Dialog Prof Wilson-Imam Chirri: Adakah Batasan untuk Menguji Kebenaran Islam?

Sabtu, 07 Oktober 2023 - 13:36 WIB
loading...
Dialog Prof Wilson-Imam Chirri: Adakah Batasan untuk Menguji Kebenaran Islam?
Prof Wilson Howland Guertin dan Imam Mohammad Jawad Chirri. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Berikut ini dialog antara Prof Wilson Howland Guertin dan Imam Mohammad Jawad Chirri tentang Islam dan ajarannya yang dikutip dari buku yang diterjemahkan Ridho Umar Baridwan berjudul "Dialog tentang Islam dan Kristen" (PT Alma'arif, 1981).

Wilson adalah seorang psikolog, penulis dan profesor. Beliau lahir 26 Juli 1920 di Bridgeport, Connecticut dan meninggal dunia pada 7 Maret 2022. Sedangkan Mohammad Jawad Chirri seorang ulama berkebangsaan Lebanon . Beliau pendiri Islamic Center of America. Lahir pada Oktober 1905 dan wafat 10 November 1994.

Prof Wilson Howland Guertin: Apakah Islam mempunyai patokan atau nasihat khusus mengenai pengujian akan kebenaran ajaran agama secara ilmu pengetahuan?



Imam Mohammad Jawad Chirri: Ada beberapa peraturan (patokan) tertentu tercantum dalam Al-Qur'an untuk diikutkan dalam penyelidikan beragama untuk menyelamatkan setiap kesimpulan yang mungkin dicapai.

1. Peraturan Islam yang terpenting yang harus diikuti ialah anda tidak akan pernah memegang doktrin bila itu bertentangan dengankenyataan, juga tidak boleh mengikuti prinsip tanpa kenyataan.

Bila Tuhan menghendaki anda untuk mempercayai prinsip, Tuhan akan membuat hal itu terang dan nyata. Dia adalah teradil.

Dia mengetahui bahwa kepercayaan tidak terserah pada seseorang. Untuk menggambarkan hal ini: tidak terserah pada saya untuk mempercayai bahwa saya berada di waktu siang bila saya berada di waktu malam.

Tubuh saya biasanya menurut perintah saya, jika saya menggerakkan tangan saya, naik dan turun, berjalan atau duduk, saya akan dapat melakukan hal itu. Tetapi ingatan saya adalah tidak di bawah perintah saya. Saya tidak dapat mempercayai atau tidak mempercayai segala sesuatu yang saya ingin percayai.

Jadi, saya tidak dapat mematuhi perintah yang mengatakan pada saya untuk mempercayai bahwa dua dan dua adalah lima, atau tiga adalah satu, atau api itu dingin atau salju itu panas.



Pengetahuan manusia datang dari kenyataan langsung atau tidak langsung, dan tidak mengikuti tingkah dan keinginan kita sendiri. Kepercayaan Agama yang baik harus mencapai tingkat ilmu pengetahuan.

Bila Tuhan menginginkan saya untuk mengenal sesuatu, Dia akan membuat ilmu pengetahuan sedemikian rupa dengan berpegang pada kenyataan yang tersedia. Dia tidak akan menuntut dari saya untuk mempercayai sesuatu, padahal hal itu bertentangan dengan kenyataan. Dia tidak akan minta saya melakukan yang tidak mungkin. Ini bertentangan dengan keadilanNya

Islam tidak pernah menyalahkan seseorang bila dia tidak mempercayai sesuatu, sebab kurangnya bukti-bukti. Sebaliknya Islam akan menyesal bila anda mengikuti prinsip padahal anda merayap dalam gelap tanpa menyorot kenyataan.

Anda akan malu bila prinsip yang demikian tidak sesuai dengan kenyataan.

Mengikuti suatu prisip yang bertentangan dengan kenyataan sama halnya dengan pertimbangan pengadilan terhadap tertuduh tanpa saksi. Tindakan (sikap) yang demikian tidak terpuji.

Dari Kitab Suci Al-Qur'an: "Dan janganlah engkau turut apa yang tidak engkau ketahui sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan menerima pertanyaan." (QS 17: 36).



2. Penelitian yang bersifat beragama tidak akan mencari popularitas dari doktrin agama masyarakat untuk menunjukkan kebenarannya.

Banyak pengertian umum yang telah dibuktikan salah.

Sekali waktu, bangsa-bangsa di dunia percaya bahwa bumi ini datar dan matahari bergerak mengelilingi bumi. Manusia mempercayai hal itu selama beribu-ribu tahun, tetapi sekarang terbukti bahwa pengertian yang demikian adalah tidak benar

Selanjutnya, apa yang populer di suatu masyarakat mungkin tidak populer di masyarakat lain, dan banyak pengertian yang tidak populer di suatu masyarakat mungkin sangat populer di masyarakat yang lain. Bila popularitas adalah tanda dari kebenaran, semua pengertian yang populer walau berlawanan akan benar. Padahal kebenaran tidak pernah berlawanan satu dengan yang lain.

Waktu Nabi pertamakali datang untuk menyatakan konsep Satu Tuhan, pesannya tidak populer di setiap masyarakat.

Bangsa-bangsa di dunia adalah orang-orang yang tidak percaya. Ketidak populeran pesan Tuhan tidak mencegah bahwa pesan itu benar.

Sebenarnya, semua Nabi datang dengan pesan yang tidak populer. Maksud mereka adalah memperbaiki sesuatu yang populer tapi salah, dan mengganti dengan kebenaran yang tidak populer.

Kata Al-Qur'an: "Dan kalau engkau turutkan kebanyakan manusia di bumi ini, tentulah mereka menyesatkan engkau dari jalan Tuhan. Mereka hanya menurutkan persangkaan belaka, dan mereka hanya membuat kebohongan semata-mata." (QS 6: 116).

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2230 seconds (0.1#10.140)