Orientalis Montgomery Watt Kupas Ramalan Bibel tentang Nabi Muhammad SAW
Rabu, 28 Desember 2022 - 14:58 WIB
Pakar studi-studi keislaman dari Britania Raya, seorang orientalis dan sejarawan utama tentang Islam di dunia Barat, William Montgomery Watt (1909-2006), membeberkan persepsi Islam , Kristen, dan Yahudi tentang Nabi Muhammad yang telah diramalkan Bibel.
Montgomery Watt adalah seorang profesor Studi-studi Arab dan Islam pada Universitas Edinburgh antara tahun 1964-1979. Ia juga merupakan visiting professor pada Universitas Toronto, College de France, Paris, dan Universitas Georgetown; serta menerima gelar kehormatan Doctor of Divinity dari Universitas Aberdeen.
Menyangkut hal kerohanian, Montgomery Watt adalah pendeta (reverend) pada Gereja Episkopal Skotlandia, dan pernah menjadi spesialis bahasa bagi Uskup Yerusalem antara tahun 1943-1946. Ia menjadi anggota gerakan ekumenisme "Iona Community" di Skotlandia pada 1960. Beberapa media massa Islam pernah menjulukinya sebagai "Orientalis Terakhir".
Dalam buku yang diterjemahkan Zaimudin berjudul "Titik Temu Islam dan Kristen, Persepsi dan Salah Persepsi" (Gaya Media Pratama, 1996), Montgomery Watt menyebut Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin awal percaya bahwa hadirnya Muhammad sebagai nabi telah dikabarkan di dalam Bibel.
Al-Qur'an menyatakan bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul "yang namanya telah didapati tertulis di dalam Taurat dan Injil" ( QS 7 : 157).
Ada pula beberapa ayat yang menyebutkan orang-orang Yahudi disalahkan karena menyembunyikan kebenaran atau menyembunyikan bagian dari ajaran-ajaran atau tidak menyatakan dengan sebenamya.
Ayat-ayat atau ajaran-ajaran yang disembunyikan itu pada awalnya mungkin dipahami sebagai menyembunyikan berita akan datangnya Muhammad sebagai seorang nabi dan rasul.
Montgomery Watt mengatakan Khalifah al Mahdi dalam sebutan Timothy menyebutkan, ada tiga ayat yang dengan tegas mengabarkan kenabian Muhammad. Satu ayat dalam Deuteronomy 18: 18 yang menyebutkan bahwa Allah menjanjikan kepada Bani Israel untuk mengirimkan seorang nabi seperti Nabi Musa dari keturunan mereka.
Ayat lain yang menyatakan "seorang penunggang unta dari Isaiah" ( QS 27 : 7), yang dikatakan oleh para ahli pikir kontemporer bahwa ayat ini secara faktual menunjukkan jama' (plural); dan yang ketiga adalah janji Paraclet atau Sang Juru Selamat dalam kitab Perjanjian Baru.
Paraclet atau Sang Juru Selamat
Umat Kristen memahami perkabaran akan hadirnya Paraclet atau Sang Juru Selamat ini sebagai petunjuk kepada Ruh Kudus, seperti yang secara eksplisit dinyatakan dalam John (Yahya) 14: 26.
Sungguhpun demikian, dalam beberapa hal ada kesamaan yang dicatat antara dua kata dari bahasa Yunani, periklutos, yang berarti "termasyhur" atau "patut dipuji" dan, parakletos atau paradete.
Agaknya dua kata itulah yang menjadi landasan pernyataan bahwa apakah Yesus (Isa) benar benar telah mengatakan tentang Paraclet secara sungguh-sungguh yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang nama ini juga berarti "terpuji" atau "mulia."
Pada titik ini agaknya perlu kembali kepada Al-Qur'an untuk melihat ayat yang penting itu
Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: Wahai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan (Rasul) Allah kepadamu, membenarkan kitab yang turun sebelummu, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata" ( QS 61 :6).
