Arah Baru Memandang Al Masih Sebabkan Krisis Keimanan di Barat
loading...
A
A
A
Murad Wilfred Hoffman dalam bukunya yang diterjemahkan Abdul Hayyie al Kattani berjudul "Trend Islam 2000" (Gema Insani Press, 1997) menyebut arah baru memandang Al Masih (peran dan tabiatnya) dalam agama Kristen menyebabkan krisis keimanan di Barat.
Sekadar mengingatkan Wilfred Hoffman adalah mualaf asal Jerman. Namanya menjadi Murad Hoffman, setelah ia memeluk Islam . Ketika ia sedang menjadi duta besar Jerman di Maroko, pada tahun 1992, ia mempublikasikan bukunya yang menggegerkan masyarakat Jerman: Der Islam als Alternative (Islam sebagai Alternatif).
Dalam buku tersebut, ia tidak saja menjelaskan bahwa Islam adalah alternatif yang paling baik bagi peradaban Barat yang sudah kropos dan kehilangan justifikasinya, namun ia secara eksplisit mengatakan bahwa alternatif Islam bagi masyarakat Barat adalah suatu keniscayaan.
Kembali ke krisis keimanan. Wilfred Hoffman mengatakan perihal Nabi Isa tersebut, umat Islam berpegang teguh pada apa yang diterangkan Al-Quran al Karim. "Sesungguhnya misal (penciptaan) 'Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia." ( QS Ali Imran : 59)
"Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu." ( QS Al Mu'minun : 91)
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." " ( QS Al Ikhlash : 1-4)
"Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia." ( QS Ali Imran : 47)
"Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mu'jizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertaqwalah kepada Allah dan ta'atlah kepadaku." ( QS Ali Imran : 50)
"Katakanlah (hai orang-orang mu'min): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." " ( QS Al Baqarah : 136)
"Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, 'Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri." ( QS Ali Imran : 84)
"Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, 'Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara." ( QS An Nisaa : 171)
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih." ( QS Al Maidah : 73)
"Hingga mereka yang dinamakan Muslim modern atau ter-Barat-kan, hingga Islam KTP, semuanya mengamini ajaran Al-Qur'an tentang ini," ujar Wilfred Hoffman.
Tuhan Mempunyai Anak
Menurut Wilfred Hoffman, semenjak 200 tahun yang lalu, di dunia Kristen berkembang penolakan terhadap keyakinan bahwa Tuhan mempunyai anak.
Hilangnya justifikasi akidah gereja tentang Isa, lebih jelas diteriakkan oleh realitas berkembangnya atheisme, skeptisisme, pengucilan gereja, dan berbondong-bondongnya manusia menganut aliran-aliran baru seperti antroposofi, Budha, Syamani India Merah, emansipasi wanita, dan sebagainya.
Oleh karena itu, tentunya diusahakan dengan sungguh-sungguh untuk mengembalikan penafsiran anggitan Isa dalam ajaran Kristen. Pakar usaha ini adalah Karl Paret (1968), Rudolf Boltman (1976), dan Profesor Jesuit Karl Raner.
Paret menganggap Isa sebagai manusia yang dipilih Tuhan. "Penilaiannya amat mengejutkan, bukan?" ujar Wilfred Hoffman. Sedangkan Boltman, dengan metode kritik historisnya, menggugurkan mitos-mitos dalam Perjanjian Baru, sehingga mayoritas teolog sepakat mengatakan bahwa adalah mustahil menentukan dengan pasti pribadi Isa secara historis dengan berpedoman pada Perjanjian Baru.
Sekadar mengingatkan Wilfred Hoffman adalah mualaf asal Jerman. Namanya menjadi Murad Hoffman, setelah ia memeluk Islam . Ketika ia sedang menjadi duta besar Jerman di Maroko, pada tahun 1992, ia mempublikasikan bukunya yang menggegerkan masyarakat Jerman: Der Islam als Alternative (Islam sebagai Alternatif).
Dalam buku tersebut, ia tidak saja menjelaskan bahwa Islam adalah alternatif yang paling baik bagi peradaban Barat yang sudah kropos dan kehilangan justifikasinya, namun ia secara eksplisit mengatakan bahwa alternatif Islam bagi masyarakat Barat adalah suatu keniscayaan.
Kembali ke krisis keimanan. Wilfred Hoffman mengatakan perihal Nabi Isa tersebut, umat Islam berpegang teguh pada apa yang diterangkan Al-Quran al Karim. "Sesungguhnya misal (penciptaan) 'Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia." ( QS Ali Imran : 59)
"Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu." ( QS Al Mu'minun : 91)
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." " ( QS Al Ikhlash : 1-4)
"Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia." ( QS Ali Imran : 47)
"Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mu'jizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertaqwalah kepada Allah dan ta'atlah kepadaku." ( QS Ali Imran : 50)
"Katakanlah (hai orang-orang mu'min): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." " ( QS Al Baqarah : 136)
"Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, 'Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri." ( QS Ali Imran : 84)
"Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, 'Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara." ( QS An Nisaa : 171)
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih." ( QS Al Maidah : 73)
"Hingga mereka yang dinamakan Muslim modern atau ter-Barat-kan, hingga Islam KTP, semuanya mengamini ajaran Al-Qur'an tentang ini," ujar Wilfred Hoffman.
Tuhan Mempunyai Anak
Menurut Wilfred Hoffman, semenjak 200 tahun yang lalu, di dunia Kristen berkembang penolakan terhadap keyakinan bahwa Tuhan mempunyai anak.
Hilangnya justifikasi akidah gereja tentang Isa, lebih jelas diteriakkan oleh realitas berkembangnya atheisme, skeptisisme, pengucilan gereja, dan berbondong-bondongnya manusia menganut aliran-aliran baru seperti antroposofi, Budha, Syamani India Merah, emansipasi wanita, dan sebagainya.
Oleh karena itu, tentunya diusahakan dengan sungguh-sungguh untuk mengembalikan penafsiran anggitan Isa dalam ajaran Kristen. Pakar usaha ini adalah Karl Paret (1968), Rudolf Boltman (1976), dan Profesor Jesuit Karl Raner.
Paret menganggap Isa sebagai manusia yang dipilih Tuhan. "Penilaiannya amat mengejutkan, bukan?" ujar Wilfred Hoffman. Sedangkan Boltman, dengan metode kritik historisnya, menggugurkan mitos-mitos dalam Perjanjian Baru, sehingga mayoritas teolog sepakat mengatakan bahwa adalah mustahil menentukan dengan pasti pribadi Isa secara historis dengan berpedoman pada Perjanjian Baru.