Masjid Khandaq, Pelajaran dari Rasulullah Soal Pentingnya Kesabaran dan Musyawarah
loading...
A
A
A
Masjid Khandaq atau Masjid Al Ahzab merupakan salah satu destinasi bersejarah di Kota Suci Madinah . Masjid yang berjarak 2,5 kilometer dari Masjid Nabawi ini menjadi saksi bisu peristiwa perang Khandaq.
SINDOnews yang tergabung dalam Tim Media Center Haji (MCH) 2023 berkesempatan mengunjungi tempat bersejarah tersebut. Setibanya di lokasi, ratusan jemaah haji dari berbagai negara, termasuk Indonesia terlihat memadati kawasan ini.
Tampak enam masjid kecil berdiri kokoh. Bangunan-bangunan tersebut membentuk gugusan layaknya seperti pos pengawasan dalam sebuah benteng. Sementara itu, di tengah-tengah berdiri masjid besar nan megah yang disebut Masjid Khandaq .
Sementara jarak antara masjid-masjid kecil satu dengan lainnya sekitar 100 meter. Beberapa pengunjung yang datang terlihat menyempatkan diri melaksanakan salat sunah di masjid-masjid tersebut.
Berdasarkan keterangan yang tertulis pada banner di area tersebut dijelaskan jika Masjid Khandaq yang berada di sebelah barat Gunung Sela ini memiliki sejumlah nama yakni, Masjid Al Fath, Masjid Al Ahzab serta Masjid Al A'la. Masjid itu didirikan tepat di mana parit-parit dibangun oleh para sahabat nabi untuk membentengi serangan kafir Quraisy Makkah.
Masjid yang dibangun pada 1928 Hijriah itu, khususnya di kubah merupakan tempat Nabi Muhammad SAW berdoa kepada Allah SWT. Di lokasi tersebut terdapat enam masjid tambahan yang diberi nama sesuai dengan nama sesuai dengan nama penjaga pos-pos saat itu. Nama-nama tersebut antara lain, Masjid Salman Al Farisi, Masjid Abu Bakar, Masjid Umar, dan Masjid Ali, serta Masjid Saad Bin Muadh.
Seluruh masjid di area kemudian dikenal sebagai tujuh masjid meskipun faktanya hanya ada enam masjid. Sejarahwan menyebut masjid yang ketujuh adalah Masjid Ar Rayah karena kedekatannya dengan wilayah Khandaq dan area pertempuran. Seluruh masjid tersebut dibangun di masa pemerintahan Omar bin Abdulaziz.
Perang Khandaq terjadi pada bulan Syawal di tahun keenam hijriah. Perang Khandaq terjadi karena para pemimpin Bani Nadir yang merupakan kaum Yahudi yang sebelumnya dievakuasi di Madinah, yaitu Huyay bin Akhtab, Salam dan Al-Rabee bin Abi Al-Haqeeq dan Kinana bin Al-Rabee' yang mencari perlindungan ke kaum kafir Quraisy Makkah.
Mengetahui rencana penyerangan tersebut Rasulullah dan para sahabatnya berinisiatif membuat parit. Setiap 10 kaum muslim membuat parit dengan tinggi mencapai 3 meter.
Pasukan kafir Quraisy yang berjumlah 10.000 prajurit terus mencoba mengepung dan menyerang Kota Madinah. Beberapa kali Rasulullah dan para sahabatnya yang berkekuatan 3.000 pasukan juga melakukan beberapa serangan kecil untuk memperlemah pasukan Quraisy yang mencoba masuk melewati parit-parit tersebut.
Setelah 20 hari berada di luar Kota Madinah, mereka tidak bisa menembus pertahanan parit akibat ketatnya penjagaan dan badai pasir yang terjadi. Kaum kafir Quraisy pun akhirnya mundur dari medan peperangan. Perang Khandaq berakhir dengan kemenangan pasukan muslim.