Menurut Montgomery Watt, sejak pertengahan abad kedelapan, kata --Ahmad-- diambil sebagai nama sebenarnya yang menjadi alternatif terhadap kata Muhammad. Kendatipun demikian, semenjak saat itu kata Ahmad yang dianggap sebagai kata sifat yang berarti "Yang Terpuji", memang kata itu masih merujuk kepada kata Muhammad.
Menurutnya, yang penting bahwa kira-kira tahun 781 Masehi, Al-Mahdi memberi tahukan kepada Timothy agar tidak mengambil kata Ahmad sebagai sebuah nama yang sebenarnya.
"Saya telah menyebutkan perhatian itu di tempat lain terhadap fakta yang menghebohkan ini sampai kira-kira tahun 740 Masehi sehingga tidak ada nama orang Islam yang memakai nama Ahmad, akan tetapi setelah itu sebutan Ahmad menjadi amat umum sebagai nama panggilan alternatif terhadap kata Muhammad," ujar Montgomery Watt.
Menurutnya, pernyataan ayat Al-Qur'an tersebut menyatakan bahwa dalam lingkungan Muhammad ini ada kesadaran yang membingungkan antara periklutos dan parakletos; dan memang dalam tulisan bahasa Semit hanya menggunakan konsonan yang masing-masing identik benar -- prklts.
"Menurut saya bahwa sampai abad kedelapan itu kata ahmad pada ayat tersebut diambil sebagai kata sifat, yang didukung oleh berbagai fakta yang lain," ujar William Montgomery Watt.
Jadi, kata William Montgomery Watt, dalam biografinya tentang Muhammad, Ibn Ishaq (meninggal tahun 768 Masehi), menyebutkan ayat ini dengan mengajukan pertanyaan, namun tidak menjelaskan nama ahmad sebagai nama panggilan Nabi Muhammad.
Tentang ayat ini dapat dikatakan bahwa Ibn Ishaq membuat terjemahan secara bebas yang akurat dalam John (Yahya: 15: 23, 16: 1), berbeda dengan pengubahan "Aku akan mengirim kamu dari Sang Bapa" dengan pernyataan "Allah akan mengirim kamu dari Tuhan."
Terjemahan aktual dari Bibel ini sama sekali tidak biasa terjadi pada penulis-penulis muslim. Dalam pengenalan kutipan, Ibn Ishaq menyatakan "apakah dari murid John (Yahya) dituliskan bagi mereka pada saat dia menulis kitab Injil dari kesaksian ('ahd) Yesus putra Maria, mengenai Rasul Allah."
Menurut Ibn Ishaq, kutipan ini merupakan klaimnya bahwa terma manhamanna yang digunakan untuk gubahan makna "paraklet" (orang yang terpuji) pada ayat tersebut, adalah sebuah kata dari bahasa Syria yang berarti Muhammad dan ini merupakan ekuivalen dengan kata baraqlitis. Jika mungkin di luar tempat ini dapat mendiskusikan percabangan-percabangan bahasa Syria dalam argumen ini.
Titik tekan yang harus dicatat bahwa kaum muslimin benar-benar yakin kalau Muhammad ini sungguh telah diramalkan di dalam kitab Bibel.
Ibn Ishaq di tempat lain dan pada buku Thabaqat yang dikarang oleh Ibn Sa'ad (meninggal tahun 844 Masehi) ada berbagai kisah tentang jalan orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen yang menyembunyikan ayat-ayat yang mengabarkan tentang kehadiran Muhammad sebagai nabi.
Kadangkala ada penyembunyian fisik dengan memotong halaman-halaman bersama sekaligus, atau dengan menghapus satu ayat atau mengganti satu ayat dengan ayat yang lain.
Kisah-kisah itu seluruhnya rupanya mengacu kepada penduduk bangsa yang ummi (buta huruf) yang masih berpikir sederhana. Kisah-kisah yang menyatakan bahwa orang-orang Yahudi membayangkan seorang nabi ini kemungkinan berasal dari bayang-bayang seorang Messiah.
