Sunnah Mengandung Makna yang Lebih Prinsipil Ketimbang Hadis, Begini Penjelasan Cak Nur
loading...
A
A
A
Oleh karena itu hendaknya Nabi tidak putus asa atau kecil hati oleh pengalaman kekecewaan jangka pendek. Sebab, perjuangan besar selalu memerlukan waktu untuk mencapai hasil dan semakin besar nilai suatu perjuangan maka semakin panjang pula dimensi waktu yang diperlukannya.
Dan dalam jangka panjang itulah, selama perjuangan diteruskan dengan penuh kesabaran dan harapan, Allah menjanjikan untuk memberi kemenangan yang bakal membuat beliau puas dan lega.
"Janji Tuhan ini kelak ternyata terbukti dan terlaksana, berupa kemenangan demi kemenangan yang diraih Nabi setelah hijrah ke Madinah, dan beliau pun wafat memenuhi panggilan menghadap Allah dalam keadaan menang dan sukses luar biasa," ujar Cak Nur.
Serentak dengan itu semua Allah juga mengingatkan akan masa lampau Nabi yang penuh kesusahan seperti keadaan beliau yang yatim-piatu, bingung tentang apa yang hendak dilakukan, dan miskin, dan bagaimana Allah telah menunjukkan kasih-Nya pada beliau dengan memberi kemampuan mengatasi kesusahan itu semua.
Dan berdasarkan latar belakang itu maka Allah berpesan agar Nabi janganlah sampai menghardik anak-yatim, atau membentak peminta-minta, dan selalu ingat dengan penuh syukur akan nikmat karunia Tuhan.
Berkenaan dengan surat al-Syarh, kata Cak Nur, para ahli mengatakan bahwa wahyu itu turun kepada Nabi masih dalam kaitannya dengan surat al-Duha, bahkan merupakan kelanjutannya.
Dalam surat ini Allah menegaskan bagaimana Dia telah membuat Nabi sebagai seorang yang lapang dada (munsyarih al-shadr), dan membuat semua beban terasa ringan bagi beliau.
Juga diingatkan bahwa Allah telah membuat terhormat nama Nabi dan dijunjung tinggi, berkat perjuangan beliau dan kebajikan yang ditegakkannya.
Lalu Allah menegaskan bahwa setiap kesulitan tentu akan membawa kemudahan; bahwa amal usaha tentu mengandung kesulitan, namun hasil perjuangan itu di kemudian hari tentu akan membawa kebahagiaan. Maka dari itu setiap kesempatan harus digunakan untuk kerja keras, sambil senantiasa mengarahkan diri kepada Allah, dengan penuh harapan kepadaNya.
"Jadi, dari kedua surat pendek yang banyak dibaca dalam sholat itu dapat disimpulkan gambaran dinamika kepribadian Nabi berhubung dengan pengalaman hidup perjuangan beliau," kata Cak Nur.
"Jika kita renungkan lebih mendalam gambaran itu, maka sesungguhnya dinamika pengalaman hidup Nabi tersebut adalah universal, dalam arti dapat terjadi dan dialami oleh siapa saja dari kalangan manusia yang mempunyai tekad atau komitmen pada cita-cita luhur," lanjutnya.
Oleh karena itu, kata Cak Nur lagi, sikap-sikap yang telah ditunjukkan oleh Nabi sebagaimana tersimpul dari kedua surat pendek itu akan melengkapi kaum beriman dengan contoh nyata dalam menghadapi problema kehidupan.
"Dari situ kita paham sebuah sunnah Nabi, dan dari situ pula kita mengerti suatu aspek makna firman Allah bahwa pada diri Rasulullah terdapat teladan yang baik bagi kaum beriman," jelasnya.
