Kisah Ibnu Umar Menguji Seorang Penggembala
Rabu, 07 September 2022 - 15:52 WIB
Abdullah bin Umar bin al-Khattab atau Ibnu Umar adalah sahabat Nabi Muhammad SAW . Beliau banyak meriwayatkan hadis. Ibnu Qutaibah ad-Dīnawarī dalam al-Imāmah was Sīyāsah menyebut Ibnu Umar lahir pada sekitar tahun 610 dan wafat 693 M.
Kisah berikut ini disampaikan Ibnu Jauzi dalam "Kitab Sifatush-Shafwa" berdasar penuturan Nafi, hama sahaya Ibnu Umar. Dia menceritakan bahwa dirinya pernah pergi bersama Ibnu Umar ke beberapa daerah di pinggir kota. Kala itu, ikut pula beberapa orang, lalu mereka membuka hidangan untuk makan.
Pada saat mereka makan ada seorang anak penggembala melewati mereka. “Ayo nak, mari makan,” panggil Ibnu Umar kepada anak itu.
“Saya sedang puasa,” jawab anak penggembala.
Ibnu Umar tampak kagum dan heran. “Pada hari panas seperti ini sedangkan engkau sedang menggembala kambing di antara pegunungan, engkau berpuasa?”
“Aku ingin memanfaatkan waktu yang senggang,” jawab sang anak.
Ibnu Umar terpesona dengan anak tersebut. “Apakah engkau bersedia menjual seekor kambing dari gembalamu, lalu akan kami sembelih dan kamu akan kami berikan makan dengan dagingnya lalu kami akan berikan uangnya,” ujar Ibnu Umar.
“Ini bukan milik saya, tapi milik tuan saya,” jawab anak penggembala.
“Bukankah engkau dapat mengatakan kepadanya bahwa seekor srigala telah memangsanya,” pancing Ibnu Umar.
Lalu sang anak tersebut pergi sambil mengangkat jarinya ke langit seraya berkata, “Di mana Allah?”
Maka Ibnu Umar selalu mengulang-ulang perkataan, si penggembala: 'Di mana Allah?’.
Setelah tiba di Madinah, Ibnu Umar mengirim utusan kepada tuan anak tersebut untuk membeli budak tersebut beserta gembalanya, lalu sang budak dimerdekakan dan hewan ternaknya diberikan kepadanya.
Masuk Islam
Ibnu Umar memeluk agama Islam bersama ayahnya saat ia masih kecil. Beliau ikut hijrah ke Madinah bersama ayah, Umar bin Khattab.
Pada usia 13 tahun, Ibnu Umar ingin menyertai ayahnya dalam Perang Badar, namun Rasulullah menolaknya. Perang pertama yang diikutinya adalah Perang Khandaq.
Beliau ikut berperang bersama Ja'far bin Abu Thalib dalam Perang Mu'tah, dan turut pula dalam pembebasan kota Makkah (Fathu Makkah). Setelah Nabi Muhammad wafat, beliau ikut dalam Perang Yarmuk dan dalam penaklukan Mesir serta daerah lainnya di Afrika.
Khalifah Utsman bin Affan pernah menawari Ibnu Umar untuk menjabat sebagai hakim, tetapi ia tidak mau menerimanya. Setelah Utsman terbunuh, sebagian kaum muslimin pernah berupaya membai'atnya menjadi khalifah, tetapi ia juga menolaknya.
Ia tidak ikut campur dalam pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Ia cenderung menjauhi dunia politik, meskipun ia sempat terlibat konflik dengan Abdullah bin Zubair yang pada saat itu telah menjadi penguasa Makkah.
Kisah berikut ini disampaikan Ibnu Jauzi dalam "Kitab Sifatush-Shafwa" berdasar penuturan Nafi, hama sahaya Ibnu Umar. Dia menceritakan bahwa dirinya pernah pergi bersama Ibnu Umar ke beberapa daerah di pinggir kota. Kala itu, ikut pula beberapa orang, lalu mereka membuka hidangan untuk makan.
Pada saat mereka makan ada seorang anak penggembala melewati mereka. “Ayo nak, mari makan,” panggil Ibnu Umar kepada anak itu.
“Saya sedang puasa,” jawab anak penggembala.
Ibnu Umar tampak kagum dan heran. “Pada hari panas seperti ini sedangkan engkau sedang menggembala kambing di antara pegunungan, engkau berpuasa?”
“Aku ingin memanfaatkan waktu yang senggang,” jawab sang anak.
Ibnu Umar terpesona dengan anak tersebut. “Apakah engkau bersedia menjual seekor kambing dari gembalamu, lalu akan kami sembelih dan kamu akan kami berikan makan dengan dagingnya lalu kami akan berikan uangnya,” ujar Ibnu Umar.
“Ini bukan milik saya, tapi milik tuan saya,” jawab anak penggembala.
“Bukankah engkau dapat mengatakan kepadanya bahwa seekor srigala telah memangsanya,” pancing Ibnu Umar.
Lalu sang anak tersebut pergi sambil mengangkat jarinya ke langit seraya berkata, “Di mana Allah?”
Maka Ibnu Umar selalu mengulang-ulang perkataan, si penggembala: 'Di mana Allah?’.
Setelah tiba di Madinah, Ibnu Umar mengirim utusan kepada tuan anak tersebut untuk membeli budak tersebut beserta gembalanya, lalu sang budak dimerdekakan dan hewan ternaknya diberikan kepadanya.
Masuk Islam
Ibnu Umar memeluk agama Islam bersama ayahnya saat ia masih kecil. Beliau ikut hijrah ke Madinah bersama ayah, Umar bin Khattab.
Pada usia 13 tahun, Ibnu Umar ingin menyertai ayahnya dalam Perang Badar, namun Rasulullah menolaknya. Perang pertama yang diikutinya adalah Perang Khandaq.
Beliau ikut berperang bersama Ja'far bin Abu Thalib dalam Perang Mu'tah, dan turut pula dalam pembebasan kota Makkah (Fathu Makkah). Setelah Nabi Muhammad wafat, beliau ikut dalam Perang Yarmuk dan dalam penaklukan Mesir serta daerah lainnya di Afrika.
Khalifah Utsman bin Affan pernah menawari Ibnu Umar untuk menjabat sebagai hakim, tetapi ia tidak mau menerimanya. Setelah Utsman terbunuh, sebagian kaum muslimin pernah berupaya membai'atnya menjadi khalifah, tetapi ia juga menolaknya.
Ia tidak ikut campur dalam pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Ia cenderung menjauhi dunia politik, meskipun ia sempat terlibat konflik dengan Abdullah bin Zubair yang pada saat itu telah menjadi penguasa Makkah.