Jalan Panjang Konstantinopel, Hagia Shophia, dan Muhammad Al-Fatih

Rabu, 15 Juli 2020 - 12:20 WIB
loading...
A A A
Ketika pemerintahan Utsmani kembali stabil, semangat jihad kembali berkobar pada masa pemerintahan Murad II pada tahun 824 H/ 1451 M. Beberapa kali usaha penaklukan Konstantinopel dilakukan. Bahkan di masa pemerintahnnya beberapa kali tentara Islam mampu mengepung kota tersebut.

Pada saat itu, kaisar Byzantium berusaha menimbulkan fitnah di antara kaum Muslimin, dengan memberi bantuan pada orang-orang yang melakukan pemberontakan terhadap sultan. Cara tersebut ternyata efektif memecahkan konsentrasi pasukan Murad II dalam menaklukkan Konstantinopel. Sehingga pasukan Utsmani tidak mampu merealisasikan cita-cita Murad II.

Sultan Muhammad Al-Fatih
Penaklukan Konstantinopel menjadi kerinduan dan impian kaum Utsmani sejak berdirinya Dinasti mereka, Sultan Utsman, pendiri Dinasti, telah mewasiatkan penaklukan kota ini kepada sultan-sultan setelahnya. Tapi tidak ada satu sultan pun sesudah Utsman yang mampu mewujudkannya sampai masa Sultan Muhammad II yang merupakan anak dari sultan Murad II, sejak hari itu pula Muhammad II digelari al Fatih.

Dari sudut pandang Islam, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu setelah Sultan Salahuddin Al Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di Ain al Jalut melawan tentara Mongol).

Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepimpinannya serta taktik dan strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga seleksi pemilihan tentaranya.

Sultan Muhammad al Fatih diangkat menjadi Khalifah Utsmaniyah pada tanggal 5 Muharam 855 H bersamaan dengan 7 Febuari 1451 M. Ketika naik takhta, Sultan Muhammad segera menemui Syeikh Aaq Syamsuddin untuk menyiapkan bala tentara untuk penaklukan Konstantinopel.

Sultan al Fatih memulai persiapan penaklukan. Ia membangun benteng di daratan Eropa dekat selat Bosphorus yang menghadap sebuah benteng di daratan Asia yang dibangun Sultan Bayazid I, dengan demikian ia dapat mengawasi selat Bosphorus dan mencegah bantuan Kristen datang ke Konstantinopel.

Langkah selanjutnya yaitu melakukan kebijakan militer dan politik luar negeri yang strategis. Ia memperbarui perjanjian dan kesepakatan yang telah terjalin dengan negara-negara tetangga dan sekutu-sekutu militernya.

Pengaturan ulang perjanjian tersebut bertujuan menghilangkan pengaruh Kerajaan Byzantium di wilayah-wilayah tetangga Utsmaniah baik secara politis maupun militer. Maka dijalinlah perjanjian dengan negara Galata yang berbatasan dengan Konstantinopel dari arah timur yang dipisahkan dengan Selat Tanduk Mas.

Sebagaimana ia juga menjalin perjanjian dengan negara Majd dan Venezia, dua negara yang berbatasan dengan negara-negara Eropa. Namun, negara-negara tersebut mengabaikan perjanjian, ketika serangan Sultan Al Fatih mulai beroperasi di Konstantinopel, pasukan negara-negara tersebut datang ke Konstantinopel, ikut membantu mempertahankan Konstantinopel.

Di bidang militer, Sultan al Fatih menyiapkan sebanyak 250 ribu tentara. Para tentara diberikan pelatihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah Saw terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam.

Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad al Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M.

Di hadapan tentaranya, Sultan al Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah SWT.

Dia juga membacakan ayat-ayat al Qur’an mengenainya serta hadis Nabi SAW tentang pembukaan kota Konstantinopel.

Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah SWT.

Pertahanan yang tangguh dari kerajaan besar Romawi ini terlihat sejak dulu. Sebelum musuh mencapai benteng mereka, Byzantium telah memagari laut mereka dengan rantai yang membentang di semenanjung Tanduk Emas. Tidak mungkin bisa menyentuh benteng Byzantium kecuali dengan melintasi rantai tersebut.

Tembok konstantinopel sungguh sulit untuk ditembus karena memiliki pertahanan yang kokoh, dari 20 km garis pertahan kota, 13 km diantaranya dibatasi oleh laut. Sebelah selatan kota dilindungi oleh laut marmara dengan ombak dan badai yang sering datang tak terduga, membuat kapal manapun sulit merapat.

Seluruh batas laut ini dijaga dengan sebaris tembok setinggi 15 meter dengan bersusun yang tak terputus dikuatkan dengan 188 menara setiap 70 meter.

Sebelah utara kota juga terdapat perairan yang tenang di Teluk Tanduk Emas yang berfungsi sebagai pelabuhan alami. Sedangkan garis pertahanan sepanjang 7 km di barat kota dilindungi oleh tembok tiga lapis, dikenal dengan tembok Theodosius yang terbentang dari Teluk Tanduk Emas sampai Laut Marmara.

Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1992 seconds (0.1#10.140)