Rachel Shapiro: Kisah Aktivis Solidaritas Yahudi Pro-Palestina

Minggu, 03 Maret 2024 - 19:15 WIB
loading...
A A A
Tradisi mengawasi ke-Yahudi-an telah diwariskan di Jerman selama beberapa generasi, yang, seperti kasus yang terjadi pada demonstrasi anti-AfD, tidak hanya berkisar pada definisi yang mapan dan homogen tentang Yahudi, namun, yang terpenting, juga hak eksklusif.

Jadi apa yang ditinggalkan untuk kita? Saya yakin kita bisa melihatnya dari statistik yang kami sebutkan di atas.



Mayoritas warga Jerman tahu, meskipun mereka dibesarkan dan dikondisikan untuk percaya, bahwa setidaknya apa yang terjadi di Gaza adalah salah.

Banyak orang dapat melihat bahwa ada sesuatu yang signifikan dan mencolok yang hilang dalam narasi arus utama seputar anti-Semitisme, Israel, dan Palestina.

Saya yakin mayoritas orang yang turun ke jalan yang melakukan demonstrasi menentang AfD melakukan hal tersebut karena mereka benar-benar ingin berdiri di sisi kanan sejarah.



Sementara itu, kelompok minoritas justru lebih lantang, lebih marah dan lebih terlihat dalam menyebarkan pandangan rasisme anti-Arab, anti-Muslim dan anti-Palestina, anti-Semitisme dan pro-genosida dan, dengan demikian, mengintimidasi kelompok minoritas lainnya untuk melakukan hal yang sama.

Tak seorang pun di media arus utama Jerman yang melaporkan pengalaman saya saat protes anti-AfD. Mengingat konteks budayanya, hal ini bukanlah suatu kejutan. Namun menyoroti kemunafikan ini dan narasi-narasi yang semakin merusak yang diilustrasikan oleh insiden semacam itu merupakan peluang besar bagi pendidikan dan pemberdayaan.

Menyebutkan akar permasalahan dan latar belakang sosial saat ini menjadikan hal-hal tersebut tersedia dan perlu untuk dihadapi semua orang. Ketika begitu banyak orang yang turun ke jalan, adalah tanggung jawab kita untuk membekali mereka dengan fakta sebagai bahan bakar, agar setiap orang dapat bersuara dan mengetahui secara pasti apa yang mereka perjuangkan dan apa yang mereka lawan.

Kami akan melanjutkan – dengan tekad yang lebih besar dari sebelumnya – dalam perjuangan untuk kemerdekaan Palestina dan melakukan mobilisasi dengan cara ini melawan rasisme, Zionisme, anti-Semitisme (aktual), fasisme dan genosida.

Kami akan mengulanginya lagi dan lagi hingga irama kata-kata kami menjadi detak jantung masyarakat yang berusaha memadamkan perlawanan kami namun pada akhirnya gagal: Tidak pernah lagi berarti tidak akan pernah lagi bagi siapa pun.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1476 seconds (0.1#10.140)