Kisah Pasukan Amr bin Ash Mengepung Benteng Babilon, Bikin Panik Romawi
loading...
A
A
A
Haekal menyebutkan peninggalan ini yang tidak kita lihat sekarang di Mesir Lama selain puing-puing tembok sisa-sisa dua benteng yang sudah hancur, di antaranya sebuah pintu tua, yang ketika pasukan Arab datang merupakan sebuah benteng Roma yang terkuat.
Tembok-tembok itu tingginya sekitar 60 kaki dan tebalnya 18 kaki. Kastel-kastel yang ada di dalamnya lebih tinggi dari tembok-tembok itu. Setiap kastel disertai tangga naik ke atas bangunan itu, dari sana orang dapat melihat Gunung Muqattam di sebelah timur, dan dari sebelah barat terlihat Jizah (Giza), piramid-piramid dan Sahara Lubia.
Dari sana juga orang dapat melihat aliran Sungai Nil sampai jauh ke utara dan ke selatan. Sungai Nil ini dapat mencapai pintu gerbang benteng yang paling besar. Kapal-kapal Roma dapat berlabuh di tempat itu di sebelah sebuah jalan yang dapat langsung turun.
Pintu besar ini terbuat dari besi atau berlapis besi, yang karena kukuhnya dan dilindungi oleh kapal-kapal, mustahil benteng itu akan dapat diterobos.
Di dalamnya terdapat sumur-sumur tempat para penghuninya mengambil air, begitu juga ladang dan perkebunan yang terdapat di sekitarnya untuk mendapatkan bahan makanan.
Benteng ini dikelilingi oleh parit dengan jembatan yang dapat digerakkan, yang hanya dapat dibuka atau digerakkan dari dalam. Karena itu semua pasukan yang ada di dalamnya merasa aman sekali karena sudah terlindungi dari serangan musuh.
Mereka yakin mampu menangkis segala serangan sementara menunggu datangnya bala bantuan, atau akan terjadi hal-hal yang datang tiba-tiba dalam peperangan sampai pasukan Arab itu ditarik mundur.
Amr bin mengepung benteng itu dengan segala isinya. Tahu benar dia bahwa pengepungan ini akan memakan waktu lama mengingat air sungai sedang pasang dan derasnya arus, di samping benteng yang memang kukuh dengan tembok-temboknya yang perkasa.
Akan tetapi dia juga tahu, bahwa luapan air itu tidak akan sampai sebulan atau dua bulan. Mengadakan pertempuran pada waktu-waktu itu pasti akan membuat moral mereka lebih lemah, ditambah lagi derasnya arus karena luapan air itu akan mempersulit datangnya bala bantuan dari Naqiyus atau dari Iskandariah melalui Sungai Nil.
Di samping itu, Jazirat ar-Raudah yang terletak di tengah-tengah Sungai itu terdapat juga benteng-benteng yang kukuh melebihi benteng Babilon.
Jika selama beberapa hari atau beberapa minggu terus-menerus demikian dan para pengawal benteng itu sudah putus harapan untuk mendapatkan bala bantuan, moral mereka akan semakin lemah dan mereka tak mempunyai kekuatan lagi. Kalau mereka bertahan sampai luapan air turun berarti serangan terhadap benteng itu hal yang tak dapat dielakkan lagi.
Tembok-tembok itu tingginya sekitar 60 kaki dan tebalnya 18 kaki. Kastel-kastel yang ada di dalamnya lebih tinggi dari tembok-tembok itu. Setiap kastel disertai tangga naik ke atas bangunan itu, dari sana orang dapat melihat Gunung Muqattam di sebelah timur, dan dari sebelah barat terlihat Jizah (Giza), piramid-piramid dan Sahara Lubia.
Dari sana juga orang dapat melihat aliran Sungai Nil sampai jauh ke utara dan ke selatan. Sungai Nil ini dapat mencapai pintu gerbang benteng yang paling besar. Kapal-kapal Roma dapat berlabuh di tempat itu di sebelah sebuah jalan yang dapat langsung turun.
Pintu besar ini terbuat dari besi atau berlapis besi, yang karena kukuhnya dan dilindungi oleh kapal-kapal, mustahil benteng itu akan dapat diterobos.
Di dalamnya terdapat sumur-sumur tempat para penghuninya mengambil air, begitu juga ladang dan perkebunan yang terdapat di sekitarnya untuk mendapatkan bahan makanan.
Benteng ini dikelilingi oleh parit dengan jembatan yang dapat digerakkan, yang hanya dapat dibuka atau digerakkan dari dalam. Karena itu semua pasukan yang ada di dalamnya merasa aman sekali karena sudah terlindungi dari serangan musuh.
Mereka yakin mampu menangkis segala serangan sementara menunggu datangnya bala bantuan, atau akan terjadi hal-hal yang datang tiba-tiba dalam peperangan sampai pasukan Arab itu ditarik mundur.
Amr bin mengepung benteng itu dengan segala isinya. Tahu benar dia bahwa pengepungan ini akan memakan waktu lama mengingat air sungai sedang pasang dan derasnya arus, di samping benteng yang memang kukuh dengan tembok-temboknya yang perkasa.
Akan tetapi dia juga tahu, bahwa luapan air itu tidak akan sampai sebulan atau dua bulan. Mengadakan pertempuran pada waktu-waktu itu pasti akan membuat moral mereka lebih lemah, ditambah lagi derasnya arus karena luapan air itu akan mempersulit datangnya bala bantuan dari Naqiyus atau dari Iskandariah melalui Sungai Nil.
Di samping itu, Jazirat ar-Raudah yang terletak di tengah-tengah Sungai itu terdapat juga benteng-benteng yang kukuh melebihi benteng Babilon.
Jika selama beberapa hari atau beberapa minggu terus-menerus demikian dan para pengawal benteng itu sudah putus harapan untuk mendapatkan bala bantuan, moral mereka akan semakin lemah dan mereka tak mempunyai kekuatan lagi. Kalau mereka bertahan sampai luapan air turun berarti serangan terhadap benteng itu hal yang tak dapat dielakkan lagi.
(mhy)