Kisah yang paling terkenal adalah kisah pendeta Kristen, Bahira, yang waktu itu Muhammad sedang dalam perjalanan menuju Syria. Maka diketahui dari deskripsi buku-bukunya yang mengisyaratkan kenabian antara kedua bahu pundak beliau dan memberitahukan kepada paman beliau, Abu Thalib, agar berhati-hati menjaga Muhammad.
Sejak abad kedelapan, sebagian ilmuwan muslim meneliti ayat-ayat Bibel lebih lanjut yang dapat diklaim meramalkan kehadiran Muhammad sebagai nabi atau rasul.
Tak pelak lagi bahwa memang secara implisit menyatakan kekuatan teks Biblikal dan adanya kontradiksi bentuk-bentuk ajaran tersebut di mana seluruh teks itu tidak dapat dipercaya.
Seorang ilmuwan yang kesohor, Ibn Qutaibah (meninggal tahun 889 Masehi), menemukan kira-kira sejumlah ayat, namun orang ini didahului oleh seorang yang masuk Islam dari beragama Kristen, Ali Ibn Rubban al Thabari (jangan dikacaukan dengan al-Thabari sebagai ulama ahli tafsir dan ahli sejarah, yang menghasilkan tafsirnya tidak kurang dari 130 ayat).
Sikap Orang Kristen
Montgomery Watt mengatakan umat Kristen dewasa ini yang berpikir bahwa pesan nabi yang paling mendasar adalah untuk zaman dan tempat beliau sendiri. Hal ini tentu dipahami secara berbeda dengan umat Kristen di zaman-zaman Perjanjian Baru yang melihat pada pesan-pesan yang meramalkan masa depan.
Dewasa ini umat Kristen memperkenankan bahwa pesan-pesan kenabian ini kemungkinan dapat menunjukkan masa depan dengan dua cara. Cara yang pertama, seorang nabi yang dapat memberi perhatian kepada orang-orang sezamannya dengan bencana-bencana yang menimpa mereka sebagai hukuman terhadap tingkah laku atau perbuatan dosa yang telah mereka lakukan. Semua bencana yang ditimpakan kepada mereka ini dibayangkan untuk hari depan yang dekat.
Cara yang kedua, pesan-pesan kenabian dapat berisi pernyataan-pernyataan umum tentang jalan-jalan di mana Tuhan berhadapan dengan makhluk yang bernama manusia, baik hukuman terhadap perbuatan dosa maupun memberi daya dorong agar tulus jujur dan membebaskan mereka dari kesengsaraan; dan tindakan-tindakan yang memberi dorongan yang diperlukan agar tidak segera terjadi.
Ayat dalam Deuteronomy 18: 14-19, di mana Musa mengatakan kepada Bani Israel bahwa Tuhan akan menurunkan kepada mereka seorang nabi seperti dirinya dari antara bapak-bapak mereka.
Hal ini kiranya menyatakan prinsip umum, yakni ketika manusia yang beriman itu perlu petunjuk ketuhanan atau pertolongan Tuhan yang lain yang hendak mengirimkan seorang nabi kepada mereka.
Menurut Montgomery Watt, prinsip ini dapat dikatakan telah terpenuhi pada keseluruhan rentetan nabi-nabi, yang memberi petunjuk kepada Bani Israel berabad-abad lamanya. Kemudian orang-orang Yahudi berpikir untuk mengaplikasikan pekabaran ini dengan hadirnya Sang Messiah, dan ini diberikan dalam artian umat Kristen awal dan ditujukan kepada Yesus (Acts 3: 22, dan seterusnya).
Berdasarkan titik pandang ini, maka orang yang beragama Kristen dapat diakui bahwa mereka juga berlaku kepada Muhammad. Kendatipun demikian, pada waktu yang sama harus ditunjukkan bahwa dewasa ini umat Kristen tidak melihat terpenuhinya ramalan ini pada seseorang sebagai suatu bukti kenabiannya; baik dia ini benar-benar seorang nabi yang dikenal dari kualitas pesan-pesan yang disampaikannya maupun akibat pesan-pesan tersebut dalam kehidupan pemeluk-pemeluknya.