Akhlak serta kepribadian yang menjadi sunnah Nabi, yang dapat disimpulkan dari kedua surat itu adalah kurang lebih demikian:
1. Sikap senantiasa berpengharapan kepada Allah.
2. Sadar akan perjuangan jangka panjang.
3. Yakin akan kemenangan akhir.
4. Ingat akan latar belakang diri di masa lalu dan bagaimana semua kesulitan teratasi.
5. Rasa kasih sayang kepada sesama manusia yang kurang beruntung.
6. Senantiasa bersyukur pada Allah atas segala nikmat karunia-Nya
7. Bersikap lapang dada.
8. Memikul beban tanggungjawab dengan penuh kerelaan.
9. Tidak kecil hati karena kesulitan, sebab yakin akan masa datang yang lebih baik.
10. Menggunakan setiap waktu luang untuk kerja-kerja produktif.
11. Tetap berorientasi kepada Allah.
Menurut Cak Nur, Firman Allah yang memberi gambaran dinamika kepribadian Nabi sebagai uswah hasanah dalam al-Qur'an cukup banyak. Pengkajian terhadap firman-firman itu akan memberi gambaran yang utuh tentang siapa Nabi dan bagaimana garis besar sepak terjang beliau dalam hidup beliau baik sebagai pribadi maupun sebagai Utusan Ilahi.
"Kita dapat mendekteksi dinamika kepribadian Nabi itu dari firman-frman yang ditunjukkan khusus kepada Nabi, seperti diindikasikan oleh penggunaan kata pengganti nama 'engkau' dalam suatu format dialog antara Tuhan dan Utusan-Nya.
Jadi sunnah Nabi, khususnya segi-segi yang dinamik dan mendasar, dapat lebih banyak diketahui dari Kitab Suci daripada dari kumpulan kitab hadits. Meskipun banyak laporan dalam kitab-kitab hadits yang juga memberi gambaran tentang tingkah laku atau kepribadian Nabi, namun umumnya bersifat ad hoc terkait erat dengan tuntutan khusus ruang dan waktu.
Sedangkan yang ada dalam al-Qur'an, sekalipun dituturkan dalam kaitan dengan ruang dan waktu atau pengalaman khusus Nabi, namun ajaran moral di balik cerita selalu bersifat dinamik sehingga dapat dengan mudah diangkat pada tingkat generalitas yang tinggi, dengan demikian bernilai universal. "Karena itu sunnah Nabi sebenarnya tidak terbatas hanya pada hadis, meskipun hadis (yang sahih) memang termasuk sunnah," demikian Cak Nur.
Dan dalam jangka panjang itulah, selama perjuangan diteruskan dengan penuh kesabaran dan harapan, Allah menjanjikan untuk memberi kemenangan yang bakal membuat beliau puas dan lega.
"Janji Tuhan ini kelak ternyata terbukti dan terlaksana, berupa kemenangan demi kemenangan yang diraih Nabi setelah hijrah ke Madinah, dan beliau pun wafat memenuhi panggilan menghadap Allah dalam keadaan menang dan sukses luar biasa," ujar Cak Nur.
Serentak dengan itu semua Allah juga mengingatkan akan masa lampau Nabi yang penuh kesusahan seperti keadaan beliau yang yatim-piatu, bingung tentang apa yang hendak dilakukan, dan miskin, dan bagaimana Allah telah menunjukkan kasih-Nya pada beliau dengan memberi kemampuan mengatasi kesusahan itu semua.
Dan berdasarkan latar belakang itu maka Allah berpesan agar Nabi janganlah sampai menghardik anak-yatim, atau membentak peminta-minta, dan selalu ingat dengan penuh syukur akan nikmat karunia Tuhan.
Berkenaan dengan surat al-Syarh, kata Cak Nur, para ahli mengatakan bahwa wahyu itu turun kepada Nabi masih dalam kaitannya dengan surat al-Duha, bahkan merupakan kelanjutannya.
Dalam surat ini Allah menegaskan bagaimana Dia telah membuat Nabi sebagai seorang yang lapang dada (munsyarih al-shadr), dan membuat semua beban terasa ringan bagi beliau.
Juga diingatkan bahwa Allah telah membuat terhormat nama Nabi dan dijunjung tinggi, berkat perjuangan beliau dan kebajikan yang ditegakkannya.
