Hukum Melawak, Syaikh Al-Qardhawi: Rasulullah SAW Membiarkan Para Sahabat Bersenda Gurau
loading...
A
A
A
Apakah Islam membolehkan seni semacam komedi, humor, atau lawak? Syaikh Yusuf al-Qardhawi menyebut sebagian sahabat Nabi ada yang bersenda gurau dan Rasulullah SAW pun membiarkan dan menyetujui.
"Hal seperti ini terus berjalan setelah Rasul SAW wafat," ujar Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya berjudul "Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh" yang dalam edisi Indonesia menjadi "Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah" (Citra Islami Press, 1997).
Menurutnya, semua itu diterima oleh para sahabat, tidak ada yang mengingkari, meskipun seandainya peristiwa itu terjadi sekarang pasti akan diingkari oleh sebagian besar aktifis Islam dengan pengingkaran yang keras, bahkan mungkin mereka menganggap pelakunya tergolong orang-orang yang fasik atau menyimpang.
Al-Qardhawi menyebut di antara sahabat yang terkenal sering bergurau adalah Nu'aiman bin Umar Al Anshari ra , yang telah diriwayatkan darinya beberapa keistimewaan yang aneh dan menakjubkan.
Beliau termasuk orang yang ikut berbai'ah 'Aqabah yang kedua, pernah ikut perang Badar dan Uhud, Khandaq dan seluruh peperangan yang ada.
Zubair bin Bakkar telah meriwayatkan darinya sejumlah keanehan-keanehan yang langka di dalam kitabnya "Al Fukahah wal Marakh," di sini kita sebutkan sebagian darinya:
Zubair bin Bakkar berkata, "Nu'aiman itu tidak masuk ke Madinah sekejap mata pun kecuali ia membeli sesuatu darinya, kemudian membawanya ke Rasulullah SAW kemudian ia berkata, "Ini aku hadiahkan untukmu (wahai Rasulullah SAW)."
Ketika pemiliknya datang ingin meminta uang kepada Nu'aiman, maka orang itu dibawa kepada Nabi SAW. Nu'aiman berkata, "Wahai Rasulullah SAW berikan kepada orang ini uangnya (harga barangnya)." Maka Nabi berkata, "Bukankah kamu telah menghadiahkan kepadaku?" Nu'aiman berkata, "Demi Allah, saya tidak mempunyai uang (untuk membelinya), tetapi saya ingin engkau memakannya". Maka Rasulullah SAW tertawa, dan memerintahkan untuk memberikan uangnya kepada pemilik (barang)nya."
Zubair bin Bakkar juga meriwayatkan kisah lainnya dari Rabi'ah bin Utsman, ia berkata, "Ada seorang Badui masuk ke rumah Rasulullah SAW dan mengikat untanya di halaman, maka berkata sebagian sahabat kepada Nu'aiman Al Anshari, "Bagaimana kalau kamu sembelih unta ini, lalu kami memakannya, sesungguhnya kami ingin sekali makan daging, maka Nu'aiman pun melakukannya, sehingga orang Badui itu keluar dari rumah Nabi SAW dan berteriak, "Untaku disembelih, wahai Muhammad !" Maka Nabi SAW keluar, lalu berkata, "Siapa yang melakukan ini?," mereka menjawab, "Nu'aiman," maka Nabi SAW mencarinya sehingga telah mendapatkannya masuk ke rumah Dhaba'ah binti Zubair bin Abdul Muthalib dan bersembunyi di bawah gubuk kecil yang beratap daun kurma.
Ada seorang yang memberi tahu Nabi SAW di mana Nu'aiman bersembunyi, maka Nabi SAW mengeluarkannya dan Nabi bertanya, "Apa yang mendorong kamu untuk berbuat demikian?"
Nu'aiman berkata. "Mereka yang memberitahu engkau wahai Rasulullah, merekalah yang menyuruh aku untuk berbuat demikian." Setelah itu Nabi SAW membersihkan debu yang ada di wajahnya dan tertawa, kemudian menggantinya kepada Badui itu.
Zubair bin Bakkar juga berkata, "Pamanku telah menceritakan kepadaku dari kakekku, kakekku berkata, "Makhrumah bin Naufal telah mencapai usia 115 tahun, maka ia berdiri di masjid ingin kencing, sehingga para sahabat berteriak, "Masjid! Masjiiiid! Maka Nu'aiman bin 'Amr menuntunnya dengan tangannya, kemudian ia membungkuk dengan membawa orang itu di bagian lain dari masjid.
Setelah itu Nu'aiman berkata kepadanya, "Kencinglah di sini, " maka para sahabat berteriak lagi dan Makhrumah berkata, "Celaka kalian! Siapakah yang membawaku ke tempat ini?" Mereka menjawab, "Nu'aiman."
Makhrumah berkata, Sungguh jika aku beruntung aku akan memukulnya dengan tongkatku!" Maka berita itu sampai pada Nu'aiman, lalu Nu'aiman tinggal beberapa hari, kemudian datang kepada Makhrumah, sedangkan Utsman sedang salat di bagian pojok masjid. Maka Nu'aiman berkata kepada Makhrumah, "Apakah kamu menginginkan Nu'aiman?"
Makhrumah menjawab, "Ya," maka Nu'aiman menuntunnya sehingga berhenti di hadapan Utsman (yang sedang salat), dan Utsman kalau salat tidak pernah menengok, maka Nu'aiman berkata. "Di depanmu itu Nu'aiman." Maka Makhrumah memukulkan tongkat itu kepada Utsman sehingga Utsman pingsan, maka para sahabat berteriak kepadanya, "Apakah engkau tega memukul Amirul Mukminin?"