Bahkan harus dicatat bahwa cara berpikir modern tentang kenabian, ternyata tidak menetapkan penyimpangan dengan persamaan-persamaan aksidental antara lembaran-lembaran kenabian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi terkemudian. Jadi ada sebuah ayat dalam Isaiah yang menyebutkan:
(Tanda kekuasaan) ini adalah: perempuan muda yang akan menerima dan melahirkan seorang anak lelaki, dan akan memberikan namanya dengan Immanuel. Mentega dan madu yang hendak mereka makan, agar dia tahu bagaimana orang ini menghilangkan kejahatan dan memilih yang baik. Karena sebelum beliau mengetahui bahwa dia mengetahui bagaimana menghilangkan kejahatan dan memilih yang baik. Karena sebelum dia mengetahui bagaimana menghilangkan kejahatan dan memilih yang baik, karena sebelum dia mengetahui bagaimana dapat ditinggalkannya kejahatan dan dipilih yang engkau benci itu akan ditinggalkan oleh kedua rajanya (Issaiah 7: 14).
Menurut Montgomery Watt, para ilmuwan modern juga memahami anak kalimat di atas secara berbeda satu dengan yang lain. Dalam versi Yunani kuno, satu kata pada ayat di atas mempunyai arti "perawan" atau "kesucian" walaupun dalam bahasa Yahudi berarti "gadis" atau perempuan muda yang belum kawin yang di satu saat nanti akan menuju jenjang perkawinan.
"Umat Kristen awal yang akrab dengan bahasa Yunani menyatakan bahwa ayat tersebut menunjukkan ramalan akan konsepsi keperawanan atau kesucian Yesus dan Immanuel dianggap sebagai salah satu namanya," kata Montgomery Watt.
Menurut pemahaman modern, kata Montgomery Watt, ayat tersebut memberi tahukan kepada raja di waktu itu, Ahaz, bahwa malapetaka akan mengiringi musuh-musuhnya dalam waktu beberapa tahun mendatang. Nama Immanuel atau "Tuhan bersama kita", menekankan prinsip umum dan meyakinkan raja yang senantiasa berada pada jaminan pertolongan Tuhan terus-menerus. Akan tetapi ayat tersebut juga menguntungkan Yesus yang di satu saat diperuntukkan kepadanya.
"Jadi, tentang aplikasi Kristen modern kepada Yesus ini tidak memberikan sesuatu bukti apa pun, dalam artian tidak lebih dari kejadian yang luar biasa; namun mempunyai tempat sejarah yang kuat dalam sejarah Kristen karena merupakan bagian dari cara berpikir umat Kristen awal terdahulu. Dalam memberi tahukan kejadian ini, secara implisit menyatakan bahwa kejadian luar biasa itu bukan merupakan bagian dari titah Tuhan, dikarenakan nabi-nabi mengucapkan kalimat-kalimat yang samar.samar yang artinya hanya akan jelas pada abad-abad terkemudian," kata Montgomery Watt.
Namun begitu, kata Montgomery Watt lagi, umat Kristen yakin bahwa hasrat dan kematian Yesus telah diramalkan di dalam Perjanjian Lama. Akan tetapi ramalan ini jatuh kedalam kategori pernyataan umum tentang bagaimana Tuhan menghadapi manusia secara individual maupun komunitas. Satu dari pernyataan tersebut adalah penjelasan tentang penderitaan hamba Tuhan dalam Isaiah 52: 13, 53: 12.
"Walaupun hal ini nampak secara khusus dipergunakan kepada Yesus sebagai Messiah, namun ada pengertian di mana tiap-tiap orang mengatakan kedamaian dan keselamatan bekerja yang penting bagi Tuhan. Karena itu barangkali harus menghadapi penderitaan dari kematian. Agaknya jelas untuk orang luar bahwa umat Islam dewasa ini berusaha keras untuk mencapai dukungan bagi apa yang mereka anggap sebagai konsep Islam yang lebih benar ketimbang konsep-konsep kaum fundamentalis yang secara pasti hampir harus menghadapi penderitaan yang besar," demikian Montgomery Watt.
