Arah Baru Umat Islam Sesudah Kemenangan dalam Perang Badar

Jum'at, 06 Oktober 2023 - 09:54 WIB
loading...
Arah Baru Umat Islam Sesudah Kemenangan dalam Perang Badar
Perang Badar itu merupakan permulaan hidup baru buat kaum Muslimin. Ilustrasi: Ist
A A A
Perang Badar terjadi pada 17 Ramadan 2 H (13 Maret 625). Ini adalah perang besar pertama bagi umat Islam melawan kafir Quraisy . Perang ini dimenangkan kaum muslimin.

Pertempuran ini sangatlah berarti karena merupakan bukti pertama bahwa mereka sesungguhnya berpeluang untuk mengalahkan musuh mereka di Makkah. Makkah saat itu merupakan salah satu kota terkaya dan terkuat di Arabia zaman jahiliyah.

Kemenangan kaum Muslim juga memperlihatkan kepada suku-suku Arab lainnya bahwa suatu kekuatan baru telah bangkit di Arabia, serta memperkokoh otoritas Nabi Muhammad sebagai pemimpin atas berbagai golongan masyarakat Madinah yang sebelumnya sering bertikai. Berbagai suku Arab mulai memeluk agama Islam dan membangun persekutuan dengan kaum Muslim di Madinah; dengan demikian, ekspansi agama Islam pun dimulai.



Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Abu Bakr As-Siddiq, Yang Lembut Hati" menulis sebenarnya Perang Badar itu merupakan permulaan hidup baru buat kaum Muslimin.

Kaum Muslimin mulai mengatur siasat dalam menghadapi Quraisy dan kabilah-kabilah sekitarnya yang melawan mereka.

Pihak Muslimin semua sudah tahu, bahwa Quraisy tidak akan tinggal diam sebelum mereka dapat membalas dendam kejadian di Badar itu. Juga mereka mengetahui bahwa dakwah yang baru tumbuh ini perlu sekali mendapat perlindungan dan perlu mempertahankan diri dari segala serangan terhadap mereka itu.

Kemenangan Muslimin di Badar itu juga sebenarnya telah mengangkat martabat mereka. Inilah yang telah menimbulkan kedengkian di pihak lawan.

Pada pihak Yahudi timbul rasa sakit hati yang tadinya biasa-biasa saja. Dalam hati kabilah-kabilah di sekitar Madinah yang tadinya merasa aman kini timbul rasa khawatir. Tidak bisa lain, untuk mencegah apa yang mungkin timbul dari mereka itu, diperlukan suatu siasat yang mantap, suatu perhitungan yang saksama.



Musyawarah yang terus-menerus antara Nabi dengan sahabat-sahabat telah diadakan. Abu Bakar dan Umar oleh Nabi diambil sebagai pembantu dekat (wazir) guna mengatur siasat baru, yang sekaligus merupakan batu penguji mengingat adanya perbedaan watak pada kedua orang itu, meskipun mereka sama-sama jujur dan ikhlas dalam bermusyawarah.

Di samping dengan mereka Rasulullah juga bermusyawarah dengan kaum Muslimin yang lain. Musyawarah ini memberi pengaruh besar dalam arti persatuan dan pembagian tanggung jawab, sehingga masing-masing mereka merasa turut memberikan saham.

Sebagai penangkal akibat dendam kesumat pihak Yahudi itu kaum Muslimin mengepung Banu Qainuqa' dan mengeluarkan mereka dari Madinah. Begitu juga akibat rasa kekhawatiran kabilah-kabilah yang berada di sekeliling Madinah, mereka berkumpul hendak mengadakan serangan ke dalam kota. Tetapi begitu mendengar Nabi Muhammad keluar hendak menyongsong mereka, mereka sudah lari ketakutan.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1503 seconds (0.1#10.140)