Kisah Umm Ziml, Perempuan yang Murtad Demi Balas Dendam
loading...
A
A
A
KHALIFAH Abu Bakar banyak memaafkan tokoh-tokoh murtad yang kemudian kembali kepada Islam . Kabilah-kabilah yang tadinya begitu keras membela dan menjadi pengikut nabi palsu mendapat ampunan, begitu mereka kalah perang dan kembali muslim . (
)
Sekadar mengingatkan nabi palsu muncul setelah Nabi Muhammad mengikrarkan diri secara terbuka sebagai rasul. Pada era Khalifah Abu Bakar, gerakan nabi palsu ini kian masif. Pada saat Rasulullah, mereka tak berani terang-terangan melakukan pemberontakan. Namun begitu Nabi SAW wafat mereka bangkit. Pada nabi palsu itu banyak pengikutnya. Bahkan banyak kaum muslimin yang tertipu. Mereka murtad dan memilih menjadi pengikut nabi palsu itu. ( )
Di kalangan Banu Asad banyak orang yang menyambut Tulaihah yang mendakwakan diri nabi dan mendapat dukungan ketika ia meramalkan adanya tempat mata air tatkala golongannya sedang dalam perjalanan hampir mati kehausan.
Kalangan Banu Hanifah banyak juga yang menyambut Musailimah ketika ia mengutus dua orang pengikutnya kepada Nabi Muhammad, memberitahukan bahwa Musailimah juga nabi seperti dia, dan bahwa separuh bumi ini buat dia dan separuh buat Quraisy, tetapi Quraisy golongan yang tidak suka berlaku adil.
Nah, pada masa Khalifah Abu Bakar, salah satu yang melakukan pemberontakan adalah Tulaihah. Tak sedikit kaum muslimin yang murtad akibat percaya dengan nabi palsu ini.
Khalid bin Walid yang ditugaskan Khalifah Abu Bakar memerangi Tulaihah dan pengikutnya. Mereka bercerai berai melarikan diri.
Pada akhirnya sisa-sisa kaum yang murtad itu bergabung dengan kabilah Umm Ziml Salma bint Malik. Perempuan ini menghimpun petempur kaum murtad untuk melawan Islam. Mereka yang berhasil dihimpun antara lain dari kabilah Gatafan, Tayyi', Sulaim dan Hawazin. Mereka bergabung dengan Umm Ziml dan mengikat suatu perjanjian akan bersama-sama mengadakan perlawanan sampai mati dalam menghadapi Khalid bin Walid .
Muhammad Husain Haikal dalam As-Siddiq Abu Bakr menyebut mengapa mereka begitu berani melakukan pemberontakan karena sudah tentu dendam lama yang ada pada sisa-sisa kabilah itu terhadap Muslimin. "Mereka adalah orang-orang yang sebelumnya sudah kalah. Itulah yang mendorong orang yang putus asa bergabung dan membuat perjanjian mengadakan perlawanan," tuturnya.
Kalau bukan karena dendam yang menggerogoti jantung mereka, apa pula gerangan yang membuat mereka bertahan setelah Tulaihah lari dan kebohongannya terbongkar? Umm Ziml ini memang mengidap luka dendam kepada Muslimin yang tak kunjung sembuh kendati sudah berlalu beberapa tahun silam. Wajar saja bila sisa-sisa itu kemudian bergabung dengan Umm Ziml dan dendam bersama itulah yang kemudian dijadikan panji dan benderanya.
Lalu, siapa Umm Ziml? Dia adalah anak perempuan Umm Qirfah yang terbunuh pada masa Nabi dengan mengerikan sekali.
Zaid bin Harisah ketika itu sedang berhadapan dengan Banu Fazarah di Wadi Qurrah. Banyak anak buahnya yang mengalami luka dan Zaid sendiri luka berat dan dibawa langsung ke Madinah.
Setelah sembuh, oleh Rasulullah ia dikirim kembali kepada Banu Fazarah memimpin suatu pasukan. Banyak yang terbunuh, luka-luka dan tertawan dari pihak lawan.
Umm Qirfah Fatimah bint Badr ini termasuk di antara yang ditawan. Dalam pertempuran pertama, dialah yang menyebabkan Zaid mengalami luka berat itu. Setelah perempuan itu tertangkap diperintahkan supaya dibunuh. Tetapi pembunuhan itu dilakukan secara kasar.
Konon, menurut Haekal, kakinya diikatkan pada unta kemudian masing-masing unta dilepas ke arah yang berlawanan sehingga dia sobek.
Anaknya, Umm Ziml, ditawan yang oleh Aisyah Ummul mukminin kemudian dibebaskan dan lama ia tinggal bersama, kemudian ia pulang kembali ke kabilahnya.
Tetapi kematian ibunya tetap terbayang di matanya selama ia belum mendapat jalan untuk menuntut balas.
Setelah terjadi Perang Riddah, ia juga menjadi murtad, dan dalam mengadakan balas dendam, untuk memuaskan hatinya, sisa-sisa kabilah yang masih berserakan ikut pula membantunya.
