Kisah Lahirnya Ali bin Abi Thalib di Bulan Rajab: Nama Sebelumnya Bermakna Singa
loading...
A
A
A
Suatu hari, Abu Thalib memergoki mereka tengah melakukan sholat. Lalu Abu Thalib bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai anak saudaraku, agama apa yang engkau berpegang dengannya?”
Beliau menjawab, “Wahai Pamanku, ini adalah agama Allah, para malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, dan agama bapak kita, Ibrahim.” Atau sebagaimana sabda beliau, “Allah mengutusku sebagai rasul-Nya membawa agama ini kepada para hamba. Dan engkau, wahai Pamanku, yang paling berhak untuk aku beri nasihat dan aku ajak menuju petunjuk. Engkaulah yang paling wajib untuk mengikutiku dan menolongku atas dakwah ini.”
Abu Thalib berkata, “Wahai anak saudaraku, aku tidak bisa meninggalkan agama nenek moyangku dan adat istiadat yang sudah berlaku. Namun, demi Allah! Tidak akan kubiarkan sesuatu yang tidak kau sukai menimpa dirimu selama aku hidup!”
Para ulama lainnya menyebutkan bahwa Abu Thalib berkata kepada Ali, "Anakku, agama apa yang engkau anut ini?” Ali menjawab, “Wahai Ayah, aku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Aku telah membenarkan apa yang dibawanya. Aku telah mengikutinya dan sholat bersamanya.”
Mendengar itu, Abu Thalib berkata, “Wahai Anakku, Muhammad tidak akan mengajakmu, kecuali pada kebaikan. Maka ikutlah dengannya.”
Tatkala Abu Thalib wafat, Ali ibn Abi Thalib mendatangi Nabi SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ayahku telah meninggal.”
Nabi SAW menjawab, “Pergilah, kuburkan dia!”
Ali berkata, “Tetapi, dia meninggal dalam keadaan musyrik.”
Rasul tetap berkata, “Pergilah, kuburkan dia!”
Setelah menguburkannya, Ali pun mendatangi Nabi dan beliau bersabda, "Pergilah, mandilah engkau. Janganlah berbuat sesuatu sampai engkau datang kepadaku."
Ali kemudian mandi dan kembali mendatangi beliau. Ali melihat beliau berdoa dengan beberapa doa yang ia tidak suka apabila doa itu diganti dengan seluruh kekayaan yang ada di permukaan bumi.
Tidur di Atas Pembaringan Nabi
Pada suatu malam, tatkala kaum kafir Quraisy mengepung rumah Nabi SAW, Rasulullah SAW berkata kepada Ali, “Tidurlah di pembaringanku. Tutuplah tubuhmu dengan selimut hijauku.Tidurlah dengan mengenakannya. Sesungguhnya tidak akan terjadi sesuatu hal buruk kepadamu dari mereka.”
Ali pun kemudian tidur di pembaringan Rasulullah SAW. Sementara itu, kaum Quraisy berselisih dan masih berdebat tentang siapa yang akan menyerang pemilik pembaringan dan menangkapnya hingga shubuh tiba.
Namun, mereka mendapati yang tertidur adalah Ali! Mereka pun gencar menanyainya, tetapi Ali menjawab, “Tidak tahu.” Maka, sadarlah mereka bahwa Muhammad SAW telah lolos.
Mereka pun menimpakan kemarahan kepada Ali dan memukulinya, lalu membawanya ke Masjid Al-Haram serta mengurungnya selama beberapa saat, kemudian meninggalkannya.
Ali menahan semua penderitaan yang dialaminya untuk membela agama Allah SWT. Namun, ketika mengetahui bahwa Rasulullah SAW selamat, kegembiraan di dalam hatinya jauh lebih besar daripada semua rasa sakit dan derita yang menerpa tubuhnya.
Oleh karena itulah, dia tidak menjadi lemah dan putus asa. Dia justru semakin bersikukuh tutup mulut tentang keberadaan Rasulullah SAW.
Beliau menjawab, “Wahai Pamanku, ini adalah agama Allah, para malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, dan agama bapak kita, Ibrahim.” Atau sebagaimana sabda beliau, “Allah mengutusku sebagai rasul-Nya membawa agama ini kepada para hamba. Dan engkau, wahai Pamanku, yang paling berhak untuk aku beri nasihat dan aku ajak menuju petunjuk. Engkaulah yang paling wajib untuk mengikutiku dan menolongku atas dakwah ini.”
Abu Thalib berkata, “Wahai anak saudaraku, aku tidak bisa meninggalkan agama nenek moyangku dan adat istiadat yang sudah berlaku. Namun, demi Allah! Tidak akan kubiarkan sesuatu yang tidak kau sukai menimpa dirimu selama aku hidup!”
Para ulama lainnya menyebutkan bahwa Abu Thalib berkata kepada Ali, "Anakku, agama apa yang engkau anut ini?” Ali menjawab, “Wahai Ayah, aku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Aku telah membenarkan apa yang dibawanya. Aku telah mengikutinya dan sholat bersamanya.”
Mendengar itu, Abu Thalib berkata, “Wahai Anakku, Muhammad tidak akan mengajakmu, kecuali pada kebaikan. Maka ikutlah dengannya.”
Tatkala Abu Thalib wafat, Ali ibn Abi Thalib mendatangi Nabi SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ayahku telah meninggal.”
Nabi SAW menjawab, “Pergilah, kuburkan dia!”
Ali berkata, “Tetapi, dia meninggal dalam keadaan musyrik.”
Rasul tetap berkata, “Pergilah, kuburkan dia!”
Setelah menguburkannya, Ali pun mendatangi Nabi dan beliau bersabda, "Pergilah, mandilah engkau. Janganlah berbuat sesuatu sampai engkau datang kepadaku."
Ali kemudian mandi dan kembali mendatangi beliau. Ali melihat beliau berdoa dengan beberapa doa yang ia tidak suka apabila doa itu diganti dengan seluruh kekayaan yang ada di permukaan bumi.
Tidur di Atas Pembaringan Nabi
Pada suatu malam, tatkala kaum kafir Quraisy mengepung rumah Nabi SAW, Rasulullah SAW berkata kepada Ali, “Tidurlah di pembaringanku. Tutuplah tubuhmu dengan selimut hijauku.Tidurlah dengan mengenakannya. Sesungguhnya tidak akan terjadi sesuatu hal buruk kepadamu dari mereka.”
Ali pun kemudian tidur di pembaringan Rasulullah SAW. Sementara itu, kaum Quraisy berselisih dan masih berdebat tentang siapa yang akan menyerang pemilik pembaringan dan menangkapnya hingga shubuh tiba.
Namun, mereka mendapati yang tertidur adalah Ali! Mereka pun gencar menanyainya, tetapi Ali menjawab, “Tidak tahu.” Maka, sadarlah mereka bahwa Muhammad SAW telah lolos.
Mereka pun menimpakan kemarahan kepada Ali dan memukulinya, lalu membawanya ke Masjid Al-Haram serta mengurungnya selama beberapa saat, kemudian meninggalkannya.
Ali menahan semua penderitaan yang dialaminya untuk membela agama Allah SWT. Namun, ketika mengetahui bahwa Rasulullah SAW selamat, kegembiraan di dalam hatinya jauh lebih besar daripada semua rasa sakit dan derita yang menerpa tubuhnya.
Oleh karena itulah, dia tidak menjadi lemah dan putus asa. Dia justru semakin bersikukuh tutup mulut tentang keberadaan Rasulullah SAW.