Kisah Sultan Osman Ghazi, Pendiri Dinasti Turki Utsmani
loading...
A
A
A
Osman Ghazi atau dikenal dengan nama Osman I (Osman bin Ertugrul) merupakan sosok pendiri Kesultanan Utsmaniyah (Kekaisaran Turki Ottoman) atau dikenal dengan Dinasti Turki Utsmani.
Pada era pemerintahannya, Osman I berfokus kepada pengembangan wilayahnya yakni dengan cara menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil yang ada di sekitar wilayah kekuasaannya.
Setelah sukses dalam misi penaklukannya, wilayah kekuasaan Utsmaniyah semakin luas, mulai dari Timur Tengah, Eropa Timur hingga ke wilayah Afrika Utara. Maka tak heran jika pada saat itu Kesultanannya dianggap sebagai negara adidaya.
Kehidupan Osman I
Osman Ghazi lahir pada sekitar 1258 di Kota Sogut, sebuah kota di barat laut Anatolia. Ayahnya bernama Ertugrul, seorang Kesatria yang juga kepala Suku Kayi dari keturunan kabilah Oghuz. Ibunya adalah Halime Hatun, putri dari Mes'ud II, Sultan Rum (Kesultanan Seljuk/Konya) yang berkuasa pada tahun 1284-1296 dan 1303-1307.
Sebelum Osman lahir, Ertugrul dan ayahnya bernama Sulaiman Shah memimpin sukunya migrasi menyelamatkan diri dari serangan pasukan Mongol yang barbar. Mereka melewati ujian panjang berpindah-pindah tempat demi menghindari pasukan Mongol.
Mereka membangun perkemahan untuk kelangsungan hidup kabilahnya. Hingga akhirnya Ertugrul mencapai daerah di Anatolia Turki yang saat itu di bawah kekuasaan Sultan Kayqubad I dari Kesultanan Rum (Seljuk). Di tempat itu Ertugrul diberi tanah untuk membangun pemukiman di wilayah Sogut. Wilayah ini berbatasan langsung dengan kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium.
Namun pada Tahun 1281, Ertugrul meninggal dunia di wilayah kekuasaannya. Kepemimpinan Sogut jatuh kepada putranya, yakni Osman Gazi. Karena itu, kesultanan Turki Utsmani dianggap sebagai keturunan dari kabilah Oghuz yang terletak di sebelah utara Tiongkok (Asia Tengah).
Mendirikan Kesultanan Utsmaniyah
Setelah Osman mengambil alih kepemimpinan Sogut, ia dikenal sebagai pemimpin yang santat berani. Bahkan di awal pemerintahannya Osman berhasil mengorganisir pasukannya untuk berperang melawan Bizantium.
Dengan perang tersebut, namanya menjadi terkenal hingga kemudian banyak kabilah yang bergabung di wilayah kekuasaannya. Berkat kecakapannya memimpin pasukan membuat wilayah kekuasaan Osman bertambah kuat. Setelah Kesultanan Seljuk mengalami keruntuhan, Osman mendeklarasikan kesultanan baru bernama Kesultanan Utsmaniyah di Turki pada 1299.
Perluasan Wilayah
Pada Tahun 1302, Osman I berhasil memenangkan peperangan melawan Bizantium di dekat Nicea dan mendesak pertahanan lawannya tersebut. Khawatir dengan pengaruh dari Osman yang semakin besar, Kekaisaran Bizantium mulai meninggalkan pusat pemerintahannya yang berada di Anatolia.
Kendati demikian, Kekaisaran Bizantium tetap menahan wilayah kekuasaanya atas Utsmaniyah. Akan tetapi upayanya tidak berjalan berhasil. Terlepas dari perlawanan Bizantium, Osman dan pasukan militernya tetap memperluas wilayah kekuasaannya yang terbagi menjadi dua arah yakni aliran Sungai Sakarya, dan barat daya menuju Laut Marmara.
Pada perluasan wilayah Kesultanan Utsmaniyah dapat diselesaikan pada 1308, dan dilanjutkan dengan penaklukan Efesos, di dekat Laut Aegea.
Wafat
Menjelang akhir pemerintahannya, Kesultanan Utsmaniyah terus berupaya menaklukkan Kota Bursa. Perang Osman terakhir adalah menduduki Bursa. Meskipun tidak secara langsung terjun ke medan laga, keberhasilan Osman menduduki Bursa membuktikan betapa pentingnya kedudukan kota itu sebagai pijakan untuk melawan Romawi Timur di Konstantinopel.
Bursa kemudian dijadikan ibu kota pada masa kekuasaan putra dan penerus Osman, Orhan. Ketika berhasil menduduki Bursa, Osman jatuh sakit. Pada Tahun 1323, pihak kesultanan mengumumkan Osman I meninggal dunia. Hal ini bertepatan dengan usainya pertempuran di Bursa Orhan dengan memperoleh kemenangan.
Tempat pemakaman terakhir dari Osman berada di Kota Bursa setelah sebelumnya pernah dimakamkan di kampung halamannya di Sogut. Setelah wafatnya Osman Gazi, Kesultanan Utsmaniyah semakin eksis dan disegani dunia.