Di kalangan masyarakatnya Umm Qirfah ini cukup dihormati dan mempunyai kedudukan yang kuat. Dia bibi Uyainah bin Hisn dan istri Malik bin Huzaifah; anak-anaknya menjadi kebanggaan Banu Fazarah. Kalau ia mau menjarah kabilah lain ia pergi dengan seekor unta memelopori kaumnya di depan.
Setelah ia mati, untanya di tangan Umm Ziml. Kedudukan anaknya di tengah-tengah kaumnya itu juga sama dengan kedudukan ibunya. Sesudah sisa-sisa kabilah yang pernah memerangi Abu Bakar dan Khalid itu bergabung dengan dia, ia berangkat dengan mengerahkan dan membakar semangat mereka untuk bersama-sama memerangi Khalid, termasuk ke dalamnya orang-orang gelandangan, sehingga mereka merupakan sebuah kelompok besar dan kuat.
Melihat keadaan ini, Khalid yang memang mengintai kaum pembangkang sambil mengumpulkan zakat dan berusaha menenteramkan keadaan itu, sekarang harus berangkat menghadapi mereka.
Pertempuran sengit pun terjadi antara kedua pihak. Umm Ziml di atas untanya membakar semangat para pengikutnya agar terus bertempur, dan mereka pun menerjang maju tak peduli lagi, sehingga ada beberapa rumah mereka yang hancur sama sekali.
Khalid menyaksikan keberanian dan kekukuhan perempuan ini memang luar biasa dengan terus memeranginya mati-matian, sehingga ia menyediakan seratus ekor unta bagi siapa yang dapat menusuk untanya.
Pasukan berkuda Muslimin maju ke arah perempuan itu. Tetapi ternyata ia dikelilingi oleh orang-orang yang kuat-kuat yang sudah bersedia mati untuk melindunginya.
Sementara itu, sudah ada seratus orang yang mati di sekitar untanya itu sebelum pasukan berkuda Muslimin mencapai tempat tersebut. Setelah kemudian mereka sampai ke tempat itu, untanya berhasil dilumpuhkan dan perempuan itu terbunuh.
Dengan demikian kekacauan segera dapat diatasi. Memang banyak orang yang terpesona melihat kekuatan dan keberaniannya serta upayanya mengerahkan orang. Begitu sisa-sisa kabilah itu melihat unta Umm Ziml dilumpuhkan dan perempuan itu terbunuh, mereka patah semangat dan segera cerai-berai, dan tanpa melihat kanan-kiri lagi mereka lari lintang pukang.
Dengan demikian api fitnah itu dapat dipadamkan dan pembangkangan kaum murtad di timur laut Semenanjung dapat dilumpuhkan.
Sekadar mengingatkan nabi palsu muncul setelah Nabi Muhammad mengikrarkan diri secara terbuka sebagai rasul. Pada era Khalifah Abu Bakar, gerakan nabi palsu ini kian masif. Pada saat Rasulullah, mereka tak berani terang-terangan melakukan pemberontakan. Namun begitu Nabi SAW wafat mereka bangkit. Pada nabi palsu itu banyak pengikutnya. Bahkan banyak kaum muslimin yang tertipu. Mereka murtad dan memilih menjadi pengikut nabi palsu itu. ( )
Di kalangan Banu Asad banyak orang yang menyambut Tulaihah yang mendakwakan diri nabi dan mendapat dukungan ketika ia meramalkan adanya tempat mata air tatkala golongannya sedang dalam perjalanan hampir mati kehausan.
Kalangan Banu Hanifah banyak juga yang menyambut Musailimah ketika ia mengutus dua orang pengikutnya kepada Nabi Muhammad, memberitahukan bahwa Musailimah juga nabi seperti dia, dan bahwa separuh bumi ini buat dia dan separuh buat Quraisy, tetapi Quraisy golongan yang tidak suka berlaku adil.
Nah, pada masa Khalifah Abu Bakar, salah satu yang melakukan pemberontakan adalah Tulaihah. Tak sedikit kaum muslimin yang murtad akibat percaya dengan nabi palsu ini.
Khalid bin Walid yang ditugaskan Khalifah Abu Bakar memerangi Tulaihah dan pengikutnya. Mereka bercerai berai melarikan diri.
Pada akhirnya sisa-sisa kaum yang murtad itu bergabung dengan kabilah Umm Ziml Salma bint Malik. Perempuan ini menghimpun petempur kaum murtad untuk melawan Islam. Mereka yang berhasil dihimpun antara lain dari kabilah Gatafan, Tayyi', Sulaim dan Hawazin. Mereka bergabung dengan Umm Ziml dan mengikat suatu perjanjian akan bersama-sama mengadakan perlawanan sampai mati dalam menghadapi Khalid bin Walid .
Muhammad Husain Haikal dalam As-Siddiq Abu Bakr menyebut mengapa mereka begitu berani melakukan pemberontakan karena sudah tentu dendam lama yang ada pada sisa-sisa kabilah itu terhadap Muslimin. "Mereka adalah orang-orang yang sebelumnya sudah kalah. Itulah yang mendorong orang yang putus asa bergabung dan membuat perjanjian mengadakan perlawanan," tuturnya.