Montgomery Watt adalah seorang profesor Studi-studi Arab dan Islam pada Universitas Edinburgh antara tahun 1964-1979. Ia juga merupakan visiting professor pada Universitas Toronto, College de France, Paris, dan Universitas Georgetown; serta menerima gelar kehormatan Doctor of Divinity dari Universitas Aberdeen.
Menyangkut hal kerohanian, Montgomery Watt adalah pendeta (reverend) pada Gereja Episkopal Skotlandia, dan pernah menjadi spesialis bahasa bagi Uskup Yerusalem antara tahun 1943-1946. Ia menjadi anggota gerakan ekumenisme "Iona Community" di Skotlandia pada 1960. Beberapa media massa Islam pernah menjulukinya sebagai "Orientalis Terakhir".
Dalam buku yang diterjemahkan Zaimudin berjudul "Titik Temu Islam dan Kristen, Persepsi dan Salah Persepsi" (Gaya Media Pratama, 1996), Montgomery Watt menyebut Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin awal percaya bahwa hadirnya Muhammad sebagai nabi telah dikabarkan di dalam Bibel.
Al-Qur'an menyatakan bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul "yang namanya telah didapati tertulis di dalam Taurat dan Injil" ( QS 7 : 157).
Ada pula beberapa ayat yang menyebutkan orang-orang Yahudi disalahkan karena menyembunyikan kebenaran atau menyembunyikan bagian dari ajaran-ajaran atau tidak menyatakan dengan sebenamya.
Ayat-ayat atau ajaran-ajaran yang disembunyikan itu pada awalnya mungkin dipahami sebagai menyembunyikan berita akan datangnya Muhammad sebagai seorang nabi dan rasul.
Montgomery Watt mengatakan Khalifah al Mahdi dalam sebutan Timothy menyebutkan, ada tiga ayat yang dengan tegas mengabarkan kenabian Muhammad. Satu ayat dalam Deuteronomy 18: 18 yang menyebutkan bahwa Allah menjanjikan kepada Bani Israel untuk mengirimkan seorang nabi seperti Nabi Musa dari keturunan mereka.
Ayat lain yang menyatakan "seorang penunggang unta dari Isaiah" ( QS 27 : 7), yang dikatakan oleh para ahli pikir kontemporer bahwa ayat ini secara faktual menunjukkan jama' (plural); dan yang ketiga adalah janji Paraclet atau Sang Juru Selamat dalam kitab Perjanjian Baru.
Paraclet atau Sang Juru Selamat
Umat Kristen memahami perkabaran akan hadirnya Paraclet atau Sang Juru Selamat ini sebagai petunjuk kepada Ruh Kudus, seperti yang secara eksplisit dinyatakan dalam John (Yahya) 14: 26.
Sungguhpun demikian, dalam beberapa hal ada kesamaan yang dicatat antara dua kata dari bahasa Yunani, periklutos, yang berarti "termasyhur" atau "patut dipuji" dan, parakletos atau paradete.
Agaknya dua kata itulah yang menjadi landasan pernyataan bahwa apakah Yesus (Isa) benar benar telah mengatakan tentang Paraclet secara sungguh-sungguh yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang nama ini juga berarti "terpuji" atau "mulia."
Pada titik ini agaknya perlu kembali kepada Al-Qur'an untuk melihat ayat yang penting itu
Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: Wahai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan (Rasul) Allah kepadamu, membenarkan kitab yang turun sebelummu, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata" ( QS 61 :6).
Menurut Montgomery Watt, sejak pertengahan abad kedelapan, kata --Ahmad-- diambil sebagai nama sebenarnya yang menjadi alternatif terhadap kata Muhammad. Kendatipun demikian, semenjak saat itu kata Ahmad yang dianggap sebagai kata sifat yang berarti "Yang Terpuji", memang kata itu masih merujuk kepada kata Muhammad.
