Konspirasi Freemasonry: Kisah Lelaki Pembawa Dokumen yang Disambar Petir

Jum'at, 10 November 2023 - 13:10 WIB
loading...
Konspirasi Freemasonry:...
Peristiwa kebocoran rahasia tersebut dijadikan pelajaran berharga oleh Perkumpulan Konspirasi Yahudi. Foto/IlustrasI; Britannica
A A A
Adam Weiz Howight, salah seorang tokoh pendeta Kristen terkemuka dan profesor Theologi, telah direkrut untuk kepentingan Yahudi . Tokoh ini sukses mendirikan Freemasonry Induk yang biasa disebut The Grand Eastern Lodge, yang dijadikan sebagai pusat dan panutan bagi lain-lain perkumpulan Freemasonry yang tersebar di kota-kota besar dunia.

Willian G. Carr dalam bukunya berjudul “Yahudi Menggenggam Dunia” (Pustaka Kautsar, 1993) menyebut ditugaskan membuat rencana umum dalam konspirasi tokoh Freemasonry.

1. Menggunakan taktik suap dengan uang, di samping memakai sarana kebebasan seks, dalam upaya menggaet tokoh yang punya kedudukan penting dalam bidang akademik, ekonomi, sosial dan lain-lain, yang bisa
dijadikan sasaran Konspirasi.



Apabila umpan yang diincar berhasil dijaring masuk perangkap, maka dengan diam-diam para tokoh Freemason mulai melilitkan tali-tali perangkap pembiusan lewat arena politik, ekonomi, sosial, atau menjadikan mangsanya sebagai umpan skandal yang menggemparkan.

"Tidak jarang para penderita itu mengalami nasib penculikan, penyanderaan, atau bahkan pembunuhan, termasuk pula istri dan anak-anak mereka," tutur Willian G. Carr.

2. Para tokoh Freemason yang bekerja sebagai pendidik di berbagai lembaga pendidikan ditugaskan untuk memperhatikan anak-anak didik yang berbakat, dan membinanya sebagai sosok manusia yang berpandangan anti nilai-nilai moral, sehingga kelak mudah dimanfaatkan oleh gerakan Free Masonry.

3. Menyiapkan program kerja yang menyangkut para pemimpin Freemason, untuk memperluas jaringan kerja dengan memusatkan kegiatan pada bidang mass media, meliputi surat kabar, majalah, radio dan TV. Jaringan kerja ini harus ditempatkan di bawah pengawasan Perkumpulan Yahudi Internasional.

4. Menguasai alat komunikasi dan mass media untuk dimanfaatkan sebagai senjata dalam membuat berita yang membingungkan, atau memalsukan kenyataan, atau memutar-balik fakta. Maka, kekacauan dunia bisa disetir oleh mereka.



Willian G. Carr mengatakan setelah selesai merumuskan program tersebut, kaum Nurani Yahudi menugaskan seorang tokoh anggota Freemason asal Jerman bernama Tasfaac pada tahun 1784, untuk menyusun dokumentasi program Weiz Howight dalam bentuk buku yang diberi nama "Program Asli yang Unik".

"Sejak itu buku tersebut menjadi pegangan dan rujukan bagi persekongkolan internasional," ujar Willian G. Carr.

Perkumpulan Freemasonry mengirim satu eksemplar buku penting itu kepada beberapa tokoh Yahudi di ibu kota Perancis, untuk mengatur jalannya gejolak revolusi. Namun, utusan tersebut disambar petir ketika ia sampai di sebuah kota kecil antara Frankfurt dan Paris, dan meninggal dunia saat itu juga.

Willian G. Carr menceritakan ketika pasukan keamanan menyelidiki untuk mengetahui sebab kematiannya, dokumen penting yang ada dalam saku mantelnya sangat mengejutkan mereka. "Dokumen tersebut segera disampaikan kepada yang berwajib di kerajaan Bavaria," tuturnya.

Penguasa Bavaria mempelajari dokumen tersebut dengan penuh perhatian. Setelah itu, pemerintah segera mengeluarkan instruksi kepada pasukan keamanan untuk menduduki sarang Freemasonry The Grand Eastern Lodge, yang dipimpin oleh Weiz Howight itu.



Demikian pula kediaman nama-nama tokoh kaum Nurani Yahudi yang terdapat dalam dokumen tersebut tidak luput dari penggerebekan pasukan keamanan. Di kediaman mereka itu pula ditemukan dokumen penting lainnya mengenai program Yahudi.

Pemerintah Bavaria menyadari kejahatan program Perkumpulan Gereja Tertinggi Yahudi yang bersekongkol dengan sejumlah konglomerat internasional dalam sebuah organisasi rapi dan mengerikan, sampai tingkat yang sukar dijangkau oleh khayalan manusia.

