Al-Quran Membebaskan Manusia untuk Memilih Jalan Baik atau Buruk

Kamis, 18 Juli 2024 - 18:28 WIB
loading...
Al-Quran Membebaskan...
Al-Quran membebaskan manusia untuk memilih kedua jalan --baik dan buruk-tetapi ia sendiri yang harus mempertanggungjawabkan pilihannya. Ilustrasi: SINDOnews
A A A
Prof Dr M Quraish Shihab mengatakan Al-Quran membebaskan manusia untuk memilih kedua jalan --baik dan buruk-tetapi ia sendiri yang harus mempertanggungjawabkan pilihannya.

"Manusia tidak boleh membebani orang lain untuk memikul dosanya, tidak juga dosa orang lain dipikulkan ke atas pundaknya," ujar Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" (Mizan, 2007).

Akan tetapi, kata Quraish, dalam Al-Quran surat Al-An'am ayat 164 dinyatakan bahwa tanggung jawab tersebut baru dituntut apabila memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti pengetahuan, kemampuan, serta kesadaran.

"Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul..." ( QS Al-Isra' [17] : 15).

"Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya..." ( QS Al-Baqarah [2] : 286)



Menurut Quraish, dari gabungan kedua ayat ini, kita dapat memetik paling tidak dua kaidah yang berkaitan dengan tanggung jawab, yaitu:

1. Manusia tidak diminta untuk mempertanggungjawabkan apa yang tidak diketahui atau tidak mampu dilakukannya.

2. Manusia tidak dituntut mempertanggungjawabkan apa yang tidak dilakukannya, sekalipun hal tersebut diketahuinya.

Di sisi lain, ditemukan ayat-ayat yang menegaskan bahwa pertanggungjawaban tersebut berkaitan dengan perbuatan yang disengaja, bukan gerak refleks yang tidak melibatkan kehendak.

Al-Quran secara tegas menyatakan: "Allah tidak akan meminta pertanggungjawabanmu atas sumpah-sumpah yang tidak kamu sengaja, tetapi Dia akan meminta pertanggungjawabanmu terhadap apa yang disengaja oleh hatimu..." ( QS Al-Baqarah [2] : 225).

"...tetapi jika seseorang terpaksa, sedangkan ia tidak menginginkannya, dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya..." ( QS Al-Baqarah [2] : 173).

Dapat juga disimpulkan, bahwa karena manusia diberi kemampuan untuk memilih, maka pertanggungjawaban berkaitan dengan niat dan kehendaknya. Atas dasar ini pula, maka niat dan kehendak seseorang mempunyai peran yang sangat besar dalam nilai amal sekaligus dalam pertanggungjawabannya.



"Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah ia beriman, dia mendapatkan kemurkaan Allah, kecuali orang-orang yang dipaksa kafir sedang hatinya tetap tenang dalam keimanan..." ( QS An-Nahl [16] : 106) .

Al-Quran surat Al-Isra ayat 23-24 memerintahkan kepada seorang anak agar menghormati kedua orang-tuanya, khususnya kalau usia mereka sudah tua (karena ketika telah uzur boleh jadi mereka melakukan hal-hal yang menjengkelkan).

Anak dilarang berkata uf (cis), dan harus memilih kata-kata yang baik, sambil merendahkan diri kepada keduanya. Ayat ini disusul dengan firman-Nya:

"Tuhanmu lebih mengetahui yang ada dalam hatimu. Jika seandainya kamu orang baik-baik (Allah akan memaaafkan sikap dan ke1akuan yang telah kamu lakukan dengan terpaksa, tidak sadar, atau yang berada di luar kontrol kemampuanmu), karena Allah Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat" ( QS Al-Isra' [17] : 25).

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2747 seconds (0.1#10.140)