Kisah Konspirasi Yahudi Mempersenjatai Nazisme dan Membangun Perindustrian Jerman
loading...
A
A
A
William G. Carr mengatakan banyak yang tidak memperhatikan adanya tangan-tangan terselubung di balik peristiwa yang terjadi di Jerman , yaitu ketika para pemilik modal Yahudi internasional mempersenjatai Nazisme, dan membangun perindustrian Jerman setelah perjanjian Versailles (1919).
Pada saat itu Hitler menggalakkan anti Yahudi . "Di sini timbul pertanyaan, mengapa Stalin dan dunia Barat tutup mulut, ketika melihat Jerman bangkit dan membangun militernya kembali secara besar-besaran, yang bisa mengancam dunia Barat dan Rusia ?" tulis William G. Carr dalam bukunya berjudul "Yahudi Menggenggam Dunia" (Pustaka Kautsar, 1993).
Menurut pengamatan yang cermat, kata William, justru Stalin sendiri telah mengadakan perjanjian kerja-sama rahasia dengan penguasa militer di Jerman, bahkan sebelum militer berkuasa untuk melatih dan mempersenjatai angkatan perang Jerman.
"Dan lagi, beberapa lembaga keuangan Barat menyalurkan dana-dananya untuk membiayai pembangunan industri persenjataan Jerman," lanjutnya.
Tokoh-tokoh Barat bukan tidak tahu apa yang terjadi di balik layar di Jerman pada waktu itu, dan kebangkitan kekuatan militernya. Willia, mengaku tahu akan hal itu dengan yakin, ketika ia menghadiri konferensi perlucutan senjata yang diadakan di London tahun 1930.
William mengatakan hasil studi analitis mengenai periode 1920-1938 dalam sejarah modern yang ia lakukan menunjukkan, bahwa pemilik modal Yahudi internasional telah memusatkan kegiatannya dalam periode ini untuk meraih tujuan-tujuan sebagai berikut:
1) Menyalakan api Perang Dunia II , sesuai dengan program asli semenjakdulu. Mereka berhasil.
2) Memerangi pemerintahan dan pergerakan yang memusuhi mereka di Eropa dengan segala cara dan sarana. Dalam hal ini, mereka juga telah berhasil dengan gemilang, seperti penyingkiran pemerintahan Asquith di Inggris pada masa Perang Dunia I .
3) Memaksa Inggris, Prancis, kemudian Amerika Serikat untuk menyetujui berdirinya sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina.
Pada masa Perang Dunia I Inggris telah menjanjikan para pemilik modal Yahudi internasional untuk mendesak Amerika Serikat lewat organisasi Yahudi di Amerika, agar negara itu terlibat dalam perang bersama sekutu dengan imbalan, bahwa Inggris akan membela cita-cita Zionisme.
Data-data intelijen angkatan laut menunjukkan, bahwa peristiwa penyerbuan Jerman terhadap kapal perang Amerika, Lusiana, kemudian tenggelama dalah sebuah peristiwa yang sengaja dirancang sebelumnya sebagai preteks agar Amerika Serikat melibatkan dirinya dalam Perang itu, persis penyerbuan Pearl Harbour oleh angkatan udara Jepang tahun 1941, sehingga Amerika-Serikat ketika itu bisa terjun dalam kancah Perang Dunia II.
Nasib Tanag Palestina
William G. Carr menjelaskan naskah asli dalam perjanjian Versailles (1919) tentang nasib tanah Palestina di bawah kekuasaan pendudukan Inggris disebutkan dalam rumusan berikut:
"...yaitu untuk mengubah tanah Palestina menjadi sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi."
"'Mengubah" menjadi "mendirikan", dengan maksud menutupi niat buruk bangsa Yahudi sebenarnya di seluruh wilayah itu," tulis William G. Carr.
