Jalan Panjang Konstantinopel, Hagia Shophia, dan Muhammad Al-Fatih

Rabu, 15 Juli 2020 - 12:20 WIB
loading...
A A A
Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota.

Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara al Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.



Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia (Aya Sofia), dan Sultan Muhammad al Fatih memberi perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Yahudi maupun Kristen karena mereka (penduduk) termasuk non muslim dzimmi (kafir yang harus dilindungi karena membayar pajak), mu’ahad (yang terikat perjanjian), dan musta’man (yang dilindungi seperti pedagang antar negara) bukan nonmuslim harbi (kafir yang harus diperangi).

Konstantinopel diubah namanya menjadi Islambul (Islam Keseluruhannya). Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.



Toleransi tetap ditegakkan, siapa pun boleh tinggal dan mencari nafkah di kota tersebut. Sultan kemudian membangun kembali kota, membangun sekolah gratis, siapapun boleh belajar, tidak ada perbedaan terhadap agama, membangun pasar, membangun perumahan, membangun rumah sakit, bahkan rumah diberikan gratis bagi pendatang di kota itu dan mencari nafkah di sana.

Saat memasuki Konstantinopel, Sultan Muhammad al-Fatih turun dari kudanya lalu sujud sebagai tanda syukur kepada Allah. Setelah itu, ia menuju Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan menggantinya menjadi masjid.

Selain itu, Sultan Muhammad al-Fatih juga memerintahkan untuk membangun masjid di makam sahabat yang mulia Abu Ayyub al-Anshari radhiallahuanhu, salah seorang sahabat Nabi Muhammad shallallahualaihi wa sallam yang wafat saat menyerang Konstantinopel di zaman Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan radhiallahuanhu.

Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota, pusat pemerintah Kerajaan Utsmani dan kota ini diganti namanya menjadi Islambul yang berarti negeri Islam. Nama tersebut belakangan diubah oleh Pemimpin Revolusi Turki, Mustafa Kamal Ataturk menjadi Istanbul. ( )
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2252 seconds (0.1#10.140)