Menurutnya, yang penting bahwa kira-kira tahun 781 Masehi, Al-Mahdi memberi tahukan kepada Timothy agar tidak mengambil kata Ahmad sebagai sebuah nama yang sebenarnya.
"Saya telah menyebutkan perhatian itu di tempat lain terhadap fakta yang menghebohkan ini sampai kira-kira tahun 740 Masehi sehingga tidak ada nama orang Islam yang memakai nama Ahmad, akan tetapi setelah itu sebutan Ahmad menjadi amat umum sebagai nama panggilan alternatif terhadap kata Muhammad," ujar Montgomery Watt.
Menurutnya, pernyataan ayat Al-Qur'an tersebut menyatakan bahwa dalam lingkungan Muhammad ini ada kesadaran yang membingungkan antara periklutos dan parakletos; dan memang dalam tulisan bahasa Semit hanya menggunakan konsonan yang masing-masing identik benar -- prklts.
"Menurut saya bahwa sampai abad kedelapan itu kata ahmad pada ayat tersebut diambil sebagai kata sifat, yang didukung oleh berbagai fakta yang lain," ujar William Montgomery Watt.
Jadi, kata William Montgomery Watt, dalam biografinya tentang Muhammad, Ibn Ishaq (meninggal tahun 768 Masehi), menyebutkan ayat ini dengan mengajukan pertanyaan, namun tidak menjelaskan nama ahmad sebagai nama panggilan Nabi Muhammad.
Tentang ayat ini dapat dikatakan bahwa Ibn Ishaq membuat terjemahan secara bebas yang akurat dalam John (Yahya: 15: 23, 16: 1), berbeda dengan pengubahan "Aku akan mengirim kamu dari Sang Bapa" dengan pernyataan "Allah akan mengirim kamu dari Tuhan."
Terjemahan aktual dari Bibel ini sama sekali tidak biasa terjadi pada penulis-penulis muslim. Dalam pengenalan kutipan, Ibn Ishaq menyatakan "apakah dari murid John (Yahya) dituliskan bagi mereka pada saat dia menulis kitab Injil dari kesaksian ('ahd) Yesus putra Maria, mengenai Rasul Allah."
Menurut Ibn Ishaq, kutipan ini merupakan klaimnya bahwa terma manhamanna yang digunakan untuk gubahan makna "paraklet" (orang yang terpuji) pada ayat tersebut, adalah sebuah kata dari bahasa Syria yang berarti Muhammad dan ini merupakan ekuivalen dengan kata baraqlitis. Jika mungkin di luar tempat ini dapat mendiskusikan percabangan-percabangan bahasa Syria dalam argumen ini.
Titik tekan yang harus dicatat bahwa kaum muslimin benar-benar yakin kalau Muhammad ini sungguh telah diramalkan di dalam kitab Bibel.
Ibn Ishaq di tempat lain dan pada buku Thabaqat yang dikarang oleh Ibn Sa'ad (meninggal tahun 844 Masehi) ada berbagai kisah tentang jalan orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen yang menyembunyikan ayat-ayat yang mengabarkan tentang kehadiran Muhammad sebagai nabi.
Kadangkala ada penyembunyian fisik dengan memotong halaman-halaman bersama sekaligus, atau dengan menghapus satu ayat atau mengganti satu ayat dengan ayat yang lain.
Kisah-kisah itu seluruhnya rupanya mengacu kepada penduduk bangsa yang ummi (buta huruf) yang masih berpikir sederhana. Kisah-kisah yang menyatakan bahwa orang-orang Yahudi membayangkan seorang nabi ini kemungkinan berasal dari bayang-bayang seorang Messiah.
Kisah yang paling terkenal adalah kisah pendeta Kristen, Bahira, yang waktu itu Muhammad sedang dalam perjalanan menuju Syria. Maka diketahui dari deskripsi buku-bukunya yang mengisyaratkan kenabian antara kedua bahu pundak beliau dan memberitahukan kepada paman beliau, Abu Thalib, agar berhati-hati menjaga Muhammad.
