5 Adab Puasa Ramadan yang Bersifat Sunah Nabi SAW

Jum'at, 24 Maret 2023 - 06:14 WIB
loading...
5 Adab Puasa Ramadan yang Bersifat Sunah Nabi SAW
Setidaknya ada 5 adab berpuasa sesuai sunnah Nabi. Foto/Ilustrasi: dok. SINDOnews
A A A
Puasa memiliki banyak adab atau tata krama. Tidak sempurna puasa seseorang kecuali dengan mengerjakannya dan tidak juga lengkap kecuali dengan menjalankannya.

Adab-adab ini terbagi menjadi dua bagian; adab-adab yang bersifat wajib, yang harus dipelihara dan dijaga oleh orang yang berpuasa. Dan adab-adab yang bersifat sunnah yang juga harus dipelihara dan dijaga oleh-nya.

Dr Abdullah bin Muhammad bin Ahmad ath-Thayyar dalam kitabnya berjudul "Ash-Shiyaam, Ahkaam wa Aa-daab" yang diterjemahkan Abdul Ghoffar EM menjadi "Meraih Puasa Sempurna" (Pustaka Ibnu Katsir) menyebut adab puasa bersifat sunnah tersebut.



1. Mengakhirkan sahur

Sahur berarti makan di akhir malam. Disebut sahur karena ia dilakukan pada waktu sahur. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri telah memerintahkan untuk makan sahur, di mana beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةٌ.”

“Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya pada makan sahur itu terdapat keberkahan." (HR Bukhari dan Muslim)

Hendaklah seseorang berniat mengikuti perintah Nabi SAW dengan sahurnya itu, sekaligus memperkuat puasanya agar sahur yang dilakukannya itu bisa menjadi ibadah. Dan hendaklah dia mengakhirkan sahur selama tidak khawatir terhadap terbit fajar, karena Nabi SAW biasa melakukan hal tersebut.

Dari Anas bin Malik, dari Zaid bin Tsabit, dia berkata: “Kami pernah makan sahur bersama Nabi SAW, lalu beliau berangkat menunaikan salat, maka kami tanyakan, ‘Berapa lama jarak antara azan dan makan sahur?’ Beliau menjawab, ‘Sekitar (waktu yang cukup untuk membaca) lima puluh ayat…’” (HR Bukhari dan Muslim)


2. Menyegerakan berbuka puasa

Disunahkan bagi orang yang berpuasa untuk menyegerakan berbuka jika matahari sudah benar-benar terbenam, dengan melihatnya langsung atau dengan memperkirakan hal tersebut, atau dengan terdengarnya azan, karena azan merupakan berita yang paling dapat dipercaya.

Disunnahkan bagi orang yang berpuasa untuk berbuka dengan kurma ruthab (kurma basah), jika tidak maka boleh dengan tamr (kurma kering), dan jika tidak ada juga, maka hendaklah dengan meneguk air. Demikianlah yang biasa dilakukan oleh Nabi SAW.

Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

“لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجِّلُوْا الْفِطْرَ.”

“Manusia ini akan senantiasa baik selama mereka menyegerakan berbuka puasa.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dan disunnahkan bagi orang yang berpuasa untuk memanjatkan doa pada saat akan berbuka dengan doa-doa yang mudah diucapkannya, karena pada saat itu merupakan waktu dikabulkannya doa. Oleh karena itu, seorang muslim harus memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya dari waktu-waktu ketaatan.


3. Menjaga lisan dari kata-kata yang tidak bermanfaat

Orang yang berpuasa harus menjaga lisannya dari kata-kata yang tidak bermanfaat, karena lisan merupakan sumber dari banyaknya dosa. Orang-orang mukmin sebenarnya adalah yang selalu menghindari pembicaraan yang tidak berarti dan senantiasa menghiasi diri dengan adab-adab Islam dalam ucapan mereka.

Allah SWT berfirman:

وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ

Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna.” ( QS al-Mu’-minuun/23 : 3)

Selain itu, Dia juga berfirman:

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2024 seconds (0.1#10.140)