Pengertian Ashabiyah serta Hadis yang Membahasnya

Selasa, 07 Februari 2023 - 12:03 WIB
loading...
Pengertian Ashabiyah serta Hadis yang Membahasnya
Pengertian ashabiyah serta hadis yang membahasnya berbeda dengan maksud Ibnu Khaldun. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Berikut ini pengertian ashabiyah serta hadis yang membahasnya. Secara bahasa, ashabiyah adalah kata yang mengandung arti saling menjaga dan melindungi.

Ibnu Mandzur dalam kitab Lisanul Arab ia berkata, makna Fanatisme Golongan adalah: “Ajakan seseorang untuk membela keluarga/kelompok dari siapa pun yang menyerang mereka. Tanpa peduli keluarganya melakukan kezaliman atau menjadi pihak yang terzalimi.

Rasulullah SAW pernah menjelaskan makna ashabiyah. Sebuah riwayat dari Putri Watsilah bin Al-Asqa’, ia mendengar Ayahnya berkata, “Aku berkata, wahai Rasulullah, apa itu Ashabiyah?” Rasul menjawab:

أَنْ تُعِينَ قَوْمَكَ عَلَى الظُّلْمِ

Engkau menolong kaummu atas kezaliman yang dilakukan.” (HR Abu Dawud)



Ibnu Khaldun menyebut elan vital bagi kebangkitan dan kemajuan peradaban adalah apa yang disebutnya ashabiyah. Istilah ini sudah digunakan sejak masa pra-Islam tetapi dengan konotasi negatif, yakni fanatisme kekabilahan yang sempit yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan mereka sendiri.

Ashabiyah seperti itu sangat dikecam Nabi Muhammad SAW karena bisa menjadi chauvinistis dan bahkan rasis.

Fanatisme golongan pada zaman Jahiliyah telah mengubah pikiran manusia untuk mengutamakan kepentingan suku, kabilah, dan bangsa di atas kepentingan yang lain melebihi kepentingan agama sekalipun.

Paham ini berbahaya bagi Islam karena bisa menyebabkan terkotak-kotaknya persaudaraan kaum Muslimin. Semangat kebersamaan sebagai satu umat yang diikat dengan tali iman menjadi pudar ketika Fanatisme Golongan menghinggapi pemikiran kaum Muslimin.

Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda.

مَنْ خَرَجَ مِنْ الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً وَمَنْ قَاتَلَ تَحْتَ رَايَةٍ عِمِّيَّةٍ يَغْضَبُ لِعَصَبَةٍ أَوْ يَدْعُو إِلَى عَصَبَةٍ أَوْ يَنْصُرُ عَصَبَةً فَقُتِلَ فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ وَمَنْ خَرَجَ عَلَى أُمَّتِي يَضْرِبُ بَرَّهَا وَفَاجِرَهَا وَلَا يَتَحَاشَى مِنْ مُؤْمِنِهَا وَلَا يَفِي لِذِي عَهْدٍ عَهْدَهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ

“Barangsiapa keluar dari ketaatan serta memisahkan diri dari jama’ah lalu mati, maka kematiannya adalah kematian secara jahiliyah. Barangsiapa berperang di bawah panji ashabiyah, emosi karena ashabiyah lalu terbunuh, maka mayatnya adalah mayat jahiliyah. Barangsiapa memisahkan diri dari umatku (kaum muslimin) lalu membunuhi mereka, baik yang shalih maupun yang fajir dan tidak menahan tangan mereka terhadap kaum mukminin serta tidak menyempurnakan perjanjian mereka kepada orang lain, maka ia bukan termasuk golonganku dan aku bukan golongannya” [Hadits Riwayat Muslim]



Konsep Ashabiyah Ibnu Khaldun

Ashabiyah dalam pengertian Ibnu Khaldun mengandung beberapa pengertian, seperti rasa solidaritas, kesetiaan kelompok, bahkan nasionalisme. Ibnu Khaldun membedakan istilah ashabiyah ini ke dalam dua kelompok yaitu ashabiyah yang berkaitan dengan kelompok manusia berbudaya hadhar dan ashabiyah yang berkaitan dengan kelompok manusia primitif.

Dalam bukunya Muqoddimah, Ibnu Khaldun berpendapat secara etimologis ashabiyah berasal dari kata ashaba yang berarti mengikat. Secara fungsional ashabiyah merujuk pada ikatan sosial budaya yang dapat digunakan untuk mengukur kekuatan kelompok sosial.

Ashabiyah juga dapat dipahami sebagai solidaritas sosial, dengan menekankan pada kesadaran, kepaduan dan persatuan kelompok. Lewat konsep ini, Ibnu Khaldun menganalisis persoalan politik yang merupakan kunci awal lahir dan terbentuknya sebuah negara. Apabila unsur ashabiyah suatu negara sudah melemah, maka negara tersebut akan berada dalam ancaman keruntuhan.

Ibn Khaldun mengingatkan, bangsa yang tidak mengokohkan identitasnya tidak bisa maju sehingga sebuah negara harus mencari dan memperkuat identitasnya sendiri dan jangan sekadar menyerap kebudayaan impor.



Ibn Khaldun menyatakan dalam konsep ashabiyah, agama memiliki peran penting yang mengandung kesadaran akan visi, tujuan, cita-cita yang sama serta kesamaan nasib sangat penentukan keberlangsungan hidup suatu negara.

Ashabiyah memiliki peran penting yakni sebagai penggerak negara dan merupakan landasan tegaknya suatu negara. Ashabiyah juga memiliki peran besar dalam perluasan negara setelah sebelumnya telah menjadi landasan tegaknya sebuah negara dan mempertahankan kekuasaan negara. Sehingga apabila ashabiyah ini kuat, maka negara pun akan luas begitu juga sebaliknya apabila ashabiyah ini melemah maka negara akan menjadi terbatas.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1671 seconds (0.1#10.140)