Cendekiawan Muslim Ubaidillah Marswan menjelaskan, khandak sendiri memiliki arti parit. Kota Madinah pernah terjadi peristiwa besar yakni perang Khandaq. Bahkan, peristiwa itu diabadikan dalam Al Quran yakni surat Al Ahzab.
"Ada peristiwa sejarah tahun 6 hijriah yakni perang Khandaq di mana pasukan muslimin bersama Rasulullah menghadapi musuh dengan strategi menggali parit," ucapnya.
Pembuatan parit merupakan usul dari sahabat Rasulullah bernama Salman Al Farisi yang berasal dari Persia. "Salman Al Farisi usul kepada Rasulullah agar Madinah tidak di masuki musuh dengan cara menggali parit sepanjang 5.000 meter yang membentang dari timur ke barat perbatasan Madinah dengan lebar sekitar 4 meter," katanya.
Sementara musuh membangun tenda-tenda menunggu kesempatan kapan pasukan Rasulullah lemah baik secara mental maupun logistik. Ternyata Rasulullah dan pasukannya sangat sabar.
"Saat itu Rasulullah berdoa memohon pertolongan Allah. Hingga akhirnya Allah mengirimkan pasukan yang tidak terlihat. Terjadilah badai yang menggulung tenda-tenda musuh dan kemenangan pun diraih umat muslim," katanya.
Adapun hikmah yang bisa dipetik dalam peristiwa itu adalah, pertama mengedepankan asas musyawarah. Banyak pendapat saat itu bagaimana menghalau musuh agar tidak masuk ke Madinah. "Dalam musyawarah itu, Rasulullah akhirnya menyepakati usul Salman Al Farisi membangun parit sebagai strategi menghadapi musuh," katanya.
Kedua, pentingnya kesabaran. Menurut Ubaidillah, dalam hal apa pun kesabaran adalah kunci. Karena kesabaran Rasulullah dan pasukannya akhirnya kemenangan itu datang.
"Setelah bersabar dan bertawakah adalah berdoa. Diriwayatkan selama tiga hari berturut-turut Rasulullah berdoa. Ternyata apa yang diminta Rasulullah dikabulkan Allah dengan mengirimkan pasukan tidak terlihat yang dalam Al Quran disebutkan adalah malaikat berupa badai pasir," ucapnya.
SINDOnews yang tergabung dalam Tim Media Center Haji (MCH) 2023 berkesempatan mengunjungi tempat bersejarah tersebut. Setibanya di lokasi, ratusan jemaah haji dari berbagai negara, termasuk Indonesia terlihat memadati kawasan ini.
Tampak enam masjid kecil berdiri kokoh. Bangunan-bangunan tersebut membentuk gugusan layaknya seperti pos pengawasan dalam sebuah benteng. Sementara itu, di tengah-tengah berdiri masjid besar nan megah yang disebut Masjid Khandaq .
Sementara jarak antara masjid-masjid kecil satu dengan lainnya sekitar 100 meter. Beberapa pengunjung yang datang terlihat menyempatkan diri melaksanakan salat sunah di masjid-masjid tersebut.
Berdasarkan keterangan yang tertulis pada banner di area tersebut dijelaskan jika Masjid Khandaq yang berada di sebelah barat Gunung Sela ini memiliki sejumlah nama yakni, Masjid Al Fath, Masjid Al Ahzab serta Masjid Al A'la. Masjid itu didirikan tepat di mana parit-parit dibangun oleh para sahabat nabi untuk membentengi serangan kafir Quraisy Makkah.
Masjid yang dibangun pada 1928 Hijriah itu, khususnya di kubah merupakan tempat Nabi Muhammad SAW berdoa kepada Allah SWT. Di lokasi tersebut terdapat enam masjid tambahan yang diberi nama sesuai dengan nama sesuai dengan nama penjaga pos-pos saat itu. Nama-nama tersebut antara lain, Masjid Salman Al Farisi, Masjid Abu Bakar, Masjid Umar, dan Masjid Ali, serta Masjid Saad Bin Muadh.