Kalau bukan karena dendam yang menggerogoti jantung mereka, apa pula gerangan yang membuat mereka bertahan setelah Tulaihah lari dan kebohongannya terbongkar? Umm Ziml ini memang mengidap luka dendam kepada Muslimin yang tak kunjung sembuh kendati sudah berlalu beberapa tahun silam. Wajar saja bila sisa-sisa itu kemudian bergabung dengan Umm Ziml dan dendam bersama itulah yang kemudian dijadikan panji dan benderanya.
Lalu, siapa Umm Ziml? Dia adalah anak perempuan Umm Qirfah yang terbunuh pada masa Nabi dengan mengerikan sekali.
Zaid bin Harisah ketika itu sedang berhadapan dengan Banu Fazarah di Wadi Qurrah. Banyak anak buahnya yang mengalami luka dan Zaid sendiri luka berat dan dibawa langsung ke Madinah.
Setelah sembuh, oleh Rasulullah ia dikirim kembali kepada Banu Fazarah memimpin suatu pasukan. Banyak yang terbunuh, luka-luka dan tertawan dari pihak lawan.
Umm Qirfah Fatimah bint Badr ini termasuk di antara yang ditawan. Dalam pertempuran pertama, dialah yang menyebabkan Zaid mengalami luka berat itu. Setelah perempuan itu tertangkap diperintahkan supaya dibunuh. Tetapi pembunuhan itu dilakukan secara kasar.
Konon, menurut Haekal, kakinya diikatkan pada unta kemudian masing-masing unta dilepas ke arah yang berlawanan sehingga dia sobek.
Anaknya, Umm Ziml, ditawan yang oleh Aisyah Ummul mukminin kemudian dibebaskan dan lama ia tinggal bersama, kemudian ia pulang kembali ke kabilahnya.
Tetapi kematian ibunya tetap terbayang di matanya selama ia belum mendapat jalan untuk menuntut balas.
Setelah terjadi Perang Riddah, ia juga menjadi murtad, dan dalam mengadakan balas dendam, untuk memuaskan hatinya, sisa-sisa kabilah yang masih berserakan ikut pula membantunya.
Di kalangan masyarakatnya Umm Qirfah ini cukup dihormati dan mempunyai kedudukan yang kuat. Dia bibi Uyainah bin Hisn dan istri Malik bin Huzaifah; anak-anaknya menjadi kebanggaan Banu Fazarah. Kalau ia mau menjarah kabilah lain ia pergi dengan seekor unta memelopori kaumnya di depan.
Setelah ia mati, untanya di tangan Umm Ziml. Kedudukan anaknya di tengah-tengah kaumnya itu juga sama dengan kedudukan ibunya. Sesudah sisa-sisa kabilah yang pernah memerangi Abu Bakar dan Khalid itu bergabung dengan dia, ia berangkat dengan mengerahkan dan membakar semangat mereka untuk bersama-sama memerangi Khalid, termasuk ke dalamnya orang-orang gelandangan, sehingga mereka merupakan sebuah kelompok besar dan kuat.
Melihat keadaan ini, Khalid yang memang mengintai kaum pembangkang sambil mengumpulkan zakat dan berusaha menenteramkan keadaan itu, sekarang harus berangkat menghadapi mereka.
Pertempuran sengit pun terjadi antara kedua pihak. Umm Ziml di atas untanya membakar semangat para pengikutnya agar terus bertempur, dan mereka pun menerjang maju tak peduli lagi, sehingga ada beberapa rumah mereka yang hancur sama sekali.
Khalid menyaksikan keberanian dan kekukuhan perempuan ini memang luar biasa dengan terus memeranginya mati-matian, sehingga ia menyediakan seratus ekor unta bagi siapa yang dapat menusuk untanya.
Pasukan berkuda Muslimin maju ke arah perempuan itu. Tetapi ternyata ia dikelilingi oleh orang-orang yang kuat-kuat yang sudah bersedia mati untuk melindunginya.
Sementara itu, sudah ada seratus orang yang mati di sekitar untanya itu sebelum pasukan berkuda Muslimin mencapai tempat tersebut. Setelah kemudian mereka sampai ke tempat itu, untanya berhasil dilumpuhkan dan perempuan itu terbunuh.
Dengan demikian kekacauan segera dapat diatasi. Memang banyak orang yang terpesona melihat kekuatan dan keberaniannya serta upayanya mengerahkan orang. Begitu sisa-sisa kabilah itu melihat unta Umm Ziml dilumpuhkan dan perempuan itu terbunuh, mereka patah semangat dan segera cerai-berai, dan tanpa melihat kanan-kiri lagi mereka lari lintang pukang.
Dengan demikian api fitnah itu dapat dipadamkan dan pembangkangan kaum murtad di timur laut Semenanjung dapat dilumpuhkan.
(mhy)