Kisah Israel Memasok Senjata ke Rezim Rasis Afrika Selatan
loading...
A
A
A
Meskipun Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1977 memberlakukan embargo senjata dari seluruh dunia ke Afrika Selatan karena kebijaksanaan rasisnya, Israel terus bekerja sama dengan Afrika Selatan.
Ini menyulut kemarahan para anggota Congressional Black Caucus. Ketika Perdana Menteri Israel Yitzhak Shamir mengunjungi Washington pada 1988, para anggota Black Caucus menyerahkan padanya sebuah surat yang berbunyi:
"Amerika Serikat menyediakan untuk Israel hampir US$1,5 miliar dalam bentuk bantuan untuk mengembangkan pesawat tempur Lavi. Sejak itu kami mengetahui bahwa... para insinyur Israel yang bekerja pada proyek Lavi mengambil manfaat dari bantuan luar negeri AS untuk Afrika Selatan. Kami anggap ini merupakan pemanfaatan yang tak bermoral atas bantuan kami." Shamir mengabaikan catatan itu, dan tidak ada tindakan lebih jauh yang diambil.
Pada November 1991 Presiden Afrika Selatan F.W. de Klerk mengadakan kunjungan resmi empat hari ke Israel untuk meyakinkan negara Yahudi itu bahwa "Afrika Selatan yang baru akan tetap menjadi sahabat yang dapat dipercaya sebagaimana sebelumnya."
Kedua negara menandatangani memorandum of understanding untuk memperluas kerja sama mereka dalam bidang-bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dan, menurut The Jerusalem Post, "bidang-bidang lain."
Laporan-laporan pada waktu itu mengungkapkan bahwa kedua negara mengadakan perdagangan nonmiliter senilai US$317 juta pada 1990, terutama dalam bentuk bahan mentah dari Afrika Selatan sebagai pertukaran bagi barang-barang jadi dari Israel.
Perdagangan militer diperkirakan bernilai $800 juta setiap tahun pada 1987, ketika Israel secara resmi menjanjikan tidak akan membuat kontrakkontrak militer baru dengan Afrika Selatan. Namun terdapat laporan-laporan yang menyatakan bahwa perdagangan militer itu dalam kenyataannya justru meningkat.
Ini menyulut kemarahan para anggota Congressional Black Caucus. Ketika Perdana Menteri Israel Yitzhak Shamir mengunjungi Washington pada 1988, para anggota Black Caucus menyerahkan padanya sebuah surat yang berbunyi:
"Amerika Serikat menyediakan untuk Israel hampir US$1,5 miliar dalam bentuk bantuan untuk mengembangkan pesawat tempur Lavi. Sejak itu kami mengetahui bahwa... para insinyur Israel yang bekerja pada proyek Lavi mengambil manfaat dari bantuan luar negeri AS untuk Afrika Selatan. Kami anggap ini merupakan pemanfaatan yang tak bermoral atas bantuan kami." Shamir mengabaikan catatan itu, dan tidak ada tindakan lebih jauh yang diambil.
Pada November 1991 Presiden Afrika Selatan F.W. de Klerk mengadakan kunjungan resmi empat hari ke Israel untuk meyakinkan negara Yahudi itu bahwa "Afrika Selatan yang baru akan tetap menjadi sahabat yang dapat dipercaya sebagaimana sebelumnya."
Kedua negara menandatangani memorandum of understanding untuk memperluas kerja sama mereka dalam bidang-bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dan, menurut The Jerusalem Post, "bidang-bidang lain."
Laporan-laporan pada waktu itu mengungkapkan bahwa kedua negara mengadakan perdagangan nonmiliter senilai US$317 juta pada 1990, terutama dalam bentuk bahan mentah dari Afrika Selatan sebagai pertukaran bagi barang-barang jadi dari Israel.
Perdagangan militer diperkirakan bernilai $800 juta setiap tahun pada 1987, ketika Israel secara resmi menjanjikan tidak akan membuat kontrakkontrak militer baru dengan Afrika Selatan. Namun terdapat laporan-laporan yang menyatakan bahwa perdagangan militer itu dalam kenyataannya justru meningkat.
(mhy)