Seiring waktu, Dinasti Turki Utsmani menjadi imperium besar yang paling lama berkuasa yaitu enam abad lebih (Tahun 1281-1924 M). Kesultanan Utsmaniyah mengalami keruntuhan pada Tahun 1924.
Pada era pemerintahannya, Osman I berfokus kepada pengembangan wilayahnya yakni dengan cara menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil yang ada di sekitar wilayah kekuasaannya.
Setelah sukses dalam misi penaklukannya, wilayah kekuasaan Utsmaniyah semakin luas, mulai dari Timur Tengah, Eropa Timur hingga ke wilayah Afrika Utara. Maka tak heran jika pada saat itu Kesultanannya dianggap sebagai negara adidaya.
Kehidupan Osman I
Osman Ghazi lahir pada sekitar 1258 di Kota Sogut, sebuah kota di barat laut Anatolia. Ayahnya bernama Ertugrul, seorang Kesatria yang juga kepala Suku Kayi dari keturunan kabilah Oghuz. Ibunya adalah Halime Hatun, putri dari Mes'ud II, Sultan Rum (Kesultanan Seljuk/Konya) yang berkuasa pada tahun 1284-1296 dan 1303-1307.
Sebelum Osman lahir, Ertugrul dan ayahnya bernama Sulaiman Shah memimpin sukunya migrasi menyelamatkan diri dari serangan pasukan Mongol yang barbar. Mereka melewati ujian panjang berpindah-pindah tempat demi menghindari pasukan Mongol.
Mereka membangun perkemahan untuk kelangsungan hidup kabilahnya. Hingga akhirnya Ertugrul mencapai daerah di Anatolia Turki yang saat itu di bawah kekuasaan Sultan Kayqubad I dari Kesultanan Rum (Seljuk). Di tempat itu Ertugrul diberi tanah untuk membangun pemukiman di wilayah Sogut. Wilayah ini berbatasan langsung dengan kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium.
Namun pada Tahun 1281, Ertugrul meninggal dunia di wilayah kekuasaannya. Kepemimpinan Sogut jatuh kepada putranya, yakni Osman Gazi. Karena itu, kesultanan Turki Utsmani dianggap sebagai keturunan dari kabilah Oghuz yang terletak di sebelah utara Tiongkok (Asia Tengah).
Mendirikan Kesultanan Utsmaniyah
Setelah Osman mengambil alih kepemimpinan Sogut, ia dikenal sebagai pemimpin yang santat berani. Bahkan di awal pemerintahannya Osman berhasil mengorganisir pasukannya untuk berperang melawan Bizantium.
Dengan perang tersebut, namanya menjadi terkenal hingga kemudian banyak kabilah yang bergabung di wilayah kekuasaannya. Berkat kecakapannya memimpin pasukan membuat wilayah kekuasaan Osman bertambah kuat. Setelah Kesultanan Seljuk mengalami keruntuhan, Osman mendeklarasikan kesultanan baru bernama Kesultanan Utsmaniyah di Turki pada 1299.
Perluasan Wilayah
Pada Tahun 1302, Osman I berhasil memenangkan peperangan melawan Bizantium di dekat Nicea dan mendesak pertahanan lawannya tersebut. Khawatir dengan pengaruh dari Osman yang semakin besar, Kekaisaran Bizantium mulai meninggalkan pusat pemerintahannya yang berada di Anatolia.
Kendati demikian, Kekaisaran Bizantium tetap menahan wilayah kekuasaanya atas Utsmaniyah. Akan tetapi upayanya tidak berjalan berhasil. Terlepas dari perlawanan Bizantium, Osman dan pasukan militernya tetap memperluas wilayah kekuasaannya yang terbagi menjadi dua arah yakni aliran Sungai Sakarya, dan barat daya menuju Laut Marmara.
Pada perluasan wilayah Kesultanan Utsmaniyah dapat diselesaikan pada 1308, dan dilanjutkan dengan penaklukan Efesos, di dekat Laut Aegea.
Wafat
Menjelang akhir pemerintahannya, Kesultanan Utsmaniyah terus berupaya menaklukkan Kota Bursa. Perang Osman terakhir adalah menduduki Bursa. Meskipun tidak secara langsung terjun ke medan laga, keberhasilan Osman menduduki Bursa membuktikan betapa pentingnya kedudukan kota itu sebagai pijakan untuk melawan Romawi Timur di Konstantinopel.
Bursa kemudian dijadikan ibu kota pada masa kekuasaan putra dan penerus Osman, Orhan. Ketika berhasil menduduki Bursa, Osman jatuh sakit. Pada Tahun 1323, pihak kesultanan mengumumkan Osman I meninggal dunia. Hal ini bertepatan dengan usainya pertempuran di Bursa Orhan dengan memperoleh kemenangan.
Tempat pemakaman terakhir dari Osman berada di Kota Bursa setelah sebelumnya pernah dimakamkan di kampung halamannya di Sogut. Setelah wafatnya Osman Gazi, Kesultanan Utsmaniyah semakin eksis dan disegani dunia.
Seiring waktu, Dinasti Turki Utsmani menjadi imperium besar yang paling lama berkuasa yaitu enam abad lebih (Tahun 1281-1924 M). Kesultanan Utsmaniyah mengalami keruntuhan pada Tahun 1924.
(rhs)