Lalu Allah menegaskan bahwa setiap kesulitan tentu akan membawa kemudahan; bahwa amal usaha tentu mengandung kesulitan, namun hasil perjuangan itu di kemudian hari tentu akan membawa kebahagiaan. Maka dari itu setiap kesempatan harus digunakan untuk kerja keras, sambil senantiasa mengarahkan diri kepada Allah, dengan penuh harapan kepadaNya.
"Jadi, dari kedua surat pendek yang banyak dibaca dalam sholat itu dapat disimpulkan gambaran dinamika kepribadian Nabi berhubung dengan pengalaman hidup perjuangan beliau," kata Cak Nur.
"Jika kita renungkan lebih mendalam gambaran itu, maka sesungguhnya dinamika pengalaman hidup Nabi tersebut adalah universal, dalam arti dapat terjadi dan dialami oleh siapa saja dari kalangan manusia yang mempunyai tekad atau komitmen pada cita-cita luhur," lanjutnya.
Oleh karena itu, kata Cak Nur lagi, sikap-sikap yang telah ditunjukkan oleh Nabi sebagaimana tersimpul dari kedua surat pendek itu akan melengkapi kaum beriman dengan contoh nyata dalam menghadapi problema kehidupan.
"Dari situ kita paham sebuah sunnah Nabi, dan dari situ pula kita mengerti suatu aspek makna firman Allah bahwa pada diri Rasulullah terdapat teladan yang baik bagi kaum beriman," jelasnya.
Akhlak serta kepribadian yang menjadi sunnah Nabi, yang dapat disimpulkan dari kedua surat itu adalah kurang lebih demikian:
1. Sikap senantiasa berpengharapan kepada Allah.
2. Sadar akan perjuangan jangka panjang.
3. Yakin akan kemenangan akhir.
4. Ingat akan latar belakang diri di masa lalu dan bagaimana semua kesulitan teratasi.
5. Rasa kasih sayang kepada sesama manusia yang kurang beruntung.
6. Senantiasa bersyukur pada Allah atas segala nikmat karunia-Nya
7. Bersikap lapang dada.
8. Memikul beban tanggungjawab dengan penuh kerelaan.
9. Tidak kecil hati karena kesulitan, sebab yakin akan masa datang yang lebih baik.
10. Menggunakan setiap waktu luang untuk kerja-kerja produktif.
11. Tetap berorientasi kepada Allah.
Menurut Cak Nur, Firman Allah yang memberi gambaran dinamika kepribadian Nabi sebagai uswah hasanah dalam al-Qur'an cukup banyak. Pengkajian terhadap firman-firman itu akan memberi gambaran yang utuh tentang siapa Nabi dan bagaimana garis besar sepak terjang beliau dalam hidup beliau baik sebagai pribadi maupun sebagai Utusan Ilahi.
"Kita dapat mendekteksi dinamika kepribadian Nabi itu dari firman-frman yang ditunjukkan khusus kepada Nabi, seperti diindikasikan oleh penggunaan kata pengganti nama 'engkau' dalam suatu format dialog antara Tuhan dan Utusan-Nya.
Jadi sunnah Nabi, khususnya segi-segi yang dinamik dan mendasar, dapat lebih banyak diketahui dari Kitab Suci daripada dari kumpulan kitab hadits. Meskipun banyak laporan dalam kitab-kitab hadits yang juga memberi gambaran tentang tingkah laku atau kepribadian Nabi, namun umumnya bersifat ad hoc terkait erat dengan tuntutan khusus ruang dan waktu.
Sedangkan yang ada dalam al-Qur'an, sekalipun dituturkan dalam kaitan dengan ruang dan waktu atau pengalaman khusus Nabi, namun ajaran moral di balik cerita selalu bersifat dinamik sehingga dapat dengan mudah diangkat pada tingkat generalitas yang tinggi, dengan demikian bernilai universal. "Karena itu sunnah Nabi sebenarnya tidak terbatas hanya pada hadis, meskipun hadis (yang sahih) memang termasuk sunnah," demikian Cak Nur.