Puasa di Tanah Suci Saat Pandemi, Irfan: Doakan Kami Bisa Pulang

Selasa, 28 April 2020 - 20:21 WIB
loading...
Puasa di Tanah Suci Saat Pandemi, Irfan: Doakan Kami Bisa Pulang
Masjid Nabawi yang sunyi. Foto: Bilal Fahrur Rozie/pwmu.co
A A A
DUA kota suci di Arab Saudi, Makkah dan Madinah, menjadi sunyi. Tak ada orang hilir mudik di jalan. Pandemi corona atau Covid-19 yang menyerang dunia, mengubah segalanya. Jalan-jalan sepi. Masjid-masjid, mal, pasar, dan tempat-tempat keramaian ditutup. Lalu, bagaimana kondisi pelajar Indonesia di sana pada Ramadhan?

“Kami tidak boleh ke mana-mana. Kami di asrama saja,” ujar Irfan Syuhudi, mahasiswa semester 4, jurusan Dakwah dan Ushuluddin, di Islamic University of Madinah, Arab Saudi, kepada SINDOnews, Selasa (28/4/2020). “Kami menghidupkan malam Ramadhan dengan tilawah dan tarawih di kamar masing-masing,” tambah pemuda kelahiran 6 Mei 1995 itu. Irfan dan mahasiswa lainnya tinggal di asrama di lingkungan kampus.

Setidaknya ada 1000 mahasiswa Indonesia yang belajar di Universitas Islam Madinah. Kini, mereka tengah menempuh ujian semester akhir.

Irfan menjelaskan dengan adanya pandemi Covid-19 suasana bulan Ramadhan tahun ini berbeda jauh dengan Ramadhan tahun lalu. Kini, tidak ada salat Tarawih di masjid. Semua masjid ditutup.

Salat Tarawih di Masjid al-Haram dan Masjid Nabawi hanya khusus untuk imam dan pengurus masjid. Itu pun dengan saf renggang. Kegiatan iktikaf di kedua masjid tersebut juga ditiadakan.

Hal lainnya, tidak ada lagi jamuan takjil puasa, baik di Masjid Nabawi maupun di Masjid al-Haram. Tahun lalu, apabila ingin menikmati jamuan takjil di Masjid Nabawi, tiap orang bisa langsung datang ke pelataran masjid setelah selesai salat Ashar.

Anak-anak maupun orang-orang dewasa berlomba menarik dan mengajak kita untuk mencicipi jamuan yang disiapkan oleh mereka. Suasana bahagia dan kedermawanan itu tahun ini ditiadakan.

Para dermawan yang ingin memberikan takjil buka puasa, dikoordinasi oleh NGO yang ada di Arab Saudi, untuk didistribusikan langsung door to door kepada setiap warga terdampak yang ada di Arab Saudi.


Kuliah Online

Sejak tanggal 8 Maret 2020, Kementerian Pendidikan Arab Saudi meliburkan kegiatan belajar mengajar di kelas. Semua pembelajaran diarahkan ke aplikasi Blackboard yang memang sudah disediakan oleh pihak kampus. "Kuliah jarak jauh diberlakukan," jelas Irfan.

Kementerian Pendidikan menyediakan gawai gratis bagi siswa yang tidak memilikinya. Dengan demikian diharapkan pembelajaran tetap bisa dilaksanakan, meskipun proses belajar mengajar di kelas ditiadakan.

Arab Saudi setidaknya mengambil tiga langkah bidang pendidikan di tengah pandemi. Pertama, pemerintah memberlakukan screening terutama bagi mahasiswa dan ekspatriat yang baru tiba dari negeri China.

Kedua, menteri pendidikan membentuk gugus tugas untuk menanggulangi penyebaran wabah ini dan mensosialisasikannya kepada seluruh kampus dan sekolah—baik negeri maupun swasta.

Ketiga, melakukan menyuluhan dan penyemprotan disinfektan ke semua kampus dan sekolah yang ada di Arab Saudi.

Pemerintah Arab Saudi juga memberlakukan beberapa peraturan lain dalam lockdown. Di antaranya pemberlakuan jam malam dari pukul 7 malam hingga 6 pagi. Khusus di kota Madinah Al-Munawwarah, Makkah, dan Riyadh, jam malam diberlakukan dari pukul 3 sore hingga 6 pagi. Bagi yang melanggar jam malam didenda sebesar 10.000 real atau sekitar Rp40 juta rupiah.