"Hal seperti ini terus berjalan setelah Rasul SAW wafat," ujar Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya berjudul "Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh" yang dalam edisi Indonesia menjadi "Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah" (Citra Islami Press, 1997).
Menurutnya, semua itu diterima oleh para sahabat, tidak ada yang mengingkari, meskipun seandainya peristiwa itu terjadi sekarang pasti akan diingkari oleh sebagian besar aktifis Islam dengan pengingkaran yang keras, bahkan mungkin mereka menganggap pelakunya tergolong orang-orang yang fasik atau menyimpang.
Al-Qardhawi menyebut di antara sahabat yang terkenal sering bergurau adalah Nu'aiman bin Umar Al Anshari ra , yang telah diriwayatkan darinya beberapa keistimewaan yang aneh dan menakjubkan.
Beliau termasuk orang yang ikut berbai'ah 'Aqabah yang kedua, pernah ikut perang Badar dan Uhud, Khandaq dan seluruh peperangan yang ada.
Zubair bin Bakkar telah meriwayatkan darinya sejumlah keanehan-keanehan yang langka di dalam kitabnya "Al Fukahah wal Marakh," di sini kita sebutkan sebagian darinya:
Zubair bin Bakkar berkata, "Nu'aiman itu tidak masuk ke Madinah sekejap mata pun kecuali ia membeli sesuatu darinya, kemudian membawanya ke Rasulullah SAW kemudian ia berkata, "Ini aku hadiahkan untukmu (wahai Rasulullah SAW)."
Ketika pemiliknya datang ingin meminta uang kepada Nu'aiman, maka orang itu dibawa kepada Nabi SAW. Nu'aiman berkata, "Wahai Rasulullah SAW berikan kepada orang ini uangnya (harga barangnya)." Maka Nabi berkata, "Bukankah kamu telah menghadiahkan kepadaku?" Nu'aiman berkata, "Demi Allah, saya tidak mempunyai uang (untuk membelinya), tetapi saya ingin engkau memakannya". Maka Rasulullah SAW tertawa, dan memerintahkan untuk memberikan uangnya kepada pemilik (barang)nya."
Zubair bin Bakkar juga meriwayatkan kisah lainnya dari Rabi'ah bin Utsman, ia berkata, "Ada seorang Badui masuk ke rumah Rasulullah SAW dan mengikat untanya di halaman, maka berkata sebagian sahabat kepada Nu'aiman Al Anshari, "Bagaimana kalau kamu sembelih unta ini, lalu kami memakannya, sesungguhnya kami ingin sekali makan daging, maka Nu'aiman pun melakukannya, sehingga orang Badui itu keluar dari rumah Nabi SAW dan berteriak, "Untaku disembelih, wahai Muhammad !" Maka Nabi SAW keluar, lalu berkata, "Siapa yang melakukan ini?," mereka menjawab, "Nu'aiman," maka Nabi SAW mencarinya sehingga telah mendapatkannya masuk ke rumah Dhaba'ah binti Zubair bin Abdul Muthalib dan bersembunyi di bawah gubuk kecil yang beratap daun kurma.
Ada seorang yang memberi tahu Nabi SAW di mana Nu'aiman bersembunyi, maka Nabi SAW mengeluarkannya dan Nabi bertanya, "Apa yang mendorong kamu untuk berbuat demikian?"
Nu'aiman berkata. "Mereka yang memberitahu engkau wahai Rasulullah, merekalah yang menyuruh aku untuk berbuat demikian." Setelah itu Nabi SAW membersihkan debu yang ada di wajahnya dan tertawa, kemudian menggantinya kepada Badui itu.
Zubair bin Bakkar juga berkata, "Pamanku telah menceritakan kepadaku dari kakekku, kakekku berkata, "Makhrumah bin Naufal telah mencapai usia 115 tahun, maka ia berdiri di masjid ingin kencing, sehingga para sahabat berteriak, "Masjid! Masjiiiid! Maka Nu'aiman bin 'Amr menuntunnya dengan tangannya, kemudian ia membungkuk dengan membawa orang itu di bagian lain dari masjid.
Setelah itu Nu'aiman berkata kepadanya, "Kencinglah di sini, " maka para sahabat berteriak lagi dan Makhrumah berkata, "Celaka kalian! Siapakah yang membawaku ke tempat ini?" Mereka menjawab, "Nu'aiman."
Makhrumah berkata, Sungguh jika aku beruntung aku akan memukulnya dengan tongkatku!" Maka berita itu sampai pada Nu'aiman, lalu Nu'aiman tinggal beberapa hari, kemudian datang kepada Makhrumah, sedangkan Utsman sedang salat di bagian pojok masjid. Maka Nu'aiman berkata kepada Makhrumah, "Apakah kamu menginginkan Nu'aiman?"
Makhrumah menjawab, "Ya," maka Nu'aiman menuntunnya sehingga berhenti di hadapan Utsman (yang sedang salat), dan Utsman kalau salat tidak pernah menengok, maka Nu'aiman berkata. "Di depanmu itu Nu'aiman." Maka Makhrumah memukulkan tongkat itu kepada Utsman sehingga Utsman pingsan, maka para sahabat berteriak kepadanya, "Apakah engkau tega memukul Amirul Mukminin?"
(mhy)