Hukuman Pelaku Maksiat akan Mempersulit Ibadahnya
loading...
A
A
A
Hukuman sebuah maksiat itu berat bagi para pelakukanya. Orang yang sudah biasa melakukan kemaksiatan , maka dipastikan dia akan berat melakukan ketaatan kepada Allah Ta'ala.
Hukuman maksiat pun tidak harus dalam bentuk hal-hal yang ngeri semisal hampir tersambar halilintar . Dirangkum dari berbagai sumber, di antara bentuk hukuman maksiat , antar lain:
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah ketika menyebutkan beberapa akibat buruk dari dosa beliau menyebutkan di antaranya adalah dosa menjadikan hamba berat melakukan ketaatan. Sehingga dosa itu menjadikan dia malas beramal shaleh, menjadikan hatinya hitam kelam, akhirnya cahaya iman yang memberikan semangat berbuat ketaatan akan redup sedikit-demi-sedikit.
Demikian pula orang munafik, akibat dosa-dosa yang ada dalam hati mereka, berupa keraguan kepada Allah dan Rasul-Nya, akhirnya Allah jadikan mereka berat melakukan ketaatan demi ketaatan. Allah jadikan mereka berat hatinya untuk mengamalkan kebaikan
Karena itu, segera kita tinggalkan maksiat. Karena maksiat menjadikan hati kita berat untuk mengamalkan ketaatan kepada Allah Ta'ala
Seseorang akibat perbuatan maksiatnya, seringkali membuat ia tidak mampu untuk shalat tahajud, berat hatinya untuk bangun di waktu malam. Seseorang akibat perbuatan maksiatnya, lisannya kelu untuk berzikir kepada Allah. Bahkan hatinya tak merasakan lagi kenikmatan di saat ia mengucapkan “Subhaanallah, walhamdulillah, laailaaha illallah, allahu akbar”. Bahkan hatinya tak bergetar ketika disebutkan ayat-ayat Allah.
Pernah, suatu hari datang seorang pemuda bertanya kepada Al Imam Hasan Al Bashri Rahimahullah, “Wahai Imam, aku telah melakukan banyak maksiat, akan tetapi mengapa Allah tidak menghukumku?”
Lantas Sang Imam pun bertanya kembali kepada pemuda itu, “Apakah setiap malam kamu bangun tahajud?”
“Tidak.” Ujar pemuda itu.
Kemudian Imam Hasan Al Bashri menjawab, “Itulah seberat-beratnya hukuman yang Allah berikan untukmu. Tiada hukuman yang lebih berat jika Allah telah berpaling darimu. Ia tidak lagi mau berbicara dan mendengar bicara darimu, dibiarkan engkau terlena, tanpa perasaan menyesal disaat meninggalkannya. Cukuplah Allah menarik nikmat dan kelezatan ibadah dalam dirimu itu sebagai hukuman kepadamu.”
Wallahu A'lam
Hukuman maksiat pun tidak harus dalam bentuk hal-hal yang ngeri semisal hampir tersambar halilintar . Dirangkum dari berbagai sumber, di antara bentuk hukuman maksiat , antar lain:
1.Diberi kemudahan untuk kembali bermaksiat
2. Ibadah terasa hambar
Hati tetap terasa gersang meski ibadah harian tetap rutin dilakukan. Tidak ada kenikmatan yang terasa saat dan setelah melakukan aktivitas ibadah. Salat, dzikir dan baca al-Qur'an tidak membuahkan ketenangan hati3.Sulit untuk melakukan ibadah sunnah
4.Salat di akhir malam tidak pernah dilakukan, puasa sunnah total ditinggalkan.
Di antara sebab sulit salat di akhir malam dan puasa sunnah adalah maksiat kepada Allah. Allah menjadikan hati seseorang berat melakukan ketaatan bisa dikarena maksiat yang ada di dalam hatinya.Imam Ibnul Qayyim rahimahullah ketika menyebutkan beberapa akibat buruk dari dosa beliau menyebutkan di antaranya adalah dosa menjadikan hamba berat melakukan ketaatan. Sehingga dosa itu menjadikan dia malas beramal shaleh, menjadikan hatinya hitam kelam, akhirnya cahaya iman yang memberikan semangat berbuat ketaatan akan redup sedikit-demi-sedikit.
Demikian pula orang munafik, akibat dosa-dosa yang ada dalam hati mereka, berupa keraguan kepada Allah dan Rasul-Nya, akhirnya Allah jadikan mereka berat melakukan ketaatan demi ketaatan. Allah jadikan mereka berat hatinya untuk mengamalkan kebaikan
Karena itu, segera kita tinggalkan maksiat. Karena maksiat menjadikan hati kita berat untuk mengamalkan ketaatan kepada Allah Ta'ala
Seseorang akibat perbuatan maksiatnya, seringkali membuat ia tidak mampu untuk shalat tahajud, berat hatinya untuk bangun di waktu malam. Seseorang akibat perbuatan maksiatnya, lisannya kelu untuk berzikir kepada Allah. Bahkan hatinya tak merasakan lagi kenikmatan di saat ia mengucapkan “Subhaanallah, walhamdulillah, laailaaha illallah, allahu akbar”. Bahkan hatinya tak bergetar ketika disebutkan ayat-ayat Allah.
Pernah, suatu hari datang seorang pemuda bertanya kepada Al Imam Hasan Al Bashri Rahimahullah, “Wahai Imam, aku telah melakukan banyak maksiat, akan tetapi mengapa Allah tidak menghukumku?”
Lantas Sang Imam pun bertanya kembali kepada pemuda itu, “Apakah setiap malam kamu bangun tahajud?”
“Tidak.” Ujar pemuda itu.
Kemudian Imam Hasan Al Bashri menjawab, “Itulah seberat-beratnya hukuman yang Allah berikan untukmu. Tiada hukuman yang lebih berat jika Allah telah berpaling darimu. Ia tidak lagi mau berbicara dan mendengar bicara darimu, dibiarkan engkau terlena, tanpa perasaan menyesal disaat meninggalkannya. Cukuplah Allah menarik nikmat dan kelezatan ibadah dalam dirimu itu sebagai hukuman kepadamu.”
Baca Juga
Wallahu A'lam
(wid)