Seorang Muslim Harus Saling Memaafkan dan Perintahnya dalam Al-Qur'an
loading...
A
A
A
Ramadan merupakan bulan ampunan, karenanya umat muslim juga harus saling memaafkan untuk mendapat ampunan Allah Subhanahu wa ta'ala. Perintah memaafkan kesalahan sesama manusia ini banyak disebutkan dalam Al-Qur'an. Umat Islam harus menjadi pribadi yang pemaaf.
Salah satu perintah memaafkan ada di surah al-A’raf: 199,
Khużil-’afwa wa`mur bil-’urfi wa a’riḍ ‘anil-jāhilīn
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.”(QS Al-Araf :199)
Apa maksud ayat di atas? Ustadz Muhammad Faishal Fadhli dalam tulisannya menjelaskan, kata khuż atau ambillah bermakna memperoleh sesuatu untuk dimanfaatkan. Dalam kata ini, terkandung arti memilih dari sekian banyak pilihan.
Artinya, Allah memerintahkan manusia–melalui kata khuż–untuk memilih memaafkan kesalahan orang lain dibandingkan sikap-sikap lain yang mungkin dilakukan seperti membalas, marah, mengamuk, atau menyimpan dendam kesumat. Kemudian, maaf yang dimaksud dalam ayat ini bukanlah sekadar ucapan belaka, melainkan memaafkan dengan sepenuh hati.
Kata al-’afwu atau maaf diambil dari akar kata yang terdiri dari huruf ’ain, fa,dan waw. Akar ini memiliki dua kemungkinan makna, yakni meninggalkan sesuatu dan memintanya.
Dari sini, kita dapat memahami bahwa seseorang yang telah memaafkan kesalahan orang lain berarti ia benar-benar meninggalkan (menghapus) kesalahan tersebut. Tidak mengungkit-ungkitnya kembali.
Dengan kata lain surah al-A’raf ayat 199 memerintahkan kita untuk menganggap enteng kesalahan orang lain, tidak membesar-besarkannya, dan memaafkan dengan tulus bahkan sebelum orang yang bersangkutan meminta maaf.
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya berkesimpulan bahwa ayat ini merangkum berbagai sikap terpuji dalam bersosialisasi di masyarakat; mulai dari berinteraksi dengan baik seperti memaafkan orang lain, tidak saling bertikai, hingga memerintahkan segala perbuatan baik dan mencegah berbagai tindakan keburukan (saling mengingatkan dalam ketakwaan).
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
Wa jazā`u sayyi`atin sayyi`atum miṡluhā, fa man ‘afā wa aṣlaḥa fa ajruhụ ‘alallāh, innahụ lā yuḥibbuẓ-ẓālimīn
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim.” (QS. Asy-Syura: 40)
Dari ayat di atas, dapat kita simpulkan bahwa memaafkan adalah ciri orang-orang shalih. Demikianlah. Al-Qur'an memberi petunjuk meskipun seseorang telah sengaja menzalimi kita, menyakiti kita baik dengan perkataan atau perbuatan, tetap harus dibalas dengan kebaikan.
Wallahu A'lam
Salah satu perintah memaafkan ada di surah al-A’raf: 199,
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ
Khużil-’afwa wa`mur bil-’urfi wa a’riḍ ‘anil-jāhilīn
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.”(QS Al-Araf :199)
Apa maksud ayat di atas? Ustadz Muhammad Faishal Fadhli dalam tulisannya menjelaskan, kata khuż atau ambillah bermakna memperoleh sesuatu untuk dimanfaatkan. Dalam kata ini, terkandung arti memilih dari sekian banyak pilihan.
Artinya, Allah memerintahkan manusia–melalui kata khuż–untuk memilih memaafkan kesalahan orang lain dibandingkan sikap-sikap lain yang mungkin dilakukan seperti membalas, marah, mengamuk, atau menyimpan dendam kesumat. Kemudian, maaf yang dimaksud dalam ayat ini bukanlah sekadar ucapan belaka, melainkan memaafkan dengan sepenuh hati.
Kata al-’afwu atau maaf diambil dari akar kata yang terdiri dari huruf ’ain, fa,dan waw. Akar ini memiliki dua kemungkinan makna, yakni meninggalkan sesuatu dan memintanya.
Dari sini, kita dapat memahami bahwa seseorang yang telah memaafkan kesalahan orang lain berarti ia benar-benar meninggalkan (menghapus) kesalahan tersebut. Tidak mengungkit-ungkitnya kembali.
Tafsir Surah Al-A’raf Ayat 199
Al-Biqa’i rahimahullah ketika mentadaburi potongan ayat khuż al-’afwa, menjelaskan bahwa; ambillah apa yang telah Allah anugerahkan, tanpa bersusah payah menyulitkan diri.Dengan kata lain surah al-A’raf ayat 199 memerintahkan kita untuk menganggap enteng kesalahan orang lain, tidak membesar-besarkannya, dan memaafkan dengan tulus bahkan sebelum orang yang bersangkutan meminta maaf.
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya berkesimpulan bahwa ayat ini merangkum berbagai sikap terpuji dalam bersosialisasi di masyarakat; mulai dari berinteraksi dengan baik seperti memaafkan orang lain, tidak saling bertikai, hingga memerintahkan segala perbuatan baik dan mencegah berbagai tindakan keburukan (saling mengingatkan dalam ketakwaan).
Keutamaan Saling Memaafkan Kesalahan Sesama
Dalam kitab Mausu’ah min Akhlaqir-Rasul, Syaikh Mahmud al-Mishri berkata bahwa saling memaafkan adalah pintu terbesar menuju terciptanya rasa saling mencintai antara sesama manusia, “Jika orang lain mencerca kita, sebaiknya kita membalasnya dengan memberi maaf dan perkataan yang baik.”Allah subhanahu wata’ala berfirman,
وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۚفَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ
Wa jazā`u sayyi`atin sayyi`atum miṡluhā, fa man ‘afā wa aṣlaḥa fa ajruhụ ‘alallāh, innahụ lā yuḥibbuẓ-ẓālimīn
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim.” (QS. Asy-Syura: 40)
Dari ayat di atas, dapat kita simpulkan bahwa memaafkan adalah ciri orang-orang shalih. Demikianlah. Al-Qur'an memberi petunjuk meskipun seseorang telah sengaja menzalimi kita, menyakiti kita baik dengan perkataan atau perbuatan, tetap harus dibalas dengan kebaikan.
Wallahu A'lam
(wid)