Puasa Lahir Bathin

Jum'at, 01 Mei 2020 - 03:15 WIB
loading...
Puasa Lahir Bathin
Para nabi dan orang orang beriman terdahulu menjalankan puasa sebagaimana bentuk model puasa yang dikenal hingga hari ini sebagai puasa Adam, puasa Nuh, puasa Daud, dll. Ilustrasi SINDOnews
A A A
Mochammad Sa'dun Masyhur

DALAM pemahaman umumnya, istilah lahir berkaitan dengan anatomi tubuh, diartikan berhubungan dengan fisik manusia, jasad, wadag, kerangka tubuh dan isinya. Istilah lain yang lazim digunakan dalam bahasa Indonesia sebagai pengganti kata lahir, diserap dari bahasa Arab adalah thzohir. Pengertian thzohir secara luas kemudian dimaknai sebagai segala sesuatu yang dapat dilihat, diraba dan dirasakan oleh panca indra manusia.

Sesunguhnya, thzohir berakar kata dari susunan huruf thzo-ha-ro, dalam kaidah Alquran banyak disebut dalam bentuk jamak sebagai thzuhur, yang dari aspek anatomi menunjuk pada seluruh bagian belakang tubuh manusia, atau seluruh bagian pungung. Dalam hal ini seluruh bagian pungung itu dari tinjauan anatomis melekat pada seluruh bagian tulang belakang.

Jadi secara fisiologis, kondisi fisik tubuh manusia melekat dan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi kesehatan tulang belakangnya. Dengan kata lain dalam analisa patologi fisiologis, ganguan pada fisik atau thzohir seseorang dapat dilihat dan diperbaiki dari kondisi tulang belakangnya.

***

Di sisi lain masyarakat awam menganggap bahwa bathin dipahami sebagai masalah yang abstrak. Lebih jauh bathin dipahami sebagai psikis atau yang berhubungan dengan persoalan mental dan kejiwaan.

Bahkan bagi sebagian orang, istilah bathin dihubungkan dengan spiritualitas, atau malah dianggap berkaitan dengan hal-hal yang bersifat supranatural, klenik, jopa-japu, mistis hingga perdukunan.

Dalam hal ini, umumnya secara keliru dipahami bahwa bathin dihubungkan dengan fungsi kepala dan organ-organ di dalam kepala.

Padahal etimologi kata bathin, dari muasal bahasa arab, berakar kata ba-tho-nun, dikamuskan dalam Alquran melekat pada fungsi organ perut sebagai bathnun. Dengan maksud pengertian yang sama, Alquran menyebut dengan akar kata yang sama persis disebut jamak menjadi buthuun, yang secara leksikal berarti seluruh bagian perut.

Jadi secara fisiologis, kondisi bathin manusia melekat dan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi kesehatan perut, bukan kepala. Dengan kata lain, dalam patologi fisiologis, seseorang yang mengalami ganguan bathin atau psikis dapat dilihat dan diperbaiki dari kesehatan seluruh bagian perutnya.

Karena itu dapat dipastikan bahwa mereka yang mengalami ganguan bathin, termasuk penderita ganguan jiwa, pasti memiliki ganguan di bagian organ-organ perutnya. Sederhananya dapat disimpulankan, bahwa semakin akut ganguan pada bagian perut seseorang, maka semakin parah pula ganguan psikis yang dideritanya.

Secara umum persoalan yang dihadapi manusia sejak dahulu kala adalah ganguan ketidakseimbangan thzohir dan bathin. Ketidakseimbangan tubuh manusia itu telah menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan persoalan hidup, bagi diri pribadi maupun lingkungannya.

Dengan merujuk pada pemaknaan thzohir dan bathin menurut Alquran sebagaimma diterangkan di atas, maka puasa sesungguhnya merupakan metode paling tua di dunia untuk melakukan proses keseimbangan tubuh manusia, thzohir dan bathin. Sejarah tradisi tentang puasa itu, telah dijalankan oleh orang-orang beriman terdahulu, sebagaimana termaktub dalam ayat perintah berpuasa.

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Terbukti para nabi dan orang orang beriman terdahulu menjalankan puasa sebagaimana bentuk model puasa yang dikenal hingga hari ini sebagai puasa Adam, puasa Nuh, puasa Daud, dll. Bahkan banyak penelitian ditemukan bahwa puasa dikenal dalam berbagai tradisi agama dan budaya apapun, di seluruh belahan dunia timur dan barat, sejak dahulu kala. Puasa di seluruh dunia juga diyakini sebagai cara yang paling mujarab, untuk meningkatkan kualitas pribadi lahir dan bathin.

Dalam kaitan itu keberhasilan menjalankan ibadah puasa menjadi muttaqin, hanya bisa tercapai jika puasa seseorang itu berhasil membentuk sebagai insan yang seimbang baik thzohir dan bathinnya. (Baca juga: Ramadhan di Saat Wabah Corona, Puasa atau Tidak? )

Selamat berpuasa thzohir bathin.

Penulis adalah Holistic Healing Consulting, Expert and Inventor Medical Quran, tinggal di Bogor, Indonesia.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1324 seconds (0.1#10.140)