“Kita benar-benar tidak boleh ke mana-mana. Di dalam asrama ada minimarket. Di situlah kita berbelanja kebutuhan sehari-hari. Sementara mal-mal dan pasar tutup,” ujar Irfan.

Tergolong Tinggi
Arab Saudi merupakan salah satu negara di Timur Tengah yang angka penyebaran Virus Corona tergolong tinggi. Sampai 27 April 2020, tercatat 18.811 kasus dengan meninggal 144 orang dan sembuh 2.531 orang.

Warga Negara Indonesia atau WNI yang terjangkit virus Corona untuk yang di Mekkah berjumlah 16 orang. Dari jumlah itu 3 orang dinyatakan sembuh, 10 orang dikarantina dan 3 orang meninggal. Sedangkan di Madinah, 5 orang positif corona, sebanyak 3 orang dikarantina, dan 2 meninggal. Di Riyadh 2 orang, keduanya dikarantina, dan di Najran 1 orang, kini sudah sembuh.

Pada tanggal 18 Maret 2020 pemerintah Arab Saudi resmi menutup semua masjid dan meniadakan salat jamaah selain di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Dua hari berikutnya, yaitu pada tanggal 20 Maret, Masjid Nabawi dan Masjidil Haram juga resmi ditutup.

Biasanya mahasiswa mengikuti kajian di sana, baik kajian hadis, halaqah Quran atau yang lain. Kondisi saat ini semua itu tidak lagi bisa dilakukan.

Sejak 20 Maret 2020 pula, semua penerbangan dan transportasi umum di Arab Saudi diberhentikan. Biasanya, mahasiswa di Arab Saudi bisa pulang setahun sekali di bulan Ramadhan. Mahasiswa dari Jerman, Inggris, Turki, Somalia, menurut Irfan, sudah pulang, pada awal April lalu.

Sedangkan mahasiswa dari Indonesia kabarnya diperbolehkan pulang dan disediakan tiket pada awal Mei. Hanya saja, masalah justru ada di Indonesia yang menerapkan lockdown yang disebut Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. “Mahasiswa di luar Jabodetabek bagaimana bisa pulang. Apa mereka akan dikarantina dulu di Jakarta?” katanya. “Doakan kami bisa pulang, sehingga bisa puasa dan lebaran bersama keluarga di Indonesia,” pinta Irfan akhirnya. Kedua orang tua Irfan tinggal di Bekasi, Jawa Barat, sehingga bila benar pada Mei nanti boleh pulang maka tidak akan ada hambatan untuk mudik ke Bekasi.

Karantina 14 Hari
Sampai saat ini, tidak ada mahasiswa Indonesia di Arab Saudi yang positif virus corona. Hanya saja, Irfan mengakui dirinya sempat dikarantina 14 hari karena berinteraksi dengan mahasiswa yang positif corona.

Ia mengaku sangat tersiksa dengan karantina 14 hari itu. "Kita di kamar saja, tidak boleh keluar kamar selama 14 hari," katanya. "Jadi benar-benar jenuh."

Universitas telah membooking hotel dan memiliki gedung untuk RS dan tempat karantina. Hotel yang dibooking dekat Masjid Nabawi. Hotel itu diubah menjadi RS untuk mahasiswa yang positif corona. Itu pun jika RS di Madinah sudah tidak mampu menampung lagi. Sedangkan gedung untuk karantina ada di dekat kampus.

“Saya pribadi dikarantina 14 hari karena sempat berinteraksi dengan rekan yang positif. Pada hari ketiga karantina, dilakukan tes. Beberapa hari kemudian hasil tes keluar. Alhamdulillah, negatif,” tutur Irfan. Karena negatif, maka karantina tetap berlanjut sampai 14 hari. Jika hasil tes positif maka dipindah ke RS.

Semasa karantina, tidak boleh keluar kamar. Semua kebutuhan, makan dan lainnya, dipenuhi universitas. "Masya Allah benar-benar nggak betah,” kenang Irfan. ( )
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2751 seconds (0.1#10.140)