Sejarah Muslim di Amerika: Budak yang Pintar Membaca dan Menulis Arab

Jum'at, 16 Juni 2023 - 11:20 WIB
loading...
Sejarah Muslim di Amerika: Budak yang Pintar Membaca dan Menulis Arab
Potret Yarrow Mamout oleh seniman Charles Willson Peale (1819). Foto/Ilustrasi: Aljazeera
A A A
Selama lebih dari 300 tahun, umat Islam telah memengaruhi kisah Amerika Serikat , dari ‘para pendiri’ hingga musik blues hari ini. Orang-orang Islam terhadulu adalah bagian dari 900.000 orang Afrika yang dibawa ke Amerika untuk dijadikan budak.

"Mereka dibesarkan di Senegal, Mali, Guinea, Sierra Leone, Ghana, Benin, dan Nigeria di mana Islam dikenal sejak abad ke-8 dan menyebar pada awal tahun 1000-an," ujar Sejarawan Dr Sylviane A Diouf yang juga Cendekiawan Tamu di the Center for the Study of Slavery and Justice di Universitas Brown ini.

Tentang jumlah mereka tidak jelas benar. Dr Sylviane A Diouf yang penulis buku "Servants of Allah: African Muslims Enslaved in the Americas" menyebut setidaknya 900.000 dari 12,5 juta orang Afrika dibawa ke Amerika. "Di antara 400.000 orang Afrika yang menghabiskan hidup mereka sebagai budak di Amerika Serikat, puluhan ribu di antaranya adalah Muslim," tulis Sylviane A Diouf dalam artikelnya berjudul "Muslims in America: A forgotten history" yang dilansir Aljazeera.



Ada beberapa hal yang membedakan budak yang beragama Islam dengan nonmuslim. Sylviane A Diouf mengatakan umat Islam lebih terpelajar. "Suatu persyaratan Islam karena orang beriman perlu membaca Al-Quran," katanya.

Keaksaraan ini diperoleh di sekolah-sekolah dan, untuk yang paling berpendidikan, di lembaga pendidikan tinggi lokal atau asing. "Kekhususan ini membedakan mereka dari orang Afrika non-Muslim serta banyak orang Amerika yang buta huruf," katanya.

Seorang majikan mencari budaknya yang melarikan diri hanya pada tahun 1805 mencantumkan satu karakteristik dalam pemberitahuan" dia adalah seorang pria "berwajah muram, pandai menulis Arab".

Dua tahun kemudian, Ira P Nash, seorang dokter dan surveyor tanah, menarik perhatian Thomas Jefferson tentang kesengsaraan dua Muslim.

Ditangkap di Kentucky, mereka melarikan diri ke Tennessee di mana mereka dipenjara dan melarikan diri dua kali lagi. Dia memberi Jefferson mengirim surat tulisan tangan dalam bahasa Arab sebanyak dua halaman.

Mereka memasukkan surah terakhir dari Al-Qur'an, surah An-nas, kemanusiaan. Surah ini berbicara tentang berlindung kepada Allah dan kejahatan. Sebuah analogi yang sempurna untuk situasi mereka.



Jefferson mengirim surat-surat itu ke sarjana dan abolisionis Robert Patterson untuk diterjemahkan. Dia mengira tulisan-tulisan itu tentang sejarah.

Agaknya, berdasarkan apa yang akan diungkapkan oleh cerita itu, presiden bersedia "mendapatkan pembebasan orang-orang itu jika perlu". Namun, jejak mereka hilang sebelum dia bisa campur tangan.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2125 seconds (0.1#10.140)