Begini Cara Al-Fatih Memuliakan Makam Sahabat Nabi SAW Abu Ayyub Al-Anshari

Rabu, 22 Februari 2023 - 14:43 WIB
loading...
A A A
Hingga sebelum tempat itu dikuasai orang-orang Islam, orang Romawi dan penduduk Konstantinopel memandang Abu Ayub di makamnya itu sebagai orang suci.

Dan yang mencengangkan, para ahli sejarah yang mencatat peristiwa-peristiwa itu berkata, "Orang-orang Romawi sering berkunjung dan berziarah ke kuburnya dan meminta hujan dengan perantaraannya, bila mereka mengalami kekeringan."



Jasad Abu Ayub Al-Anshari masih terkubur di sana, namun ringkikan kuda dan gemerincing pedang tak terdengar lagi. Waktu telah berlalu, dan kapal telah berlabuh di tempat tujuan. Abu Ayub telah menghadap Ilahi di tempat yang ia dambakan.

Abu Ayyub adalah tokoh dari golongan Anshar. Nama dan derajatnya dimuliakan Allah di kalangan makhluk, baik di Timur maupun di Barat. Allah telah memilih rumahnya di antara sekalian rumah kaum muslimin, untuk tempat tinggal Rasulullah ketika beliau baru tiba di Madinah sebagai Muhajirin.

Sewaktu terjadi pertikaian antara Ali dan Muawiyah, Abu Ayub berdiri di pihak Ali tanpa sedikit pun keraguan. Dan kala Khalifah Ali bin Abi Thalib syahid, dan khilafah berpindah kepada Muawiyah, Abu Ayub menyendiri dalam kezuhudan. Tak ada yang diharapkannya dari dunia selain tersedianya suatu tempat yang lowong untuk berjuang dalam barisan kaum Muslimin.

Pemantik Semangat

Abu Ayyub adalah pematik semangat Al Fatih dalam menaklukkan Konstantinopel. Kisah itu bermula saat guru Al Fatih, Syaikh Aaq Syamsuddin mengetahui muridnya itu sedang gulana karena kegagalan berulang-ulang dalam menaklukkan Konstantinopel. Ia lalu mengajak Al Fatih ke suatu tempat, yakni makam Abu Ayyub Al Anshari.

Syaikh Aaq Syamsuddin mengatakan, setelah tiga hari bermunajat kepada Allah, ia didatangi oleh Abu Ayyub dalam mimpi yang menuntunnya ke tempatnya dikebumikan. Di dalam mimpi, Abu Ayyub meminta Syaikh Syamsuddin menunjukkan makamnya kepada Al Fatih.

"Seperti yang engkau ketahui anakku, Abu Ayyub, sahabat Rasulullah, ikut berperang dengan pasukan Islam melawan tentara Romawi. Ia tak muda sepertimu. Ia tua dan sakit-sakitan, tapi tetap ingin berperang dan meminta dikuburkan di dekat tembok Konstantinopel agar bisa mendengar suara kuda pasukan penakluk Konstantinopel," kata Syaikh Syamsuddin.

"Percayalah, kau adalah panglima yang dikabarkan Rasulullah. Jika tidak sekarang, kamu tidak akan pernah bisa lagi menaklukkan Konstantinopel."



Nasihat Syaikh Syamsuddin itu membuat Al Fatih tersadar. Lebih-lebih ia menggali sendiri makam Abu Ayyub, sahabat mulia yang rumahnya menjadi tempat tinggal pertama Rasulullah saat hijrah ke Madinah.

Usai peristiwa itu, Al Fatih memiliki ide luar biasa cerdas. Selama ini, pasukannya gagal menembus benteng Konstantinopel lantaran ada rantai raksasa yang membentang di Selat Bosphorus, Rantai-rantai itu yang menghalangi kapal-kapal pasukan Al Fatih untuk menembus sisi lain Benteng Konstantinopel.

Karena tak bisa menembus lewat jalur laut, Al Fatih lalu memerintahkan pasukannya "menggotong" kapal-kapal perang melintasi daratan, melewati hutan belantara dan pegunungan untuk kemudian dikembalikan ke bagian Selat Bosphorus yang terlewati rantai. Keputusan itu menjadi titik balik Al Fatih menguasai peperangan. Setelah itu pasukan Al Fatih yang berada di atas angin, hingga Kota Konstantinopel akhirnya pun jatuh ke tangan umat Muslim.

Setelah penaklukan Kota Konstantinopel yang bersalin nama menjadi Istanbul, Kesultanan Ottoman memindahkan makam Abu Ayyub ke tepi benteng Konstantinopel di Istanbul seperti yang diwasiatkannya. Di samping makam beliau lalu dibangun Masjid Eyüp Sultan.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4280 seconds (0.1#10.140)