Kisah Heraklius Mewarisi Pusaka Nabi Danial Berisi Gambar Nabi Adam Sampai Nabi Muhammad SAW

Rabu, 14 September 2022 - 18:20 WIB
Raja Heraklius mewarisi pusaka Nabi Danial pemberian Dzulqarnain dari Nabi Adam as yang berisi gambar para nabi. Foto/Ilustrasi: Ist
Kisah Heraklius mewarisi pusaka Nabi Danial yang berisi gamabr para nabi dari Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad SAW disampaikan Imam Hakim dalam kitab Al-Mustadrak dan dinukil Ibnu Katsir saat menafsirkan al-Quran Surat Al-A'raf ayat 157.

Peristiwa ini terjadi para era Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq . Kala itu, khalifah mengirim Hisyam ibnul As Al-Umawi dan seorang yang lain untuk menemui Raja Romawi, Heraklius. Misinya adalah mengajak sang raja masuk Islam.



Mereka berdua pun berangkat. Sesampainya di Al-Gautah —bagian dari kota Dimasyq (Damaskus)— mereka turun istirahat di perkampungan Al-Jabalah ibnul Aiham Al-Gassani. Lalu mereka pun menemui Al-Jabalah. Pada saat itu, Al-Jabalah berada di atas singgasananya.

Pada awalnya, Al-Jabalah hanya mengirim utusan untuk menjumpai Hisyam dan kawannya itu. "Demi Allah, kami tidak akan berbicara kepada utusan. Sesungguhnya kami diutus hanya untuk menemui raja (kalian). Jika kami diberi izin untuk masuk, maka kami akan berbicara langsung dengannya; dan jika tidak, kami tidak akan berbicara kepada utusan," ujar Hisyam.



Kemudian utusan Jabalah ibnul Aiham kembali kepadanya dan menceritakan segala sesuatunya kepadanya. Akhirnya Hisyam dan rekannya itu diberi izin untuk menemuinya, lalu Jabalah berkata, "Berbicaralah kalian."

Hisyam pun berbicara, menyerunya untuk memeluk agama Islam. Ternyata Jabalah memakai pakaian hitam, maka Hisyam bertanya kepadanya, "Pakaian apakah yang engkau kenakan itu?"

Jabalah menjawab, "Saya memakainya dan saya telah bersumpah bahwa saya tidak akan menanggalkannya sebelum mengusir kalian dari negeri Syam."

"Majelismu ini, demi Allah, akan benar-benar kami rebut dari tangan kekuasaanmu, dan sesungguhnya kami akan merebut kerajaan rajamu yang paling besar, Insya Allah. Hal ini telah diberitakan kepada kami oleh Nabi kami, yaitu Nabi Muhammad SAW," ujar utusan tersebut.

Jabalah mengatakan, "Kalian bukanlah mereka, bahkan mereka adalah suatu kaum yang puasa siang harinya dan sholat pada malam harinya, maka bagaimanakah cara puasa kalian?"

Utusan Nabi itu pun menceritakan cara puasanya. Wajah Jabalah menjadi hitam (marah) dan berkata, "Berangkatlah kalian."



Menolak Peraturan

Jabalah menyertakan seorang utusan bersama Hisyam dan rekannya untuk menghadap kepada Kaisar Romawi. Mereka berangkat, dan ketika sudah dekat dengan ibu kota, berkatalah salah seorang utusan Jabalah.

"Sesungguhnya hewan kendaraan kalian ini dilarang memasuki ibu kota kerajaan. Jika kalian suka, maka kami akan membawa kalian dengan kendaraan kuda dan Bagal."

Utusan Khalifah Abu Bakar ini menjawab, "Demi Allah, kami tidak akan masuk melainkan dengan memakai kendaraan ini."

Kemudian orang utusan Jabalah mengirimkan kurirnya kepada kaisar untuk menyampaikan bahwa para utusan kaum muslim menolak peraturan tersebut.

Akhirnya Raja Romawi memerintahkan kepada kurir itu untuk membawa mereka masuk dengan kendaraannya. Mereka masuk ke dalam ibu kota dengan menyandang pedang hingga sampailah mereka pada salah satu gedung milik Kaisar. Lalu mereka istirahatkan unta kendaraan mereka pada bagian bawahnya.

Lalu Hisyam berkata, "Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Mahabesar."

Mendadak gedung menjadi awut-awutan seperti pohon kurma yang tertiup angin besar. Lalu raja mengirimkan kurirnya kepada utusan itu untuk menyampaikan, "Kalian tidak usah menggembar-gemborkan agama kalian kepada kami."

Raja mengirimkan lagi kurirnya untuk menyampaikan bahwa mereka dipersilakan masuk.

Mereka pun masuk menghadapnya, sedangkan kaisar duduk di atas pelaminannya, di hadapan para pastur Romawi. Segala sesuatu yang ada di majelisnya berwarna merah, raja sendiri memakai baju merah, dan segala sesuatu yang ada di sekitarnya semuanya berwarna merah.