Sejak abad kedelapan, sebagian ilmuwan muslim meneliti ayat-ayat Bibel lebih lanjut yang dapat diklaim meramalkan kehadiran Muhammad sebagai nabi atau rasul.
Tak pelak lagi bahwa memang secara implisit menyatakan kekuatan teks Biblikal dan adanya kontradiksi bentuk-bentuk ajaran tersebut di mana seluruh teks itu tidak dapat dipercaya.
Seorang ilmuwan yang kesohor, Ibn Qutaibah (meninggal tahun 889 Masehi), menemukan kira-kira sejumlah ayat, namun orang ini didahului oleh seorang yang masuk Islam dari beragama Kristen, Ali Ibn Rubban al Thabari (jangan dikacaukan dengan al-Thabari sebagai ulama ahli tafsir dan ahli sejarah, yang menghasilkan tafsirnya tidak kurang dari 130 ayat).
Sikap Orang Kristen
Montgomery Watt mengatakan umat Kristen dewasa ini yang berpikir bahwa pesan nabi yang paling mendasar adalah untuk zaman dan tempat beliau sendiri. Hal ini tentu dipahami secara berbeda dengan umat Kristen di zaman-zaman Perjanjian Baru yang melihat pada pesan-pesan yang meramalkan masa depan.
Dewasa ini umat Kristen memperkenankan bahwa pesan-pesan kenabian ini kemungkinan dapat menunjukkan masa depan dengan dua cara. Cara yang pertama, seorang nabi yang dapat memberi perhatian kepada orang-orang sezamannya dengan bencana-bencana yang menimpa mereka sebagai hukuman terhadap tingkah laku atau perbuatan dosa yang telah mereka lakukan. Semua bencana yang ditimpakan kepada mereka ini dibayangkan untuk hari depan yang dekat.
Cara yang kedua, pesan-pesan kenabian dapat berisi pernyataan-pernyataan umum tentang jalan-jalan di mana Tuhan berhadapan dengan makhluk yang bernama manusia, baik hukuman terhadap perbuatan dosa maupun memberi daya dorong agar tulus jujur dan membebaskan mereka dari kesengsaraan; dan tindakan-tindakan yang memberi dorongan yang diperlukan agar tidak segera terjadi.
Ayat dalam Deuteronomy 18: 14-19, di mana Musa mengatakan kepada Bani Israel bahwa Tuhan akan menurunkan kepada mereka seorang nabi seperti dirinya dari antara bapak-bapak mereka.
Hal ini kiranya menyatakan prinsip umum, yakni ketika manusia yang beriman itu perlu petunjuk ketuhanan atau pertolongan Tuhan yang lain yang hendak mengirimkan seorang nabi kepada mereka.
Menurut Montgomery Watt, prinsip ini dapat dikatakan telah terpenuhi pada keseluruhan rentetan nabi-nabi, yang memberi petunjuk kepada Bani Israel berabad-abad lamanya. Kemudian orang-orang Yahudi berpikir untuk mengaplikasikan pekabaran ini dengan hadirnya Sang Messiah, dan ini diberikan dalam artian umat Kristen awal dan ditujukan kepada Yesus (Acts 3: 22, dan seterusnya).
Berdasarkan titik pandang ini, maka orang yang beragama Kristen dapat diakui bahwa mereka juga berlaku kepada Muhammad. Kendatipun demikian, pada waktu yang sama harus ditunjukkan bahwa dewasa ini umat Kristen tidak melihat terpenuhinya ramalan ini pada seseorang sebagai suatu bukti kenabiannya; baik dia ini benar-benar seorang nabi yang dikenal dari kualitas pesan-pesan yang disampaikannya maupun akibat pesan-pesan tersebut dalam kehidupan pemeluk-pemeluknya.