Seluruh masjid di area kemudian dikenal sebagai tujuh masjid meskipun faktanya hanya ada enam masjid. Sejarahwan menyebut masjid yang ketujuh adalah Masjid Ar Rayah karena kedekatannya dengan wilayah Khandaq dan area pertempuran. Seluruh masjid tersebut dibangun di masa pemerintahan Omar bin Abdulaziz.
Perang Khandaq terjadi pada bulan Syawal di tahun keenam hijriah. Perang Khandaq terjadi karena para pemimpin Bani Nadir yang merupakan kaum Yahudi yang sebelumnya dievakuasi di Madinah, yaitu Huyay bin Akhtab, Salam dan Al-Rabee bin Abi Al-Haqeeq dan Kinana bin Al-Rabee' yang mencari perlindungan ke kaum kafir Quraisy Makkah.
Mengetahui rencana penyerangan tersebut Rasulullah dan para sahabatnya berinisiatif membuat parit. Setiap 10 kaum muslim membuat parit dengan tinggi mencapai 3 meter.
Pasukan kafir Quraisy yang berjumlah 10.000 prajurit terus mencoba mengepung dan menyerang Kota Madinah. Beberapa kali Rasulullah dan para sahabatnya yang berkekuatan 3.000 pasukan juga melakukan beberapa serangan kecil untuk memperlemah pasukan Quraisy yang mencoba masuk melewati parit-parit tersebut.
Setelah 20 hari berada di luar Kota Madinah, mereka tidak bisa menembus pertahanan parit akibat ketatnya penjagaan dan badai pasir yang terjadi. Kaum kafir Quraisy pun akhirnya mundur dari medan peperangan. Perang Khandaq berakhir dengan kemenangan pasukan muslim.
Cendekiawan Muslim Ubaidillah Marswan menjelaskan, khandak sendiri memiliki arti parit. Kota Madinah pernah terjadi peristiwa besar yakni perang Khandaq. Bahkan, peristiwa itu diabadikan dalam Al Quran yakni surat Al Ahzab.
"Ada peristiwa sejarah tahun 6 hijriah yakni perang Khandaq di mana pasukan muslimin bersama Rasulullah menghadapi musuh dengan strategi menggali parit," ucapnya.
Pembuatan parit merupakan usul dari sahabat Rasulullah bernama Salman Al Farisi yang berasal dari Persia. "Salman Al Farisi usul kepada Rasulullah agar Madinah tidak di masuki musuh dengan cara menggali parit sepanjang 5.000 meter yang membentang dari timur ke barat perbatasan Madinah dengan lebar sekitar 4 meter," katanya.
Sementara musuh membangun tenda-tenda menunggu kesempatan kapan pasukan Rasulullah lemah baik secara mental maupun logistik. Ternyata Rasulullah dan pasukannya sangat sabar.
"Saat itu Rasulullah berdoa memohon pertolongan Allah. Hingga akhirnya Allah mengirimkan pasukan yang tidak terlihat. Terjadilah badai yang menggulung tenda-tenda musuh dan kemenangan pun diraih umat muslim," katanya.
Adapun hikmah yang bisa dipetik dalam peristiwa itu adalah, pertama mengedepankan asas musyawarah. Banyak pendapat saat itu bagaimana menghalau musuh agar tidak masuk ke Madinah. "Dalam musyawarah itu, Rasulullah akhirnya menyepakati usul Salman Al Farisi membangun parit sebagai strategi menghadapi musuh," katanya.
Kedua, pentingnya kesabaran. Menurut Ubaidillah, dalam hal apa pun kesabaran adalah kunci. Karena kesabaran Rasulullah dan pasukannya akhirnya kemenangan itu datang.
"Setelah bersabar dan bertawakah adalah berdoa. Diriwayatkan selama tiga hari berturut-turut Rasulullah berdoa. Ternyata apa yang diminta Rasulullah dikabulkan Allah dengan mengirimkan pasukan tidak terlihat yang dalam Al Quran disebutkan adalah malaikat berupa badai pasir," ucapnya.
(wid)