Persepsi Umum Kenabian Menurut Orientalis William Montgomery Watt

Senin, 26 Desember 2022 - 19:59 WIB
loading...
Persepsi Umum Kenabian Menurut Orientalis William Montgomery Watt
William Montgomery Watt. Foto/Ilustrasi: AP/masjidma
A A A
Pakar studi-studi keislaman dari Britania Raya, William Montgomery Watt (1909-2006), mengatakan secara umum persepsi Al-Qur'an tentang agama-agama lain di luar Islam, khususnya Yahudi dan Kristen , tak pelak lagi, tergantung atas tingkatan pemahaman historis mutakhir di Mekkah dan letak Arabia sekitar tahun 600 Masehi.

"Tingkatan pemahaman ini jelas-jelas bersifat mendasar bagi persepsi tersebut. Bangsa Arab tidak mempunyai dokumen sejarah tertulis. Ada beberapa prasasti dari kerajaan-kerajaan terdahulu, namun apabila orang dapat membacanya masih diragukan karena masih tetap kurang mengapresiasikan signifikansinya," ujar orientalis dan sejarawan utama tentang Islam di dunia Barat ini.



Jadi bagi bangsa Arab, kata Watt, sejarah itu tergantung kepada tradisi oral dari mulut ke mulut. Mereka mengetahui sesuatu dalam sejarah kesukuan dan klen-klen mereka berkenaan dengan sebagian kecil generasi sebelumnya.

"Akan tetapi kebanyakan sejarah suku-suku Arab ini berupa bagaimana suku-suku ini tumbuh-kembang pada kekuasaan lewat satu pemimpin terkemuka atau lebih, kemudian menjadi makin kuat selama satu atau dua generasi, lalu kembali lagi tidak menunjukkan peran signifikansinya," ujarnya.

Arti kesementaraan komunitas-komunitas manusia kemungkinan dapat diperteguh oleh pengamatan tempat-tempat yang satu saat dapat ditempati dalam waktu sekejap dan tidak tetap.

Berkut penuturan William Montgomery Watt dalam bukunya yang diterjemahkan Zaimudin berjudul "Titik Temu Islam dan Kristen, Persepsi dan Salah Persepsi" (Gaya Media Pratama Jakarta, 1996).

Di sejumlah ayat Al-Qur'an, umat Islam diberitahukan tentang perjalanan melewati negeri dan melihat bencana-bencana yang menimpa bangsa-bangsa terdahulu. Bencana yang menimpa ini disebabkan karena mereka tidak mau memperhatikan ucapan-ucapan Nabi mereka.



Para saudagar Mekkah telah mengunjungi kekaisaran Byzantine, Sassania dan Abyssinia, namun dalam waktu yang lama mereka tidak mempunyai ide di mana mereka harus berada pada suatu wilayah tertentu.

Pemikiran bangsa Arab pada terma generasi-generasi manusia, bukannya dalam terma dekade atau abad-abad lamanya. Oleh karena itu, mustahil bagi mereka untuk mengakui suatu komunitas; misalnya komunitas Yahudi dengan mata rantai kesinambungan sejarah yang berakhir lebih dari seribu tahun lamanya, tiga puluh generasi atau empat puluh generasi.

Gambaran lebih lanjut tentang pandangan historis Arab adalah percaya kepada keabadian kondisi kehidupan manusia dan masyarakat yang tidak pernah berubah, tetap, dan kebencian yang konsekuen kepada semua hal yang baru.

Salah satu tuduhan permusuhan Muhammad SAW yang dilancarkan oleh para penyembah berhala Mekkah adalah karena kenabian ini sebelumnya tidak dikenal di Arabia, dan di dalam Al-Qur'an Nabi Muhammad SAW diperintahkan oleh Allah agar secara terang-terangan menyebarkan ajaran kenabian ini dengan mendesak bangsa Arab Mekkah untuk meninggalkan kenabiannya yang sesungguhnya tidak baru itu ( QS 46 : 9).

"Katakanlah: Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak pula terhadapmu. Aku tidak lain kecuali hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan."



Kisah-kisah yang menceritakan nabi-nabi terdahulu dijelaskan di dalam Al- Qur'an sekitar seperempat Al-Qur'an jumlahnya, bukan hanya memberikan penguatan bagi Nabi Muhammad SAW dan para pengikut beliau semata, melainkan juga tuntutan tegas agar beliau mempunyai rentetan asal-usul keturunan spiritual yang panjang dan bahwa nabi-nabi yang sebelum beliau itu mempunyai pengalaman-pengalaman yang mirip sama dengan pengalaman-pengalaman beliau sendiri.

Bentuk umum kisah itu memberitahukan bagaimana setelah nabi mengajak bangsanya untuk beriman kepada Allah dan beribadah kepadaNya serta siap sedia berkorban menghambakkan diri kepada Allah satu-satunya yang tunggal dan Maha Esa.

Namun mereka itu mengingkari pesan risalah nabinya dan lalu mereka ditimpa oleh bencana yang menghancurkan suatu bangsa tertentu itu.

Pada QS 7 , 11, dan 25, ada hitungan paralel Nabi Luth, Nabi Nuh dan tiga nabi dari bangsa Arab: Hud, Salih dan Syu'aib; dan ada acuan-acuan lebih ringkas terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi tersebut di manapun berada; terkadang Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan nabi-nabi yang lain, dan seterusnya.

Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3377 seconds (0.1#10.140)