Lalu utusan khalifah itu mendekati raja. Raja tertawa, lalu berkata, "Bagaimanakah menurut kalian jika kalian datang menghadap kepadaku dengan mengucapkan kalimat salam penghormatan yang berlaku di antara sesama kalian?"

Tiba-tiba di sisinya terdapat seorang lelaki yang fasih berbicara Arab lagi banyak bicara.



Hisyam dan rekannya menjawab: "Sesungguhnya salam penghormatan kami di antara sesama kami tidak halal bagimu, dan salam penghormatan kamu yang biasa kamu pakai tidak halal pula bagi kami memakainya."

Raja menjawab, 'Bagaimanakah ucapan salam penghormatan kalian di antara sesama kalian?"

"Assalamu 'alaika," jawab Hisyam.

"Bagaimanakah caranya kalian mengucapkan salam penghormatan kepada raja kalian?" tanya raja.

"Sama dengan kalimat itu!" jawab Hisyam.

"Bagaimanakah kalian mendapat jawabannya?" tanya raja lagi.

"Kalimat yang sama," jawab Hisyam.

"Kalimat apakah yang paling besar dalam ucapan kalian?" tanya raja.

"Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Mahabesar," jawab Hisyam.

Ketika Hisyam mengucapkan kalimah tersebut, tiba-tiba gedung istana itu bergetar sehingga si raja mengangkat kepalanya memandang ke atas gedung itu.

"Kalimat yang baru saja kalian ucapkan dan membuat gedung ini bergetar. Apakah setiap kalian mengucapkannya di dalam rumah kalian, lalu kamar-kamar kalian bergetar karenanya?" tanya raja.

"Tidak, kami belum pernah melihat peristiwa ini kecuali hanya di tempatmu sekarang ini?"

Raja berkata, "Sesungguhnya aku mengharapkan seandainya saja setiap kali kalian mengucapkan segala sesuatu bergetar atas kalian. Dan sesungguhnya aku rela mengeluarkan separo dari kerajaanku?"

"Mengapa?" tanya Hisyam.

Raja menjawab, "Karena sesungguhnya hal itu lebih mudah dan lebih layak untuk dikatakan bukan merupakan perkara kenabian, dan bahwa hal tersebut hanyalah terjadi semata-mata karena perbuatan manusia."

Kemudian raja menanyai mereka tentang tujuan utusan tersebut. Maka berceritalah mereka apa adanya. Setelah itu raja bertanya, "Bagaimanakah sholat dan puasa kalian?"

Hisyam dan rekannya pun menceritakan tentang sholat dan puasa kepada raja. Lalu raja berkata. "Bangkitlah kalian..."

Kemudian raja memerintahkan agar menyediakan rumah yang baik dan tempat peristirahatan yang cukup buat para utusan Nabi. Mereka pun tinggal di sana selama tiga hari.



Rumah-Rumah Kecil

Pada suatu malam raja mengirimkan kurirnya kepada utusan khalifah, meminta mereka menemui raja. Raja meminta agar mereka mengulangi ucapan mereka, maka mereka pun mengulanginya.

Sesudah itu raja memerintahkan agar dibawakan sesuatu yang berbentuk seperti kota yang cukup besar, terbuat dari emas. Di dalamnya terdapat rumah-rumah kecil yang masing-masingnya berpintu. Raja membuka sebuah rumah dan membuka kuncinya, lalu mengeluarkan (dari dalamnya) selembar kain sutera hitam.

Ketika Hisyam dan rekannya membeberkan kain sutera itu, tiba-tiba padanya terdapat gambar merah, dan pada gambar yang merah itu terdapat gambar seorang lelaki yang bermata besar lagi berleher panjang.

Lelaki itu tidak berjanggut. Pada rambutnya terdapat dua kepangan rambut yang sangat indah. Lalu raja berkata, "Tahukah kalian gambar siapakah ini?"

"Tidak," jawab kedua utusan.

"Ini adalah gambar Adam as," ujar raja. Ternyata Nabi Adam adalah orang yang sangat lebat rambutnya. Kemudian raja membuka rumah yang lain, lalu mengeluarkan kain sutera berwarna hitam darinya. Tiba-tiba di dalamnya terdapat gambar orang yang berkulit putih, memiliki rambut yang keriting, kedua matanya merah, berkepala besar, dan sangat bagus janggutnya.

Lalu raja bertanya, "Tahukah kalian siapakah orang ini?" Keduanya menjawab "Tidak."

Raja berkata, "Dia adalah Nuh as"
Halaman :
Follow
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, yaitu seorang yang sudah tua berzina, orang miskin namun sombong, dan pemimpin yang pendusta.

(HR. Nasa'i No. 2528)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More