Kisah Panglima Armada Mesir Cegah Pasukan Eropa Kuasai Makkah dan Madinah

Sabtu, 13 Juli 2024 - 08:57 WIB
loading...
Kisah Panglima Armada...
Ia bertemu armada musuh di pantai al-Jawza’. Ia lalu menyerang dan mengalahkan mereka. Ilustrasi: Ist
A A A
Kisah panglima armada Mesir, Hassanuddin Lu’lu’ul Hajib, mencegah ekspansi pasukan Eropa untuk menguasai Makkah dan Madinah diceritakan Ibnu al-Atsir dalam bukunya berjudul "Al-Mukhtar Min al-Kamil fi al-Tarikh; Qishshah Shalahuddin al-Ayyubi" yang diterjemahkan Abu Haytsam menjadi "Shalahuddin Al-Ayyubi Sang Pembebas Tanah Para Nabi".

Alkisah, pada tahun 578 H, pangeran Eropa yang menjadi penguasa al-Kurk membangun satu armada. Armada ini selesai, dan tidak ada yang belum dikerjakan kecuali hanya menggabungkan beberapa bagiannya satu sama lain, kemudian dibawa ke laut ‘Aylah. Ia membuatnya secepat mungkin.

Setelah selesai, armada ini diisi dengan pasukan dan alat-alat tempur untuk kemudian bergerak di lautan lepas. Mereka membagi armada ini menjadi dua kelompok. Kelompok pertama bertugas mengepung benteng ‘Aylah dan mengalangi penduduknya untuk mendapatkan air, sehingga penduduk ‘Aylah menjadi susah dan kepayahan.



Sedangkan kelompok kedua bergerak ke arah `Aydzab dan membuat kerusakan di pantai-pantai. Mereka menjarah dan mengambil apa yang mereka jumpai dari kapal-kapal Islam serta para saudagar yang ada di atasnya. Mereka memperdaya orang-orang di negeri mereka pada saat sedang lengah. Mereka belum pernah mengadakan perjanjian tentang laut ini, baik terhadap orang Eropa, para
saudagar maupun para pejuang.

Pada saat itu di Mesir ada seorang ratu adil, yaitu Abu Bakar Ibn Ayyub yang menjadi wakil dari saudaranya, Shalahuddin Al Ayyubi. Ia segera menyusun barisan armadanya, lalu mengerahkannya. Di dalam armada ini sudah terkumpul banyak sekali kaum Muslimin. Panglimanya adalah Hassanuddin Lu’lu’ul Hajib. Ia adalah pemegang komando tertinggi armada Mesir.

Ia adalah seorang yang selalu beruntung, pemberani dan dermawan. Bergeraklah Lu’lu’ mengejar armada musuh. Ia memulai dengan menyerang armada Eropa yang ada di ‘Aylah. Atas desakan dan tekanan pasukan Lu’lu’, Aylah terkepung seperti terikatnya buruan di dalam tali kekang. Lu’lu’ membunuh sebagian besar pasukan musuh dan menawan sisanya.



Kemudian ia melanjutkan perburuannya setelah waktu Dzuhur dengan menyisir jejak musuh yang ada di `Aydzab. Tapi ia tidak melihat mereka.

Mereka telah menjarah semua yang mereka temui di sana, dan membunuh semua orang yang mereka jumpai. Mereka telah bergerak menuju selain daerah pesisir itu untuk melakukan tindakan yang sama. Mereka bermaksud melakukan invasi ke Hijaz, Makkah dan Madinah -tempat-tempat yang dijaga Allah SWT. Akan tetapi jama`ah haji melakukan perlawanan dan mencegah mereka memasuki tanah haram.

Setelah itu mereka bermaksud menyerang Yaman. Ketika Lu’lu tiba di `Aydzab, ia tidak menjumpai mereka. Ia kemudian segera bergerak lagi sambil menyisir jejak mereka, sampai tibalah ia di Rabigh dan Pantai al-Jawza’.

Ia bertemu armada musuh di pantai al-Jawza’. Ia lalu menyerang dan mengalahkan mereka.



Ketika menyaksikan kekalahan di depan mata, tentara Eropa lari ke daratan. Mereka bersembunyi di beberapa rimbunan pepohonan. Lu’lu’ pun turun dari kapalnya, dan menyerang mereka di daratan dengan serangan yang dahsyat. Kemudian ia mengambil seekor kuda dari penduduk setempat, menungganginya, dan membunuhi semua pasukan Eropa, baik yang berkuda maupun yang berjalan kaki.

Ia menang dan berhasil membunuh sebagian besarnya. Lu’lu’ lalu mengambil sisanya sebagai tawanan. Ia mengirimkan sebagian tawanan itu ke Mina untuk berkurban, sebagai hukuman bagi orang yang berniat membuat kerusuhan di tanah haram milik Allah dan Rasul-Nya SAW.

Akhirnya ia kembali ke Mesir bersama sisa tawanan yang lain yang kemudian ia bunuh semuanya.
(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2174 seconds (0.1#10.140)