Pemerintah Bavaria menyadari sepenuhnya adanya bahaya program setan tersebut terhadap dunia secara keseluruhan. Maka pemerintah memandang perlu menyebarluaskan dokumen itu kepada raja-raja di Eropa dan para tokoh gereja.

"Akan tetapi ternyata para tokoh Yahudi dan para pemilik modal internasional telah lama menyelusup ke dalam jaringan pemerintah negara-negara Eropa," tulis Willian G. Carr.

Mereka masih tetap mampu dengan mudah membungkam mulut para raja dan para tokoh gereja itu.

Pelajaran Berharga

Willian G. Carr menjelaskan peristiwa kebocoran rahasia tersebut dijadikan pelajaran berharga oleh Perkumpulan Konspirasi Yahudi. Para tokohnya bersikap lebih berhati-hati dan lebih waspada pada kondisi apa pun.



Sejak itu pergerakan mereka nyaris menghilang dari permukaan, meskipun kegiatan mereka sebenarnya masih berjalan seperti biasa. Hanya saja, kegiatan mereka selanjutnya banyak dialihkan masuk ke dalam perkumpulan Freemasonry yang lain, yang disebut The Blue Masonry dengan tujuan untuk mendirikan sebuah organisasi Masonry di dalam Masonry itu sendiri.

"Mereka sepakat memperluas jaringan kerja yang anggotanya terdiri dari beberapa tokoh Yahudi nomor wahid, agar program rahasia mereka tidak mudah bocor ke luar," tutur Willian G. Carr.

Pemilihan anggota inti dilakukan lewat pemantauan dan pertimbangan mendalam, diambil dari anggota perkumpulan rahasia itu, terutama dari mereka yang menganut paham atheisme, dan tidak berpegang pada prinsip moral.

Faktor yang amat dipentingkan ialah mereka harus berdedikasi tinggi kepada Freemasonry. Perkumpulan rahasia itu tidak jarang menggunakan kegiatan bakti sosial, sebagai kedok untuk menutupi rencana jahat yang disembunyikan di balik layar, seperti kasus yang menimpa John Robinson, seorang guru besar filsafat pada Universitas Skotlandia.

la tidak menyadari telah terperangkap dalam jaringan program Yahudi Internasional itu. la mengadakan perjalanan ke berbagai negara Eropa, untuk mempelajari program kerja yang telah disusun oleh Weiz Howight, dengan tujuan membentuk pemerintahan diktator yang ideal, yang menguasai dunia.



Pada mulanya John Robinson meragukan program Yahudi itu. Namun keraguannya segera berubah menjadi yakin, setelah ia mengetahui peran Perkumpulan Yahudi pada Revolusi Perancis tahun 1789, dan pengaruh mereka terhadap tokoh-tokoh gereja dan pemerintah Perancis.

Maka ia segera menyadari bahaya yang mengancam negaranya Inggris, dan segera pula menulis surat tentang bahaya persekongkolan Yahudi yang diberi judul Keterangan.

"Namun peringatan itu tidak mampu menggugah pemerintah negaranya disebabkan oleh besarnya pengaruh Yahudi, khususnya setelah berdirinya bank Inggris atas persekongkolan mereka," ujar Willian G. Carr.

Adapun di Amerika Serikat, Freemasonry bisa dikatakan relatif lebih muda. Meskipun relatif muda, perkumpulan tersebut sudah tersebar luas di seluruh negeri.

Mula-mula para tokoh Yahudi mendapat kesulitan, karena adanya peringatan dari Rektor Universitas Harvard, David Robin kepada segenap mahasiswa dan alumninya tentang pengaruh Yahudi yang terus meningkat di kalangan gereja dan para tokoh politik.



Mereka itu sudah menjadi sekutu bagi seorang tokoh bernama Mr. Jefferson, yaitu murid Weiz Howight yang kembali ke Amerika untuk terjun ke dalam kancah politik dengan dukungan Yahudi.

Seorang calon Presiden AS yang kuat, John Kowinsky Adams juga merasakan jeratan persekongkolan ini, terutama karena melihat peran yang dimainkan oleh Jefferson, ditinjau dari sudut gerakan Freemasonry dalam upaya mewujudkan cita-cita Yahudi untuk menguasai Amerika.

Maka JK Adams segera mengirimkan karyanya kepada kawannya, kolonel William Stone dan menjelaskan tentang hakikat persekongkolan Yahudi. Tulisan tersebut masih tersimpan di perpustakaan Rotenberg Square Philadelphia.

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1952 seconds (0.1#10.140)