4 Sikap Mengabaikan Al Qur'an Menurut Imam Ibnul Qayyim

Senin, 15 Januari 2024 - 10:58 WIB
loading...
4 Sikap Mengabaikan Al Quran Menurut Imam Ibnul Qayyim
Kewajiban seorang muslim bahwa membaca, menghayati, mengamalkan dan mengajarkan isi Al-Qur`an menjadi aktivitas sehari-hari, namun faktanya masih banyak yang mengabaikan Al Quran tersebut. Foto ilustrasi/ist
A A A
Di zaman sekarang, banyak orang-orang yang mengaku Islam namun enggan atau mengabaikan Al-Qur'an sebagai kitabullah. Padahal Al-Qur`an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan Allah Ta’ala kepada nabi terakhir, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Sudah merupakan kewajiban bagi seorang muslim bahwa membaca, menghayati, mengamalkan dan mengajarkan isi Al-Qur`an menjadi aktivitas sehari-hari. Namun faktanya masih banyak kaum muslim yang enggan melakukannya bahkan mengabaikan Al Qur'an tersebut.

Menurut Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam kitabnya 'Al-Fawaid' mengategorikannya sikap mengabaikan Al Qur'an ini menjadi 4 macam, yakni sebagai berikut:

1. Mengabaikan Al-Qur`an dalam hal beriman kepadanya dan mendengarkannya dengan penuh perhatian.

2. Mengabaikan Al-Qur`an dalam hal berhukum kepadanya, baik pada pokok-pokok agama maupun cabang-cabangnya.
Begitu juga, sikap meyakini bahwa isi kandungan Al-Qur`an tidak pasti, dalilnya adalah perkataan belaka, dan tidak ada ilmu yang bisa diambil darinya.

3. Mengabaikan Al-Qur`an dalam hal menghayatinya, memahaminya dan mengetahui maksud ayat-ayatnya.

4. Mengabaikan Al-Qur`an dalam hal menjadikannya sarana mendapatkan kesembuhan dan obat dari segala macam penyakit hati namun justru mencari kesembuhan dan obat dari selain Al-Qur`an.

Semua yang telah disebutkan termasuk apa yang dimaksud dalam firman Allah Ta’ala,

وَقَالَ الرَّسُولُ يَارَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا


“Dan Rasul (Muhammad) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur’an ini diabaikan.”(QS. Al-Furqan: 30).

Termasuk dalam hal mengabaikan Al-Qur`an adalah berat hati terhadap Al-Qur`an.

- Terkadang rasa tersebut berupa keraguan terhadap penurunan Al-Qur`an sebagai kebenaran yang datang dari Allah Ta’ala, kadang kala ragu kepada Allah yang telah menurunkannya dan menganggap Al-Qur`an adalah makhluk ciptaan Allah Ta’ala –jika seseorang ragu dengan perkataan Allah tentu secara logis dia juga akan ragu pada perkataan orang lain –.

- Terkadang sikap mengabaikan Al-Qur`an itu datang pada diri seseorang berupa keraguan, apakah Al-Qur`an cukup atau tidak? Sehingga ia mengatakan Al-Qur`an tidak cukup bagi para hamba sebagai kitab suci, dengan demikian membutuhkan logika, persepsi atau politik untuk melengkapi kekurangan tersebut.

- Terkadang juga, ada orang yang ragu terhadap kebenaran isi dan kandungan Al-Qur`an. Ada pula yang ragu apakah hukum sesuatu berlaku juga dengan hal yang serupa pada saat sekarang, atau itu cuma sebagai contoh pada saat Al-Qur`an diturunkan saja.

Orang yang merasakan hal itu adalah orang yang merasa berat hati terhadap Al-Qur`an dan mereka tahu serta merasakan hal tersebut di dalam dada mereka. Tidak ada seorang munafik, kecuali di dalam hatinya ada perasaan berat hati terhadap Al-Qur`an.
Semoga kita terjauh dari sikap mengabaikan Al-Qur`an. Aamiin.



Wallahu A'lam

Sumber : Kutipan Syaikh Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Qasim dalam Durus Al-Am.
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2230 seconds (0.1#10.140)