Peran Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan manusia layak untuk kita pelajari. Beliaulah sebaik-baik teladan dalam segala hal. Foto/SINDOnews
Peran Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan manusia menarik untuk kita pelajari dan teladani. Bagaimana peran beliau sebagai anak, ayah, suami, pedagang, panglima perang ataupun pemimpin negara, bisa kita jadikan contoh dan panutan terbaik.

Beliaulah sebaik-baik teladan dalam segala hal. Boleh dikatakan Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam (SAW) adalah manusia sempurna dengan talenta yang sangat komplet. Artinya, beliau bisa dijadikan teladan oleh semua kalangan dan semua profesi.

لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِىۡ رَسُوۡلِ اللّٰهِ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنۡ كَانَ يَرۡجُوا اللّٰهَ وَالۡيَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيۡرًا

Artinya: "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (Al-Qur'an, Surat Al-Ahzab Ayat 21)

Berikut kami ulas peran Nabi Muhammad SAW sebagai anak, ayah, suami, pedagang, panglima perang maupun pemimpin negara.

1. Anak dengan Pribadi yang Mandiri

Nabi Muhammad SAW adalah anak yang terlahir Yatim dan masa kecilnya diasuh oleh kakeknya Abdul Muththalib. Ketika beliau lahir pada Senin 12 Rabiul Awal pada Tahun Gajah bertepatan 20 atau 22 April 571 Masehi. Riwayat lain menyebut 9 Rabiul Awal. Terjadi beberapa peristiwa sebagai tanda Irsyahat kenabiannya. Di antaranya, runtuhnya 14 balkon istana Kisra, padamnya api Majusi, hancurnya gereja-gereja di sekitar Danau Saawah setelah airnya menyusut.

Setelah lahir, Muhammad kecil dikirim oleh kakeknya ke kabilah Bani Sa'ad dan tinggal di rumah Sayyidah Halimah. Sebelum dikembalikan kepada Ibunya, beliau disusui Halimah. Nabi Muhammad baru dikembalikan ke ibunya setelah berusia enam tahun.

Ketika itu Aminah membawa putra kecilnya menziarahi kuburan suaminya Abdullah di Yatsrib (Madinah) sebagai bentuk kesetiaannya. Beliau keluar dari Mekkah menempuh perjalanan 500 Km bersama Muhammad kecil yang Yatim, pembantunya, Ummu Aiman dan mertuanya Abdul-Muththalib. Saat hendak pulang ke Mekkah, di tengah perjalanan Sayyidah Aminah sakit keras dan meninggal dunia di al-Abwa', daerah antara Mekkah dan Madinah.

Beliau pun menjadi yatim piatu. Ketika berusia 8 tahun, sang kakek meninggal dunia dan Nabi Muhammad diasuh pamannya Abu Thalib penuh kasih sayang. Ketika berusia 12 tahun, Nabi Muhammad ikut berniaga. Beliau dibawa pamannya ke Syam untuk berdagang.

Saat beluau berusia 20 tahun, terjadi perang Fijar (perang antarkabilah Quraisy). Dalam perang ini, Nabi Muhammad ikut membantu paman-pamannya menyediakan anak panah buat mereka.

Sebagai anak, Nabi Muhammad termasuk anak yang cerdas, suka membantu dan patuh kepada ibunya maupun paman-pamannya. Di masa kecilnya beliau sudah belajar hidup mandiri. Bahkan masa mudanya pernah bekerja menggembala kambing di kampung Bani Sa'ad dan memperoleh upah darinya. Ketika berusia 25 tahun, barulah beliau berdagang ke Syam dengan modal yang diperoleh dari Khadijah radhiallahu 'anha.

2. Suami yang Paling Baik Terhadap Istri-istrinya

Nabi Muhammad SAW merupakan sosok suami paling baik terhadap istri-istrinya. Dalam satu Hadis beliau bersabda: "Yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap keluarga/istrinya. Dan saya adalah orang yang paling baik terhadap istri/keluargaku." (HR at-Tirmidzi 3895).

Dalam Sirah Nabawiyah, Nabi Muhammad SAW menjadi seorang suami pada usia 25 tahun. Beliau menikah dengan Khadijah radhiyallahu 'anha yang saat itu berusia 40 tahun. Khadijah terpikat dengan dengan budi pekerti beliau, kejujuran, kejeniusan dan keamanaham Nabi Muhammad yang saat itu belum menjadi Rasul.

Ketika menikah, Khadijah tetap berbisnis dan Nabi Muhammad ikut membantu perniagaannya. Setelah diangkat menjadi Rasul usia 40 tahun, beliau kemudian berdakwah dan dibantu oleh Khadijah.

Semua putra-putri Nabi Muhammad lahir dari rahim Khadijah kecuali putranya, Ibrahim. Sebagai suami, belia dikenal sangat penyayang dan romantis. Anas bin Malik yang pernah menjadi pelayan beliau selama 10 tahun berkata: "Aku tidak pernah melihat seorang pria yang lebih sayang kepada anggota keluarganya selain Nabi Muhammad SAW".

Setelah Khadijah wafat pada Tahun ke-10 kenabian, barulah Nabi menikah lagi. Kebiasaan beliau di waktu pagi ialah mengunjungi istri-istrinya untuk memberikan nasihat dan menanamkan ajaran agama. Sayyidah Aisyah berkata: "Beliau tidak pernah memukul siapa pun baik itu istri-istrinya maupun pembantunya".

Sebagai kepala rumah tangga, beliau sangat toleran terhadap istri-istrinya. Beliau juga ikut membantu pekerjaan istrinya. Bahkan Nabi Muhammad SAW menjahit baju dan memperbaiki sandalnya sendiri. Diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu 'anha, Nabi adalah orang yang penyayang lagi lembut. Beliau orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit.

3. Ayah yang Penyayang dan Bijaksana
Halaman :
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Semua perbuatan tergantung niatnya, dan balasan bagi tiap-tiap orang tergantung apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan

(HR. Bukhari No.1)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More