Konspirasi Yahudi: Kisah Hubungan Stalin dengan Mao Tse Tung

Minggu, 31 Desember 2023 - 05:30 WIB
loading...
Konspirasi Yahudi: Kisah...
Josef Stalin dan Mao Tse Tung. Foto/Ilustrasi: wikipedia
A A A
Josef Stalin bernama lengkap Ioseb Besarionis dze Jughashvili (1878–1953). Dia adalah tokoh revolusi Uni Soviet keturunan Georgia. Ia menjadi kepala negara Uni Soviet sejak pertengahan era 1920-an sampai akhir hayatnya pada tahun 1953. Gelarnya, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet sejak tahun 1922 sampai 1952 dan Kepala Pemerintahan Uni Soviet sejak tahun 1941 sampai 1953.

Sedangkan Mao Tse Tung atau Mao Zedong (1893 – 1976), tokoh revolusioner komunis Tiongkok yang merupakan pendiri Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Dia adalah Ketua Partai Komunis Tiongkok sejak berdirinya RRT pada tahun 1949 hingga kematiannya pada tahun 1976. Secara ideologis dia adalah seorang Marxisme-Leninisme. Teorinya, strategi militer, dan kebijakan politiknya secara kolektif dikenal sebagai Maoisme.



William G. Carr dalam bukunya berjudul "Yahudi Menggenggam Dunia" (Pustaka Kautsar, 1993) mengisahkan Stalin menganggap Komunisme Cina yang dipimpin oleh Mao Tse Tung sebagai sahabat alaminya, yang bisa membantu untuk mewujudkan ketamakan hegemoni internasionalnya.

Apa lagi China punya potensi sangat besar dengan memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia.

"Demikianlah kepentingan keduabelah pihak antara Stalin dan para pemilik modal internasional telah bersekongkol terhadap musuh bersama mereka, yaitu pemerintahan nasional Chiang Kai Sek yang berusaha membangun kembali negeri China, dan membendung musuh yang datang dari dalam dan luar," tulis William G. Carr.

Dengan terompet propaganda internasional yang ditiup oleh Konspirasi terhadap pemerintah Chiang Kai Sek, disertai dengan penyusupan kaki tangan asing ke dalam jaringan politik, pemerintah berhasil menyingkirkan tokoh nasional tersebut.

Presiden Amerika, Harry S. Truman (1884–1972) sendiri bersikap membiarkan China jatuh ke tangan Komunis. Pada saat yang sama Stalin memberikan dukungan dan dana besar-besaran untuk kemenangan revolusi Komunis China.



Menurut William G. Carr, masalahnya berbeda dari situasi di mana-mana sebelumnya. Kesadaran bangsa-bangsa tentang bahaya kekuatan terselubung makin meningkat di berbagai negeri. Para tokoh internasional mulai memikirkan dan menyusun barisan untuk membendung laju tipu daya Konspirasi internasional .

Dengan demikian, Konspirasi internasional akan mendapatkan kesulitan untuk melakukan langkah provokatif dan agitatif seperti terhadap bangsa, lalu, yang tidak berdaya menghadapinya. Maka berdirilah Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) sebagai lembaga internasional untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh dunia secara damai, dengan prinsip moral yang bisa diterima.

Sayangnya, kekuatan terselubung juga bisa menyelusup ke dalamnya, sebagaimana yang biasa dilakukan di masa-masa sebelumnya. Sejak berdirinya, PBB sering mengecewakan.

Ini bisa dilihat dengan jelas tentang resolusi yang dikeluarkan, yang justru sering mendapat tantangan dari negara anggotanya sendiri, atau sering tidak mampu melaksanakan resolusi yang telah diputuskan secara adil.

Masyarakat internasional seharusnya menyadari apa yang sedang berjalan di PBB, dan segera berusaha menghentikan ulah kekuatan terselubung itu.



Sulitnya ialah, bahwa PBB itu bukanlah segalanya bagi Konspirasi internasional. Timur Tengah, Timur Jauh, Amerika Latin dan negara-negara blok Barat dan Timur telah menjadi kancah pertikaian regional, dan dihadapkan kepada berbagai krisis yang tak terpecahkan. Untuk itu, propaganda yang serba menyesatkan diarahkan kepada mereka, agar pola pikir mereka dilayani oleh informasi yang keliru.
(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2517 seconds (0.1#10.140)