Haedar Nashir: Muhammadiyah Mesir Bisa Jadi Representasi Cabang di Dunia
loading...
A
A
A
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan optimismenya terhadap Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Mesir .
“Kami percaya PCIM Mesir dapat semakin maju, dinamis, sehingga menjadi representasi Cabang Istimewa Muhammadiyah dari seluruh dunia dan juga bediri di garis depan dalam mengenalkan Islam Berkemajuan,” jelas Haedar Nashir dalam Amanat Musyawarah Cabang Istimewa Muhammadiyah Mesir pada Selasa (9/7).
Haedar juga berharap PCIM Mesir dapat memanfaatkan Markaz Dakwah Muhammadiyah Mesir sebagai pusat pengembangan PCIM, dan juga menjadi ajang dialog jaringan dan relasi dengan PCIM dunia.
Jatidiri PCIM Mesir dengan basic aktivitasnya studi di Al Azhar memiliki karakter khas yakni menjadi kader persyarikatan yang memiliki kualitas sumber daya insani yang akan menjadi kader ulama Muhammadiyah.
“Lulusan Al Azhar memiliki basic dirasah Islamiyah yang kokoh,” tutur Haedar sebagaimana dilansir laman resmi PP Muhammadiyah.
Selain itu, Haedar berharap kader-kader Muhammadiyah yang menimba ilmu di Timur Tengah, khususnya Mesir tidak hanya fokus pada Islamic studies saja, namun juga mengembangkan ilmu dalam bidang Sains dan Teknologi.
“Trend baru di negara Timur Tengah justru mulai masuk ke fase pengembangan Perguruan Tinggi yang berbasis dan fokus kepada pengembangan Sains dan Teknologi, sehingga kader Muhammadiyah diharapkan ikut berperan dalam pengembangan keilmuan tersebut,” harap Haedar.
Haedar juga berpesan agar PCIM Mesir dapat mendalami risalah Islam Berkemajuan dan dan juga memahami keislaman Muhammadiyah yang sesuai dengan manhaj tarjih.
“Tidak hanya mampu memahami, kader PCIM Mesir juga harus mampu memperkaya dan memperluas pemahaman keislaman sesuai dengan ilmu yang diperoleh,” imbuh Haedar.
Haedar juga mengingatkan kepada kader-kader PCIM bahwa Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang besar dan juga menjadi pusat gerakan yang peranannya tidak hanya dalam konteks nasional, namun juga dalam skala internasional.
“Sehingga perlu dibangun mentalitas jatidiri bahwa kader PCIM lahir dari rahim organisasi yang memiliki tradisi besar, bukan organisasi kecil dan marginal, dan juga bukan organisasi “kemarin sore”,” ungkap Haedar.
Haedar yakin jika kader PCIM Mesir memahami dan menghayati sejarah lahirnya Muhammadiyah secara mendalam maka otomatis mentalitas sebagai kader militant akan tumbuh dan hidup.
“Kami percaya PCIM Mesir dapat semakin maju, dinamis, sehingga menjadi representasi Cabang Istimewa Muhammadiyah dari seluruh dunia dan juga bediri di garis depan dalam mengenalkan Islam Berkemajuan,” jelas Haedar Nashir dalam Amanat Musyawarah Cabang Istimewa Muhammadiyah Mesir pada Selasa (9/7).
Haedar juga berharap PCIM Mesir dapat memanfaatkan Markaz Dakwah Muhammadiyah Mesir sebagai pusat pengembangan PCIM, dan juga menjadi ajang dialog jaringan dan relasi dengan PCIM dunia.
Jatidiri PCIM Mesir dengan basic aktivitasnya studi di Al Azhar memiliki karakter khas yakni menjadi kader persyarikatan yang memiliki kualitas sumber daya insani yang akan menjadi kader ulama Muhammadiyah.
“Lulusan Al Azhar memiliki basic dirasah Islamiyah yang kokoh,” tutur Haedar sebagaimana dilansir laman resmi PP Muhammadiyah.
Selain itu, Haedar berharap kader-kader Muhammadiyah yang menimba ilmu di Timur Tengah, khususnya Mesir tidak hanya fokus pada Islamic studies saja, namun juga mengembangkan ilmu dalam bidang Sains dan Teknologi.
“Trend baru di negara Timur Tengah justru mulai masuk ke fase pengembangan Perguruan Tinggi yang berbasis dan fokus kepada pengembangan Sains dan Teknologi, sehingga kader Muhammadiyah diharapkan ikut berperan dalam pengembangan keilmuan tersebut,” harap Haedar.
Haedar juga berpesan agar PCIM Mesir dapat mendalami risalah Islam Berkemajuan dan dan juga memahami keislaman Muhammadiyah yang sesuai dengan manhaj tarjih.
“Tidak hanya mampu memahami, kader PCIM Mesir juga harus mampu memperkaya dan memperluas pemahaman keislaman sesuai dengan ilmu yang diperoleh,” imbuh Haedar.
Haedar juga mengingatkan kepada kader-kader PCIM bahwa Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang besar dan juga menjadi pusat gerakan yang peranannya tidak hanya dalam konteks nasional, namun juga dalam skala internasional.
“Sehingga perlu dibangun mentalitas jatidiri bahwa kader PCIM lahir dari rahim organisasi yang memiliki tradisi besar, bukan organisasi kecil dan marginal, dan juga bukan organisasi “kemarin sore”,” ungkap Haedar.
Haedar yakin jika kader PCIM Mesir memahami dan menghayati sejarah lahirnya Muhammadiyah secara mendalam maka otomatis mentalitas sebagai kader militant akan tumbuh dan hidup.
(mhy)