Imam Chirri: Begini Gambaran Komunikasi Nabi Ibrahim dengan Tuhan
loading...
A
A
A
Allah SWT berfirman dalam al-Quran Surat Al-Hajj ayat 26-28:
Wa iz bawwaanaa li Ibraahiima makaanal Baiti allaa tushrik bii shai'anw wa tahhir Baitiya litaaa'ifiina walqooa' imiina warrukka 'is sujuud
26. Dan (ingatlah), ketika Kami tempatkan Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), "Janganlah engkau mempersekutukan Aku dengan apa pun dan sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang tawaf, dan orang yang beribadah dan orang yang rukuk dan sujud.
Wa azzin fin naasi bil Hajji yaatuuka rijaalanw wa 'alaa kulli daamiriny yaatiina min kulli fajjin 'amiiq
27. Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.
Li yashhaduu manaafi'a lahum wa yazkurus mal laahi fiii ayyaamimma'luumaatin 'alaa maa razaqahum mim bahiimatil an'aami fakuluu minhaa wa at'imul baaa'isal faqiir
28. Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mere-ka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.
Imam Muhammad Jawad Chirri antara lain mengutip ayat tersebut tatkala menjelaskan bagaimana Tuhan berkomunikasi dengan para nabi dalam dialog dengan Prof Dr Wilson H. Guertin sebagaimana dikutip dari buku yang diterjemahkan HM Ridho Umar Baridwan, SH berjudul "Dialog tentang Islam dan Kristen" (Alma'arif, 1981).
Imam Mohammad Jawad Chirri adalah seorang ulama dan dosen , kelahiran Lebanon. Beliau direktur dan Ketua Kerohanian di pusat Islam di Detroit, Amerika Serikat . Sedangkan Prof Dr Wilson H. Guertin adalah Ilmuwan terkemuka dalam ilmu jiwa (psychology).
Menjelaskan ayat tersebut, Imam Chirri menuturkan bahwa itu adalah tindakan Ibrahim yang luar biasa, untuk meninggalkan anak yang pertamanya di padang pasir Arab di mana tidak ada buah-buahan, air dan kota.
Tetapi dia mempunyai dua tujuan untuk mencapai, dan masing-masing cukup besar untuk membuat Ibrahim berkeinginan menghancurkan pengorbanan yang demikian dan berikhtiar sekuat-kuatnya.
Yang pertama dari dua tujuan itu ialah;
Mendirikan Rumah Suci dan menyerahkan untuk mesjid itu anaknya sebagai wali yang akan menyembah Tuhan, menghantarkan kebaktian sesuai dengan Agama Tuhan yang benar, dan mengajarkan anak-anaknya dan masyarakat prinsip-prinsip yang benar. Oleh karena itu Ibrahim tidak hanya meluaskan kepercayaannya, tetapi juga membuat kelangsungan dari kepercayaan itu lebih meyakinkan.
Ketidak-berhasilan Ishak di dalam tugas keagamaan ini, kepercayaan akan dilanjutkan melalui anak-anak Ismail di Arabia.
Dari Kitab Suci Al-Qur'an:
"Wahai Tuhan kami, sesungguhnya aku menempatkan sebagian dari turunanku di lembah yang tiada mempunyai tanam-tanaman, di dekat Rumah SuciMu.
Wahai Tuhan kami, supaya mereka tetap mengerjakan sembahyang; sebab itu, jadikanlah hati manusia tertarik kepada mereka, dan berilah buah-buahan, menjadi rizki mereka, mudah-mudahan mereka berterima.kasih." QS 14 : 37.
Kita tidak mengetahui keluasan dari pertumbuhan kepercayaan lbrahim di tanah Arab. Sejarah tidak menerangkan pada kita dengan jelas keadaan keagamaan di negara Arab selama periode yang panjang (lama), dari masa Ibrahim sampai akhir abad ke lima tarikh Kristen.
وَاِذۡ بَوَّاۡنَا لِاِبۡرٰهِيۡمَ مَكَانَ الۡبَيۡتِ اَنۡ لَّا تُشۡرِكۡ بِىۡ شَيۡـًٔـا وَّطَهِّرۡ بَيۡتِىَ لِلطَّآٮِٕفِيۡنَ وَالۡقَآٮِٕمِيۡنَ وَ الرُّكَّعِ السُّجُوۡدِ
Wa iz bawwaanaa li Ibraahiima makaanal Baiti allaa tushrik bii shai'anw wa tahhir Baitiya litaaa'ifiina walqooa' imiina warrukka 'is sujuud
26. Dan (ingatlah), ketika Kami tempatkan Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), "Janganlah engkau mempersekutukan Aku dengan apa pun dan sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang tawaf, dan orang yang beribadah dan orang yang rukuk dan sujud.