Bahkan harus dicatat bahwa cara berpikir modern tentang kenabian, ternyata tidak menetapkan penyimpangan dengan persamaan-persamaan aksidental antara lembaran-lembaran kenabian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi terkemudian. Jadi ada sebuah ayat dalam Isaiah yang menyebutkan:
(Tanda kekuasaan) ini adalah: perempuan muda yang akan menerima dan melahirkan seorang anak lelaki, dan akan memberikan namanya dengan Immanuel. Mentega dan madu yang hendak mereka makan, agar dia tahu bagaimana orang ini menghilangkan kejahatan dan memilih yang baik. Karena sebelum beliau mengetahui bahwa dia mengetahui bagaimana menghilangkan kejahatan dan memilih yang baik. Karena sebelum dia mengetahui bagaimana menghilangkan kejahatan dan memilih yang baik, karena sebelum dia mengetahui bagaimana dapat ditinggalkannya kejahatan dan dipilih yang engkau benci itu akan ditinggalkan oleh kedua rajanya (Issaiah 7: 14).
Menurut Montgomery Watt, para ilmuwan modern juga memahami anak kalimat di atas secara berbeda satu dengan yang lain. Dalam versi Yunani kuno, satu kata pada ayat di atas mempunyai arti "perawan" atau "kesucian" walaupun dalam bahasa Yahudi berarti "gadis" atau perempuan muda yang belum kawin yang di satu saat nanti akan menuju jenjang perkawinan.
"Umat Kristen awal yang akrab dengan bahasa Yunani menyatakan bahwa ayat tersebut menunjukkan ramalan akan konsepsi keperawanan atau kesucian Yesus dan Immanuel dianggap sebagai salah satu namanya," kata Montgomery Watt.
Menurut pemahaman modern, kata Montgomery Watt, ayat tersebut memberi tahukan kepada raja di waktu itu, Ahaz, bahwa malapetaka akan mengiringi musuh-musuhnya dalam waktu beberapa tahun mendatang. Nama Immanuel atau "Tuhan bersama kita", menekankan prinsip umum dan meyakinkan raja yang senantiasa berada pada jaminan pertolongan Tuhan terus-menerus. Akan tetapi ayat tersebut juga menguntungkan Yesus yang di satu saat diperuntukkan kepadanya.
"Jadi, tentang aplikasi Kristen modern kepada Yesus ini tidak memberikan sesuatu bukti apa pun, dalam artian tidak lebih dari kejadian yang luar biasa; namun mempunyai tempat sejarah yang kuat dalam sejarah Kristen karena merupakan bagian dari cara berpikir umat Kristen awal terdahulu. Dalam memberi tahukan kejadian ini, secara implisit menyatakan bahwa kejadian luar biasa itu bukan merupakan bagian dari titah Tuhan, dikarenakan nabi-nabi mengucapkan kalimat-kalimat yang samar.samar yang artinya hanya akan jelas pada abad-abad terkemudian," kata Montgomery Watt.
Namun begitu, kata Montgomery Watt lagi, umat Kristen yakin bahwa hasrat dan kematian Yesus telah diramalkan di dalam Perjanjian Lama. Akan tetapi ramalan ini jatuh kedalam kategori pernyataan umum tentang bagaimana Tuhan menghadapi manusia secara individual maupun komunitas. Satu dari pernyataan tersebut adalah penjelasan tentang penderitaan hamba Tuhan dalam Isaiah 52: 13, 53: 12.
"Walaupun hal ini nampak secara khusus dipergunakan kepada Yesus sebagai Messiah, namun ada pengertian di mana tiap-tiap orang mengatakan kedamaian dan keselamatan bekerja yang penting bagi Tuhan. Karena itu barangkali harus menghadapi penderitaan dari kematian. Agaknya jelas untuk orang luar bahwa umat Islam dewasa ini berusaha keras untuk mencapai dukungan bagi apa yang mereka anggap sebagai konsep Islam yang lebih benar ketimbang konsep-konsep kaum fundamentalis yang secara pasti hampir harus menghadapi penderitaan yang besar," demikian Montgomery Watt.
(mhy)