Maka rumusan menjadi sebagai berikut:
"His Majesty's government view with favor the establishment in Palestine of anational home for the Jewish people, and will use their best endeavors tofacilitate the achievement of this object, it being clearly understood that nothing shall be done which might prejudice the civil and religious rights ofexisting non-Jewish communities in Palestine, of the right and political status enjoyed by Jewsin any other country."
Pada saat itu Hitler menggalakkan anti Yahudi . "Di sini timbul pertanyaan, mengapa Stalin dan dunia Barat tutup mulut, ketika melihat Jerman bangkit dan membangun militernya kembali secara besar-besaran, yang bisa mengancam dunia Barat dan Rusia ?" tulis William G. Carr dalam bukunya berjudul "Yahudi Menggenggam Dunia" (Pustaka Kautsar, 1993).
Menurut pengamatan yang cermat, kata William, justru Stalin sendiri telah mengadakan perjanjian kerja-sama rahasia dengan penguasa militer di Jerman, bahkan sebelum militer berkuasa untuk melatih dan mempersenjatai angkatan perang Jerman.
"Dan lagi, beberapa lembaga keuangan Barat menyalurkan dana-dananya untuk membiayai pembangunan industri persenjataan Jerman," lanjutnya.
Tokoh-tokoh Barat bukan tidak tahu apa yang terjadi di balik layar di Jerman pada waktu itu, dan kebangkitan kekuatan militernya. Willia, mengaku tahu akan hal itu dengan yakin, ketika ia menghadiri konferensi perlucutan senjata yang diadakan di London tahun 1930.
William mengatakan hasil studi analitis mengenai periode 1920-1938 dalam sejarah modern yang ia lakukan menunjukkan, bahwa pemilik modal Yahudi internasional telah memusatkan kegiatannya dalam periode ini untuk meraih tujuan-tujuan sebagai berikut:
1) Menyalakan api Perang Dunia II , sesuai dengan program asli semenjakdulu. Mereka berhasil.
2) Memerangi pemerintahan dan pergerakan yang memusuhi mereka di Eropa dengan segala cara dan sarana. Dalam hal ini, mereka juga telah berhasil dengan gemilang, seperti penyingkiran pemerintahan Asquith di Inggris pada masa Perang Dunia I .
3) Memaksa Inggris, Prancis, kemudian Amerika Serikat untuk menyetujui berdirinya sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina.
Pada masa Perang Dunia I Inggris telah menjanjikan para pemilik modal Yahudi internasional untuk mendesak Amerika Serikat lewat organisasi Yahudi di Amerika, agar negara itu terlibat dalam perang bersama sekutu dengan imbalan, bahwa Inggris akan membela cita-cita Zionisme.
Data-data intelijen angkatan laut menunjukkan, bahwa peristiwa penyerbuan Jerman terhadap kapal perang Amerika, Lusiana, kemudian tenggelama dalah sebuah peristiwa yang sengaja dirancang sebelumnya sebagai preteks agar Amerika Serikat melibatkan dirinya dalam Perang itu, persis penyerbuan Pearl Harbour oleh angkatan udara Jepang tahun 1941, sehingga Amerika-Serikat ketika itu bisa terjun dalam kancah Perang Dunia II.
Nasib Tanag Palestina
William G. Carr menjelaskan naskah asli dalam perjanjian Versailles (1919) tentang nasib tanah Palestina di bawah kekuasaan pendudukan Inggris disebutkan dalam rumusan berikut:
"...yaitu untuk mengubah tanah Palestina menjadi sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi."
"'Mengubah" menjadi "mendirikan", dengan maksud menutupi niat buruk bangsa Yahudi sebenarnya di seluruh wilayah itu," tulis William G. Carr.
Maka rumusan menjadi sebagai berikut:
"His Majesty's government view with favor the establishment in Palestine of anational home for the Jewish people, and will use their best endeavors tofacilitate the achievement of this object, it being clearly understood that nothing shall be done which might prejudice the civil and religious rights ofexisting non-Jewish communities in Palestine, of the right and political status enjoyed by Jewsin any other country."