وَاَذِّنۡ فِى النَّاسِ بِالۡحَجِّ يَاۡتُوۡكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّاۡتِيۡنَ مِنۡ كُلِّ فَجٍّ عَمِيۡقٍ
Wa azzin fin naasi bil Hajji yaatuuka rijaalanw wa 'alaa kulli daamiriny yaatiina min kulli fajjin 'amiiq
27. Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.
لِّيَشۡهَدُوۡا مَنَافِعَ لَهُمۡ وَيَذۡكُرُوا اسۡمَ اللّٰهِ فِىۡۤ اَ يَّامٍ مَّعۡلُوۡمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمۡ مِّنۡۢ بَهِيۡمَةِ الۡاَنۡعَامِ ۚ فَكُلُوۡا مِنۡهَا وَاَطۡعِمُوا الۡبَآٮِٕسَ الۡفَقِيۡـرَ
Li yashhaduu manaafi'a lahum wa yazkurus mal laahi fiii ayyaamimma'luumaatin 'alaa maa razaqahum mim bahiimatil an'aami fakuluu minhaa wa at'imul baaa'isal faqiir
28. Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mere-ka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.
Imam Muhammad Jawad Chirri antara lain mengutip ayat tersebut tatkala menjelaskan bagaimana Tuhan berkomunikasi dengan para nabi dalam dialog dengan Prof Dr Wilson H. Guertin sebagaimana dikutip dari buku yang diterjemahkan HM Ridho Umar Baridwan, SH berjudul "Dialog tentang Islam dan Kristen" (Alma'arif, 1981).
Imam Mohammad Jawad Chirri adalah seorang ulama dan dosen , kelahiran Lebanon. Beliau direktur dan Ketua Kerohanian di pusat Islam di Detroit, Amerika Serikat . Sedangkan Prof Dr Wilson H. Guertin adalah Ilmuwan terkemuka dalam ilmu jiwa (psychology).
Menjelaskan ayat tersebut, Imam Chirri menuturkan bahwa itu adalah tindakan Ibrahim yang luar biasa, untuk meninggalkan anak yang pertamanya di padang pasir Arab di mana tidak ada buah-buahan, air dan kota.
Tetapi dia mempunyai dua tujuan untuk mencapai, dan masing-masing cukup besar untuk membuat Ibrahim berkeinginan menghancurkan pengorbanan yang demikian dan berikhtiar sekuat-kuatnya.
Yang pertama dari dua tujuan itu ialah;
Mendirikan Rumah Suci dan menyerahkan untuk mesjid itu anaknya sebagai wali yang akan menyembah Tuhan, menghantarkan kebaktian sesuai dengan Agama Tuhan yang benar, dan mengajarkan anak-anaknya dan masyarakat prinsip-prinsip yang benar. Oleh karena itu Ibrahim tidak hanya meluaskan kepercayaannya, tetapi juga membuat kelangsungan dari kepercayaan itu lebih meyakinkan.
Ketidak-berhasilan Ishak di dalam tugas keagamaan ini, kepercayaan akan dilanjutkan melalui anak-anak Ismail di Arabia.
Dari Kitab Suci Al-Qur'an:
"Wahai Tuhan kami, sesungguhnya aku menempatkan sebagian dari turunanku di lembah yang tiada mempunyai tanam-tanaman, di dekat Rumah SuciMu.
Wahai Tuhan kami, supaya mereka tetap mengerjakan sembahyang; sebab itu, jadikanlah hati manusia tertarik kepada mereka, dan berilah buah-buahan, menjadi rizki mereka, mudah-mudahan mereka berterima.kasih." QS 14 : 37.
Kita tidak mengetahui keluasan dari pertumbuhan kepercayaan lbrahim di tanah Arab. Sejarah tidak menerangkan pada kita dengan jelas keadaan keagamaan di negara Arab selama periode yang panjang (lama), dari masa Ibrahim sampai akhir abad ke lima tarikh Kristen.